27 November 2022

Movie Review: The Good Nurse (2022)

“They didn't stop me.”

Film ini dibuka dengan static shot dari sebuah pintu ruang rawat inap hospital yang mengarah ke dalam ruangan tersebut, sisi kiri dan kanannya layar didominasi dinding sedangkan di bagian tengah terdapat jendela yang memperlihatkan pohon tanpa daun di sisi luar. Mungkin sedang musim gugur atau memang pohon tersebut telah mati, seperti salah satu pasien yang menghuni ruangan itu. Hanya kakinya yang terlihat ketika ia terbaring di salah satu bed ketika EKG mengirimkan sinyal dan seorang perawat datang untuk memberi pertolongan. Sayangnya tidak lama code blue muncul disusul datangnya berapa tenaga kesehatan lain. Perawat pertama tadi kemudian mundur ke belakang dan framing kamera mulai mengerucut, mencoba menangkap wajah si perawat, yang anehnya, seolah mencoba menahan senyum agar tidak muncul. The Good Nurse’: a quietly chilling crime drama.


Amy Loughren (Jessica Chastain) merupakan seorang single mother yang berprofesi sebagai nurse di Parkfield Memorial Hospital, dan sedang berada dalam periode sulit dalam hidupnya. Bukan mengurusi kebutuhan dan aktifitas kedua anaknya yang menjadi beban terberat bagi Amy karena memang dirinya telah menggunakan jasa pengasuh untuk itu. Amy kini mengidap kardiomiopati, penyakit akibat kelainan di otot jantung yang mengakibatkan kemampuan jantung untuk memompa darah menjadi melemah. Dan kondisi tersebut harus Amy rahasiakan, setidaknya untuk beberapa bulan sampai ia mendapatkan asuransi kesehatan. Hal baik terjadi, ketika hidupnya sedang sulit Amy mendapat rekan kerja baru yang bersedia menolongnya.

Pria berperawakan hangat itu bernama Charles Cullen (Eddie Redmayne), dan tidak butuh waktu lama baginya untuk meyakinkan Amy bahwa dia adalah sosok yang tepat untuk saling berbagi beban. They help each other out, hingga tiba satu momen ketika kasus kematian misterius terjadi di Parkfield Memorial Hospital. Manajemen Hospital menyangkal telah terjadi kesalahan prosedur namun petugas Polisi Danny Baldwin (Nnamdi Asomugha) dan Tim Braun (Noah Emmerich) yakin bahwa telah terjadi pembunuhan di balik kematian pasien tersebut. Intuisi Baldwin dan Braun tidak membuat Amy merasa curiga, hingga insiden lain kemudian terjadi.

The Good Nurse punya hal-hal yang saya inginkan dari sebuah sajian crime drama. Yang pertama adalah karakter mencurigakan, sebuah peristiwa memilukan dialami oleh Charles Cullen sudah lebih dari cukup untuk mengundang tanya. Ditampilkan dengan komposisi visual yang tidak mencoba mengumbar terlalu banyak bagian dari ruangan tempat terjadinya peristiwa, penonton bertemu Charles yang tampak panik ketika sesama rekan tenaga medis datang membantunya. Ada banyak kesan memang yang lahir dari momen tersebut, tapi dengan judul yang dipakai jelas impresi awal adalah sebuah trauma yang kini membekas di dalam diri Charles. Beranjak dari sana cerita kemudian bergeser menuju ke kehidupan seorang Amy Loughren, yang tidak butuh waktu lama juga berhasil melakukan apa yang Charles lakukan sebelumnya.


Ekposisi yang tersaji tidak terlalu detail tapi begitu mudah bagi Amy untuk dengan cepat mengambil alih sejenak kendali narasi dari tangan Charles. Beberapa masalah yang memiliki koneksi satu sama lain sedang dihadapi Amy, yang juga menjadi dasar atau alasan bagi “perjuangannya” di Parkfield Memorial Hospital. Kondisi Amy juga menjadi pintu masuk bagi Charles sebelum narasi bergeser ke babak lanjutan ketika sebuah masalah besar terkuak, konflik yang menjadi arena tempat berkumpulnya berbagai isu menarik. Dan yeah, kita tentu punya Detektif di sini yang menjalankan proses penyelidikan, bagian lain dari cerita yang secara bertahap berhasil menambah atau mempertajam gesekan dan juga excitement dari elemen crime dalam balutan misteri yang geraknya terkendali dengan rapi.

