25 October 2022

Movie Review: Emily the Criminal (2022)

"You can't make money another way?"

Kejutan dari hacker berinisial Bjorka beberapa bulan yang lalu ketika dengan berani ia mengumbar data pribadi dari beberapa petinggi Pemerintahan Indonesia untuk kemudian menjadi konsumsi publik sebenarnya bukan sebuah aksi yang membuka pintu masuk cybercrime ke Indonesia. Tahun lalu misalnya data penduduk Indonesia dalam jumlah jutaan bocor dan dijual di forum internet, pencurian yang sebenarnya telah terjadi sebelumnya dan kemungkinan besar akan terus terjadi di masa depan. Terlebih Web3 tampaknya tidak lama lagi akan beranjak dari sebatas sebuah ide saja, dan ketika itu terjadi maka pengumpulan data akan jadi lebih luas yang tentu saja hadir dengan resiko hilangnya privasi. Bahaya itu coba diceritakan film ini dengan menggunakan aksi pemalsuan kartu kredit. ‘Emily the Criminal’: money can buy you happiness!


Meskipun merupakan seorang seniman yang bertalenta namun kerasnya kehidupan Los Angeles memaksa Emily Benetto (Aubrey Plaza) untuk bekerja di luar keahlian utamanya tadi. Hidup dibawah tekanan tagihan hutang yang banyak, Emily sedang berjuang keras untuk melunasi student loans dengan cara bekerja sebagai kurir pengiriman makanan di sebuah perusahaan katering. Status Emily di perusahaan tersebut bukan sebagai karyawan tetap sehingga dirinya bisa dipecat kapan saja tanpa memberatkan perusahaan. Emily tidak bisa berbuat banyak karena faktanya memang ia kini kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang lebih baik akibat riwayat tindak kriminal yang pernah ia lakukan sebelumnya.

Suatu ketika Emily mendapat sebuah kontak dari salah satu rekan kerjanya, tentang satu pekerjaan yang bersedia membayar $200 hanya dalam waktu satu jam dan yang harus dilakukan oleh Emily serta banyak orang lain yang ikut mendaftar sederhana. Bekerja di bawah instruksi satu kelompok pemalsu kartu kredit yang dipimpin oleh Youcef (Theo Rossi), Emily bertugas sebagai “dummy shopper” yang hanya perlu datang ke sebuah toko, membeli sebuah TV mahal dan membayarnya dengan kartu kredit palsu yang telah dipersiapkan oleh Youcef dan tim. Jika berhasil maka Emily dan para pendaftar lainnya akan naik level, imbalan yang lebih besar namun tentu dengan tugas yang lebih berat.

Pada debut penyutradaraan film panjangnya ini Sutradara John Patton Ford berhasil membangun sebuah dunia kecil dengan berpusatkan seorang wanita muda yang jadi perwujudan dari dunia yang lebih luas, yakni dunia nyata. Kesulitan ekonomi dipakai sebagai masalah utama, lalu ia sisipkan catatan kriminal yang masih menjadi salah satu variable penting yang disorot dalam sistem recruitment, pada akhirnya manusia itu menjadi tertekan untuk segera mendapatkan uang sehingga menjadi buta. Serta memutuskan untuk menerima pekerjaan yang berbahaya! Credit card fraud menjadi momok utamanya di sini, aksi penipuan yang membuat Emily secara bertahap masuk semakin jauh dan dalam ke dunia kriminal. Hadir hubungan sebab dan akibat yang menarik di awal, lantas berkembang menjadi crime drama yang menarik. 


Harus diakui memang terasa sedikit sulit untuk dapat sepenuhnya bersimpati pada perjuangan Emily, mengingat cara yang ia pilih untuk menyelesaikan masalahnya itu merupakan tindak kejahatan. Dan itu juga tantangan utama John Patton Ford sejak awal, bagaimana caranya agar Emily dapat menjadi semacam anti-hero yang menarik dan menarik penonton untuk berada di belakangnya dengan mengeksplorasi isu dan pesan yang harus diakui terasa “dekat” dengan kita di kehidupan nyata. Struktur itu dibentuk dan dikembangkan dengan baik oleh Patton Ford, menggunakan build-up yang terasa natural tanpa berupaya membuat cerita dan karakter menjadi sesuatu yang besar dan tampak megah. Sebaliknya, justru mereka dikemas secara sederhana dan keputusan tersebut membuat narasi dan Emily easy to go along with.

