07 December 2021

Movie Review: Encanto (2021)

“We can’t hurry the future.”

Disney adalah? Mungkin tidak akan menjadi jawaban tertinggi, bisa saja mayoritas akan menjawab Disneyland, atau Mickey Mouse, atau Cinderella Castle yang akan muncul di bagian pembuka film-filmnya. Tapi salah satu dari jawaban pasti akan ada magic, seperti yang pernah saya mention pada beberapa review sebelumnya bahwa Disney already has their own magic also tried-and-tested ingredients, so tinggal bagaimana para sineas yang mereka tunjuk kemudian meramu dan mengolah materi baru agar dapat “hidup” di dalam formula milik Disney itu. Centered on a Latino family film ini kembali mendorong isu sederhana namun luar biasa, arti penting keluarga, disajikan dalam bentuk musical of course with Disney's magic. ‘Encanto’: enchanting.


Saat terjadi konflik bersenjata wanita bernama Abuela Alma Madrigal (María Cecilia Botero) kehilangan suaminya, Pedro, tapi berhasil menyelamatkan ketiga bayinya saat lilin ajaib menciptakan rumah hidup, Casita, untuk dihuni oleh Madrigal family. Berkat Casita sebuah desa tumbuh di sekitarnya, penduduknya sangat terbantu oleh kekuatan super milik keluarga Madrigal. Dua anak Alma telah menikah dan memiliki anak. Pertama Pepa (Carolina Gaitán), wanita yang mampu mengubah cuaca menikah dengan Félix (Mauro Castillo) dan telah memiliki tiga anak, Dolores (Adassa) dengan pendengaran super, Camilo (Rhenzy Feliz) dapat berubah bentuk menjadi orang lain, dan Antonio (Ravi-Cabot Conyers) yang akan segera menerima kekuatannya.

Tiap anggota keluarga Madrigal memang akan menerima kekuatan super ketika telah dirasa mampu, tapi sayang tidak bagi Mirabel (Stephanie Beatriz), remaja 15 tahun anak bungsu dari Julieta (Angie Cepeda) dan Augustín (Wilmer Valderrama). Seperti ibunya Julieta punya kemampuan untuk menyembuhkan orang lewat makanan, itu juga turun ke kedua anaknya yakni Isabela (Diane Guerrero) yang mampu membuat tanaman tumbuh dan bunga mekar serta pada Luisa (Jessica Darrow) yang super kuat. Berhati besar membuat Mirabel tidak merasa malu dengan nasibnya tersebut, dia bahkan menceritakan itu kepada anak-anak di desa mereka. Tapi suatu ketika masalah muncul, visi aneh anak laki-laki Alma, Bruno (John Leguizamo) terjadi.

Pada kolaborasi mereka yang kedua di bangku Sutradara ini, Byron Howard (Bolt, Tangled, Zootopia) dan Jared Bush (Moana) berhasil menyajikan salah satu animasi tersolid yang telah ditelurkan oleh Walt Disney Animation Studios, terutama di era animasi komputer sekarang ini. Memang jika kamu membaca sinopsis di atas maka kesan “segar” itu tidak berada di posisi sangat tinggi, “ah, lagi-lagi tentang keluarga dan segala macam keajaibannya itu” akan ada beberapa yang akan berpikir seperti itu. Tapi itu memang telah menjadi semacam template dan formula animasi Disney, bahkan untuk 'Wreck-It Ralph' dan sekuelnya yang memiliki premis lebih advanced dengan bermain di dalam game dan internet sekalipun “destinasi” akhirnya juga tidak jauh berbeda.


Itu mengapa semua tergantung pada kemampuan Sutradara, Screenwriter, dan juga tim mereka untuk meramu kembali materi cerita klasik tadi agar dapat terasa segar, tentu tanpa melepaskan tugas mereka untuk memberikan sesuatu yang berbeda dari film-film sebelumnya. Begitupun di elemen musical yang juga telah terasa lekat di film animasi produksi Walt Disney Animation Studios, and thank God, Howard dan Bush menggandeng orang yang tepat, yakni Lin-Manuel Miranda yang sebelumnya juga telah berkontribusi di film Moana’. Kreator Hamilton ini memang sedang “hot” dan sejak menjadi special featured composer di Star Wars: The Force Awakens ia semakin sering muncul sebagai composer, ‘Encanto adalah film ketiganya di tahun ini sebagai composer. Merekrutnya adalah hal terbaik yang dilakukan Disney di sini.

