12 January 2023

Movie Review: Moonage Daydream (2022)

“Always go a little further into the water than you feel you're capable of being in.”

Apakah di semesta lain versi dari tiap manusia di bumi juga exist dan berjalan dalam kondisi serta mungkin cara yang berbeda? Hingga kini belum ada teori yang secara gamblang dapat memberi jawaban atas pertanyaan seperti misal “Is there life on other planets?” serta kehidupan yang mungkin terjadi di luar Bumi dan yang tidak berasal dari Bumi. Maka sangatlah wajar jika tiap manusia seharusnya menghargai hidup yang mereka miliki kini di bumi, meskipun memang tolok ukurnya akan terasa variatif bagi setiap individu, bukan tentang berapa banyak waktu yang kamu miliki maupun semenarik apa mimpi dan harapan yang kamu punya, it’s what you do in life that's important. Menariknya, saya disentil kembali tentang makna hidup tadi setelah menyaksikan dokumenter kisah hidup one of the most influential musicians of the 20th century. ‘Moonage Daydream’: ladies and gentleman, David Bowie.


Lahir pada tanggal 8 January 1947, di kota London, pria bernama David Robert Jones yang kemudian dikenal luas secara profesional sebagai David Bowie telah menaruh minat pada musik sejak usia dini. Tapi menariknya ketimbang memilih satu bidang sebagai fokus yang akan ia pelajari lebih dalam, David Bowie justru memilih untuk mempelajari seni, musik, dan juga desain sebelum memulai karir profesionalnya sebagai musisi pada tahun 1963. Semakin dikenal luas lewat lagu ‘Space Oddity’ yang sukses bahkan menduduki puncak the UK Singles Chart, butuh beberapa tahun bagi Bowie untuk melanjutkan pencapaian tersebut. Tahun 1972 mengawali kesuksesan besar David Bowie di era tahun 1970-an.

Di era glam rock David Bowie memilih untuk muncul dengan alter ego flamboyan bernama Ziggy Stardust, mencatatkan kesuksesan besar hingga tahun 1980-an, diawali ‘Starman’ yang kemudian diteruskan oleh rilisan populer lain seperti ‘Sound and Vision’, ‘Under Pressure’ yang merupakan kolaborasi dengan Queen, hingga ‘Let’s Dance’ di tahun 1983. Dalam perjalanan karirnya David Bowie sempat melakukan style shifted pada sound miliknya, perubahan arah yang telah menjadi bagian tidak terlepaskan dari pria yang memang punya pandangan unik terhadap caranya dalam menjalani hidup, beberapa di antaranya membuat banyak orang mengernyitkan dahi di awal sebelum akhirnya membuat mereka jatuh cinta semakin dalam pada Bowie.  

Ya, jatuh cinta semakin dalam juga saya rasakan setelah usai menonton film ini. Di awal saya merupakan penonton yang menyukai lagu dari salah satu tokoh terkemuka di industri musik dan salah satu musisi paling berpengaruh di abad ke-20 itu, namun tidak sampai di level sebagai penggemar berat. Dengan style yang unik pada sound yang ia sajikan sangat mudah untuk langsung mengagumi lagu karya David Bowie, tidak semua memang tapi mayoritas seolah punya magnet dengan daya tarik yang tergolong kuat untuk “menarik” para pendengar dan membuat mereka jatuh cinta. Tentu saja Sutradara Brett Morgen sadar akan hal itu, ia membagi porsi pada narasi untuk menampilkan cuplikan ketika David Bowie membawakan lagu-lagu populer miliknya. Sebuah strategi yang jitu, membuat penonton ditarik oleh magnet.


Dan saya yakin mereka yang menonton ‘Moonage Daydream’ tanpa mengenal terlalu detail siapa itu David Bowie akan mudah langsung menaruh perhatian mereka melihat kisah hidup acclaimed musicians with innovative work yang dipresentasikan Brett Morgen dengan menggunakan montage-style editing format. Saya terpukau di sini, bagaimana Bowie dan tim ternyata sebelumnya telah memproduksi cukup banyak clip yang menyorot langsung kehidupan pribadinya dengan kualitas yang tergolong mumpuni, baik itu dari segi kualitas video hingga nilai seni. Itu digabungkan dengan cerdik oleh Brett Morgen bersama berbagai interview yang Bowie lakukan sepanjang karirnya, baik itu ketika ia menjadi musisi maupun saat ia sejenak beralih ke bidang seni lain, seperti film hingga melukis. Dan dari sana punch kuat di akhir itu berasal.