Termasuk kombinasi antara elemen crime, drama, dan thriller yang menghasilkan pertunjukkan tenang namun engaging. Momen menegangkan ada tapi intensitasnya disajikan tipis dengan sesekali memacu adrenalin, dampak negatifnya terasa di salah satu scene perampokan yang terasa less kicking, tapi tidak terus menerus menebar ketegangan justru merupakan strategi dari Patton Ford untuk membuat cerita terasa lebih stabil menampilkan realisme yang kuat terkait konflik. Tidak heran meskipun Emily bukanlah seorang "good character" hingga akhir saya merasa seperti berjalan bersamanya dalam pace yang stabil. Remain anchored with credibility, everything happens smoothly. Begitupula dengan komentar atau kritik sosial yang terselip pada cerita, baik tentang kerasnya hidup serta tentu saja bahaya yang mengintaimu.


Segala sesuatu yang terjadi di film ini bisa terjadi padamu, termasuk begitu mudah manusia dapat terjerumus ke dalam lingkaran setan ketika society telah memberimu "cap" tertentu. Hak dan kewajiban terkadang sulit untuk ditata sehingga melahirkan beban yang memaksa harus memilih, ketika tidak ada lagi opsi maka cara termudah adalah jalan pintas. Dan langkah pertama selalu krusial, ketika yang terjadi justru terasa mudah dan tampak menjanjikan makan timbul nafsu dan hasrat dari beban tadi yang pada akhirnya dapat membuatmu terperosok semakin dalam. ‘Emily the Criminal’ tampilkan itu secara efektif and compelling, dengan plot yang oke sukses membuat apa yang terjadi di dalam cerita tampak realistis di mana beberapa element bahkan beresonansi dengan apa yang semakin mudah terjadi di dunia tipu-tipu saat ini.

Seperti naluri bertahan hidup yang dapat mengubah manusia menjadi binatang liar dan buas, a closer look at the stakes a person will go to in order to survive. Patton Ford leluasa memainkan itu karena sedari awal ia memang tidak membuat film ini untuk memberikan sebuah “statement” tentang baik dan buruk dari aksi penipuan tersebut, justru tanpa dramatisasi yang bertele-tele langsung membawamu bertemu sebuah crime drama berisikan fakta dan konsekuensi dari cukup banyak hal yang mudah kita temukan di kehidupan sehari-hari. Itu merupakan salah satu kekuatan film ini, feel realistic, bukan hanya karena isu dan konflik yang familiar saja namun juga karena kemampuan karakter utama menjadi cerminan manusia jaman sekarang lengkap dengan berbagai problematikanya. Strong and believable.


Ya, kinerja akting yang kuat dari Aubrey Plaza punya kontribusi yang sangat besar pada pencapaian positif film ini, mayoritas suspense yang coba disuntikkan berhasil bekerja dengan baik tidak lepas dari bagaimana Aubrey mengkomunikasikan emosi lewat ekspresi wajah dan gerak tubuhnya. Polemik moral juga tersampaikan dengan baik oleh Aubrey Plaza di kinerja akting terbaiknya setelah berperan sebagai Allison di film ‘Black Bear’, semakin mengukuhkan posisi wanita yang dahulu lebih akrab dengan komedi itu sebagai one of the most interesting actresses saat ini. Theo Rossi juga menjalankan tugasnya dengan baik sebagai salah satu sumber masalah, meski memang porsinya terbatas karena narasi berputar hampir selalu di sekitar karakter utama, yang juga merupakan salah satu alasan it turns out well.

Overall, ‘Emily the Criminal’ adalah film yang memuaskan. Sebuah dunia yang kecil dengan pusat utama seorang wanita sedang tertekan secara ekonomi yang menjadi perwujudan dari dunia yang lebih luas, yakni dunia nyata. Dari recruitment, kontrak kerja, hingga credit card fraud, dibentuk oleh John Patton Ford secara lugas dan dikemas sederhana, membuat narasi easy to go along with di mana crime, drama, dan thriller menghasilkan pertunjukkan tenang namun engaging. Aubrey Plaza jelas sinar paling terang di sini, paling memorable bahkan, but with taking a closer look at the stakes a person will go to in order to survive ‘Emily the Criminal’ beresonansi dengan apa yang semakin mudah terjadi di dunia tipu-tipu saat ini. Sekali lagi, segala sesuatu yang terjadi di film ini bisa terjadi padamu. Segmented.





1 comment :

  1. “You will figure out your gift. God will give you gift.”

    ReplyDelete