21 August 2022

Movie Review: Official Competition (2021)

“We're going to make a f**king great film.”

Tahukah kamu bahwa scene paling populer di ‘Basic Instinct’ ternyata direkam tanpa knowledge dari sang Aktris, Sharon Stone, yang merasa ditipu oleh Paul Verhoeven, hal yang kemudian dibantah oleh sang Sutradara. Aktor berkelahi dengan Sutradara, atau dengan sesama Aktor, atau Sutradara yang justru bersitegang dengan para crew memang bukan hal baru pada proses produksi sebuah film, karena film sendiri pada dasarnya merupakan sebuah kumpulan ide yang lantas berkombinasi setelah saling mencocokkan satu sama lain. Itu mengapa dibutuhkan tahap persiapan yang sangat matang baik dari sisi teknis hingga tentu saja para Aktor yang akan menjalani proses rehearsal terlebih dahulu. Apa jadinya jika proses development sebuah film sudah dilanda banyak masalah? ‘Official Competition (Competencia oficial)’: a clever look at the vanity in the film business.


Menjelang ulang tahunnya yang ke-80, seorang multimillionaire bernama Humberto Suárez (José Luis Gómez) mendadak memiliki hal baru yang ingin ia capai. Selama ini penguasa industri farmasi itu dikenal sebagai sosok dermawan yang membantu 10.000 keluarga, tapi ia ingin memiliki warisan lain yang dapat membuat namanya semakin harum di mata banyak orang. Setelah berbagai pertimbangan pilihannya jatuh pada industri film, yakni dengan membiayai proses produksi sebuah film. Lola Cuevas (Penélope Cruz) dipilih sebagai Sutradara, sosok yang dikenal eksentrik dan pernah memenangi Palme d’Or itu juga dipersenjatai dengan award-winning novel sebagai sumber cerita, yang juga secara khusus dibeli oleh Humberto Suárez dengan harga yang mahal.

Kisahnya sendiri adalah tentang seorang pria yang tidak bisa memaafkan saudara laki-lakinya yang telah membunuh orangtua mereka dalam sebuah kecelakaan. Dua karakter utama akan diperankan oleh Félix Rivero (Antonio Banderas), celebrity actor dengan popularitas tingkat dunia yang pernah sukses membawa pulang dua piala Golden Globes, sedangkan satunya lagi diperankan oleh Iván Torres (Oscar Martínez) yang merupakan stage actor dan dikenal sebagai maestro di local theater. Keduanya punya metode dan pendekatan yang berbeda terkait akting sehingga pertengkaran tidak dapat dielakkan. Ego dua orang pria yang saling bertabrakan itu coba dicarikan solusi oleh Lola, tapi dengan cara miliknya yang juga unik dan gila.

Judul film ini sebenarnya punya berbagai makna. Beberapa di antara penonton yang gemar mengikuti berita tentang film mungkin akan menyandingkannya dengan film festival di mana ajang utamanya dikenal dengan sebuah “In Competition”, lagipula cerita film ini memang tentang proses pembuatan film dengan target utama adalah untuk dapat tampil di film festival. Duet Sutradara Gastón Duprat dan Mariano Cohn tidak pernah mencoba memberi penjelasan yang lebih detail dan justru melepas isi pikiran penonton untuk bermain dengan interpretasi masing-masing. Karena konflik juga tidak rumit, yakni tentang tahap persiapan produksi sebuah film. Di sana kamu dibawa bertemu dengan kerumitan yang sesungguhnya, seperti yang diinfokan tadi bahwa di awal dibutuhkan waktu untuk “menyatukan” tiap komponen sebuah film

 

Ada tahap development sebelum filming dan di masa itu yang dipersiapkan bukan hanya tentang hal-hal teknis saja seperti production design hingga kostum, namun juga latihan atau rehearsal pada pementasan cerita. Tahapan tersebut bukan hanya sekedar memindahkan cerita dari bentuk tulisan ke dalam bentuk visual saja namun juga melatih ingatan dan memori setiap komponen film pada peran mereka masing, apa saja yang harus mereka lakukan, kapan, dan bagaimana. Ya, simulasi sangatlah penting dan tahapan itu yang digunakan oleh Gastón Duprat dan Mariano Cohn serta Andrés Duprat untuk menampilkan sebuah homage bagi industri perfilman, include berbagai kesulitan dan hal gila yang dapat terjadi di dalamnya. Di sini hal terakhir tadi hadir dari karakteristik tiga karakter utamanya yang tampak saling tidak cocok.