Beban yang dipikul oleh Byron Howard dan Jared Bush seperti dibagi rata setelah memberikan tanggung jawab menggubah lagu kepada Lin-Manuel Miranda, memberi magic yang dibutuhkan oleh cerita yang mereka tulis bersama Charise Castro Smith, Jason Hand, dan Nancy Kruse. Lagu catchy muncul, jeda sejenak lantas disambung kembali dengan lagu catchy lainnya, berulang terus seperti itu hingga akhir tanpa ada kesan monoton di dalamnya. Mayoritas lirik lagu “berbicara” tentang kehidupan anggota keluarga Madrigal dan tiap baris terasa “hidup”, permainan kata-katanya menciptakan echo manis dengan tempo yang tertata rapi. Lin-Manuel Miranda tetap menggunakan musical style Disney tapi menyuntikkan signature miliknya, keduanya terasa kompak saat berkombinasi dengan visual penuh warna memanjakan mata.


Hal termanis dari visual adalah bagaimana musical numbers perpaduan latin pop dan flamenco yang playful punya koreografi dengan energi yang menyenangkan saat diikuti. Anggota keluarga Madrigal punya special power yang dieksplorasi dengan baik, visual tidak hanya colorful but also lively and emotional, lagu dengan lirik yang catchy melekat di telinga tapi gerak tiap karakter secara bertahap membentuk layer demi layer yang menarik, perlahan penonton langsung merasa dekat dengan semua permasalahan yang berputar di dalam Casita, merasakan kegalauan karakter, cemas ketika turun hujan dari atas kepala Pepa hingga tertawa ketika Camilo bertingkah jahil dengan kemampuan shape-shift miliknya. Ada kerumitan yang menyenangkan dan dibentuk dengan baik, menciptakan perputaran emosi yang terasa meriah.

Untungnya cerita tidak terlalu fokus pada special power tiap karakter, Byron Howard dan Jared Bush justru membentuk agar kondisi Mirabel yang “normal” punya power yang tidak kalah spesial pula. Mirabel tidak pernah berhenti menambah dimensi bagi kumpulan konflik yang sebenarnya sangat sederhana, narasi juga mengalir dengan baik karena diceritakan dengan cara yang lugas dan mudah diakses oleh penonton. Selingan musik terasa mencolok tapi script yang efisien tetap mendominasi, tidak heran meskipun terasa bergerak cepat tapi tidak ada kesan terburu-buru pada narasi yang justru dengan cerdik mengurai dan menyajikan berbagai pesan yang deserving praise itu. Konflik di dalam keluarga Madrigal merupakan refleksi cerdas tidak hanya pada arti penting keluarga namun juga bahwa kepribadian seseorang lebih penting daripada kekuatan super mana pun.


Well, that’s simple but strong message dari sebuah character driven yang bermain di dalam keluarga lintas generasi, dikemas secara universal sehingga isu dan pesan dapat “speaks for itself” lewat aksi dan reaksi tiap karakter. Saya juga menangkap ada question of the environment di dalam cerita, Casita selalu membantu tapi suatu ketika masalah juga datang dari sana, muncul perlahan beriringan dengan individual development tiap karakter. Maribel dan keluarganya berada di posisi atas dalam hal karakter di film Disney dengan pesona sangat kuat dalam beberapa tahun terakhir, mereka saling mengisi satu sama lain berkat suntikan nyawa dari suara para voice cast. Stephanie Beatriz sangat baik sebagai Maribel sedangkan pesona quirky Bruno tepat ditangani oleh John Leguizamo. Di luar mereka kualitas terasa merata dengan Isabela sebagai scene-stealer, princess sickness yang oke dari Diane Guerrero.

Overall, ‘Encanto adalah film yang memuaskan. Menggunakan template dan formula animasi Disney, Byron Howard dan Jared Bush bersama musical numbers catchy gubahan Lin-Manuel Miranda berhasil meramu kembali materi cerita klasik menjadi sebuah suguhan fantasy comedy yang segar. Bergerak cepat dengan tempo yang rapi, ‘Encanto’ punya simple but strong message tentang arti penting keluarga dan makna mendasar dari hidup sebagai manusia, ditebar dengan echo yang manis dalam visual cantik, colorful but also lively and emotionally moving dengan perputaran yang meriah dan mengantarkan the 60th film produced by Walt Disney Animation Studios ini sebagai salah satu animasi tersolid yang telah ditelurkan studio animasi berlogo Mickey Mouse itu. Enchanting indeed.






1 comment :

  1. “Gift or no gift, I am just as special as the rest of my family.”

    ReplyDelete