Menyajikan pertunjukan yang terkendali rapi di mana emosi ditemani dengan thrill berpadu secara manis dan padat bukan hal yang asing ditemukan dari film seorang Tobias Lindholm. Dua filmnya terdahulu, A Hijacking dan ‘A War’ mampu menebar thrill yang memikat ke hadapan penonton, sedangkan dari sisi script ada excitement yang terkendali dengan baik kualitasnya, seperti yang Lindholm juga pernah lakukan bersama Thomas Vinterberg di film The Hunt dan Another Round’. Kamu mungkin akan kesulitan menemukan darah yang “menyeramkan” di sini tapi entah mengapa the chills tidak pernah mati sejak awal hingga akhir. Kekejaman itu, bersama dengan permainan moral dan emosi slowly enter your mind, menghadirkan ketegangan yang mengasyikkan pada permainan psikologis di satu jalur lurus dari kisah nyata itu.


Sepintas mungkin akan tampak kurang kreatif dari cara konflik berkembang, namun di sana justru Lindholm letakkan observasi yang semakin jauh narasi berjalan dari garis start semakin besar dan kuat pula cengkeramannya. Lindholm masih dengan formula andalannya tadi sehingga meski tidak banyak konflik besar yang terjadi tapi dengan penceritaan yang fokus hadir dramatisasi yang padat, efisien, dan efektif. Awalnya mungkin tampak seperti sebuah misteri, namun ketika konflik mulai masuk ke babak utama saat fokus bergeser tertuju pada salah satu karakter crime drama ‘The Good Nurse’ tidak kehilangan taji atau excitement tapi justru berhasil membuat dua hal tadi jadi semakin kuat dan menarik, meskipun kisah tentang serial killer itu disajikan secara quiet and subtle bersama eksposisi yang tenang oleh Lindholm.

Itu sebuah strategi yang sangat tepat mengingat isu yang coba diangkat juga punya power “mengerikan” yang lebih mudah menghujam penonton jika disajikan secara dingin. Di sini serial killer bukan hanya tentang kejahatan individu saja namun juga kegagalan dari healthcare system yang berulang kali menjadi spotlight dalam narasi. Alhasil The Good Nurse tidak sekedar berisikan satu monster saja, berbagai pihak yang memilih menutup mata dan mulut serta tidak berusaha menghentikan pergerakan the culprit pun layak menyandang gelar yang sama, are also to blame. Memang tidak ada ekplorasi yang terlalu jauh, Lindholm can't say much about the antagonist tapi lewat penyajian dingin yang konsisten berjalan dengan ritme yang tenang pesan dan isu berhasil mengalami eskalasi menjadi lebih dari sekedar human error biasa.


Dan itu alasan mengapa film ini terasa memorable, karena meskipun tampak seperti drama biasa yang bermain di oktan rendah hingga sedang tapi punch akhir terasa kuat. Berisikan kinerja akting yang memikat terutama dari dua pemeran utama, Amy sebagai seorang Ibu dan teman yang sedang berada dalam kondisi buruk diperankan dengan baik oleh Jessica Chastain, sedangkan Eddie Redmayne secara subtle terus menerus membuat pesona misterius dan mengerikan menempel pada Charles, top-class performance from him, mereka membantu Lindholm to provides the human touch dalam situasi yang dipenuhi rasa waspada itu. Menjadikan kasus terasa nyata di dalam layar untuk membuat penonton ikut bermain dengan stress, dibalut visual yang berani dan tepat guna sukses membungkus an indictment of a system of cover-ups yang ditulis dan disajikan secara cerdas oleh Tobias Lindholm.

Overall, ‘The Good Nurse adalah film yang memuaskan. Dengan formula andalannya Tobias Lindholm berhasil menyajikan crime berbalut misteri yang terkendali rapi, ia bentuk agar tampak low-key dan bermain di satu jalur lurus untuk menghadirkan dramatisasi kisah serial killer berisikan ketegangan mengasyikkan di mana emosi dan thrill berpadu manis dan padat. A quietly chilling drama, tense and intelligent, ‘The Good Nurse’ adalah observasi dingin dengan daya cengkeram yang kuat, seperti punch di bagian akhir ketika telah usah bermain di oktan rendah hingga sedang saat bercerita tentang the scandalous cover-up yang exist akibat ketidakpedulian orang-orang pada “bad thing” yang terjadi di sekitar mereka. Segmented.





1 comment :