Layaknya sebuah film biografi tentu saja menelisik kehidupan tokoh utama adalah fokus utama, dan dengan posisi Bowie sebagai seorang musisi maka sangatlah wajar jika para penonton akan mengantisipasi perjuangannya di industri tersebut. Namun di sini kamu akan mengerti kenapa ada yang mengatakan bahwa David Bowie seperti telah belajar berlari terlebih dahulu sebelum belajar berjalan, masih dengan cara yang unik Brett Morgen membangun pesona seorang Bowie yang penuh warna secara perlahan untuk membuat para penontonnya, well, semakin mengagumi David Bowie. Tidak hanya sebagai musisi namun juga sebagai manusia. Menariknya itu berasal dari pria yang bahkan never been sure of his own personality dan menyebut dirinya sebagai seorang kolektor personalities and ideas.


Termasuk ketika Bowie menyebut bahwa dirinya percaya Tuhan dalam bentuk energi and wouldn't like to put a name to it. Sisi misterius itu yang menjadi pesona terbesar seorang Bowie yang dieksploitasi dengan baik oleh Brett Morgen, terutama pada cara ia menyusun runtutan di dalam struktur cerita. Tidak dapat dipungkiri akan ada dari penonton yang merasa “tersesat” dengan potensi terbesar terletak di bagain tengah, karena sudahlah punya durasi yang cukup panjang cerita juga bergulir secara cepat dengan transisi yang cekatan. Editing bermain di sana dan menjalankan tugasnya itu dengan sangat baik, tidak hanya dalam hal membentuk kesinambungan antar bagian cerita saja tapi juga memoles kesan magis yang memang sejak awal coba didorong oleh Morgen ke hadapan penontonnya. Seolah Bowie yang unik itu adalah “alien”.

Ya, sosok manusia dengan imajinasi dan berbagai ide eksentrik yang berasal dari alternate universe. Meski faktanya Bowie sendiri mengatakan bahwa ia merupakan pribadi yang tertarik untuk mengisolasi diri untuk merasakan emosi yang lebih besar untuk dirinya dan tentu saja musiknya, his very own musical language. Menemukan “bentuk bahasa baru” secara konsisten yang dilakukan oleh Bowie baik itu di musik, seni lainnya, dan kehidupan pribadinya berhasil menyentil saya dengan keras, ketika sosok yang telah punya 17 rocks albums, two feature films, a gallery full of paintings, and is the only rock star ever to act in a play on Broadway di usia 33 tahun itu never seems to stand still. Bowie mencoba untuk terus bergerak menemukan “tantangan” dalam bentuk baru, he moves on to the next, and the next, and the next, without being tied down.


Di sana letak kesuksesan film ini, ketika sebagai paduan dokumenter dan biografi tentang seorang musisi besar ia tidak hanya menjadi sebuah jukebox belaka, namun juga menjadi media yang mencoba mewartakan berbagai manifestasi dari si kreatif David Bowie, kompilasi extracurricular thoughts yang tidak ada habisnya. Examining life, constant change, not static with momentum to hit and run very fast, tidak semua orang mampu melakukan itu secara konsisten namun bukan berarti tidak bisa mencoba. Dari sana kisah hidup pria yang meninggal dunia tahun 2016 yang lalu itu menginspirasi, berawal dari mimpi yang akan menuntun menuju suatu tempat yang memuaskan dan juga positif di masa depan. Like art, life is about searching, you come to a place where you think you’ve made a discovery, to fulfill your dreams. And by enjoying the process, you are creating a dream come true.

Overall, ‘Moonage Daydream’ adalah film yang sangat memuaskan. Bersama editing, sound, serta tentu saja soundtrack yang dikemas dengan baik, Brett Morgen berhasil menyajikan sebuah proses pengamatan tentang hidup seorang pria unik dengan cara yang juga unik, membawamu bertemu dengan Bowie yang di awal mungkin berulang kali akan membuatmu mengernyitkan dahi dengan pemikirannya yang menarik itu, untuk kemudian ditutup dengan sebuah pukulan telak setelah menikmati berbagai potongan clip ditata dengan baik. Freedom, artistic, spiritual, and emotional, mereka bersatu padu mengelilingi Bowie yang tampak seperti berasal dari semesta lain itu, pria dengan konsep hidupnya yang justru meninggalkan saya dengan rasa uplifting yang membekas. Go a little bit out of your depth, and when you don't feel that your feet are quite touching the bottom, you're just about in the right place to do something exciting. Segmented. 





1 comment :

  1. “Everything is rubbish and all rubbish is wonderful.”

    ReplyDelete