Cerita dimulai dengan baik lewat sebuah keinginan seorang multimillionaire untuk memiliki “warisan” dalam bentuk selain uang yang dapat menjangkau masyarakat dengan mudah. Dan pilihannya jatuh ke film, menyuntik biaya besar dan bahkan ia meminjamkan kantornya, kita tidak hanya punya pondasi utama yang kuat tapi juga production design yang memikat, bangunan dengan arsitektur cantik digunakan Lola untuk proses persiapan dengan kedua Aktor utama. Lewat Produser pula Sutradara mendorong beberapa isu konflik kepentingan yang menggelitik, bersanding manis dengan fokus utama cerita, yakni “adu jotos” antara Lola, Felix, dan Ivan. Sejak awal saya sudah dibuat mengantisipasi munculnya ledakan dari mereka bertiga, ide Lola kadang gila, begitupula rasa percaya diri tinggi yang membuat Felix kadang “buta”.

 

Ivan? Dia adalah sosok idelalis yang menolak untuk sangat menjunjung tinggi nilai sebenarnya dari sebuah seni akting! Perdebatan baik secara langsung maupun dalam diri mereka sendiri yang terus membuat “kekacauan” di proses development itu jadi terasa konsisten menarik. Bersiaplah terkejut melihat berbagai metode gila dari isi kepala seorang Lola yang selalu mampu menghasilkan komedi yang menyenangkan, meski memang beberapa terasa dark dengan selipan isu dan pesan yang oke. Sedang Felix dan Ivan dengan latar belakang karir akting mereka yang berbeda itu membuat keduanya punya love-hate relationship layaknya Tom and Jerry. Gaston dan Mariano membentuk runtutan masalah dan eksposisi pada cerita secara kuat dan terasa jelas sehingga memudahkan penonton untuk “hanyut” di dalam kompetisi penuh trickery di antara tiga karakter utamanya. 

‘Official Competition’ bukan hanya tentang kisah produksi film dengan main goal untuk berkompetisi di film festival saja, tapi juga “kompetisi” yang terjadi di dalam proses produksi itu sendiri. Bukan hanya tentang ketidakcocokan saja tapi juga ikut meliputi rintangan pada proses tersebut, seperti rasa takut, rasa ragu, persepsi dan tekanan. It’s an exercise on the ego, a clever look at the vanity in the film business, menggunakan daily clash antar karakter utama menjadi arena untuk menunjukkan antithesis antara sisi serius dan sisi entertainment dari sebuah karya seni, termasuk creative chaos pada proses pembuatannya serta treatment dan eksploitasi di dalam movie industry. Satire terasa sangat kuat dan sukses menggelitik saya, dan membuat saya tidak merasa terganggu dengan beberapa kekurangannya.

 

Seperti lacks the depth for a drama, begitupula konsekuensi dan kesimpulan yang terasa kurang kuat di akhir. Saya juga notice beberapa scenes yang overly long meskipun eksistensi mereka punya fungsi bagi cerita namun punya potensi untuk terasa aneh serta menjengkelkan bagi beberapa penonton. Karena fokus utamanya  memang tertuju pada mereka yang senang dengan silly satire, kompetisi utama yang dipenuhi dengan argumen verbal itu penuh satire dengan punch yang kuat dan tidak pernah kehilangan cengkeramannya sejak awal. Apalagi dengan karakter yang terasa menyenangkan pesonanya untuk diikuti, tanpa konflik yang terlalu rumit membuat cukup banyak ruang bagi mereka untuk bersinar, Penélope Cruz sebagai Sutradara gila yang siap melakukan apa saja demi karya seninya, serta Antonio Banderas dan Oscar Martínez sebagai dua Aktor dengan ego ibarat kutub selatan dan kutub utara magnet. Quirky with sensitivity, mereka trio yang menyenangkan untuk diamati.

Overall, ‘Official Competition (Competencia oficial)’ adalah film yang memuaskan. Dengan menggunakan bahasa visual yang kuat dan menyenangkan serta ditunjang kinerja akting yang memikat, Gastón Duprat dan Mariano Cohn tidak hanya berhasil menyajikan sebuah homage bagi industri perfilman saja tapi juga membawa para penonton menelisik “kesombongan” yang exist di dalamnya, lewat masalah di tahap development yang tidak hanya dipenuhi masalah yang tampak saja seperti creative chaos tapi juga kompetisi lain yang lebih tricky, seperti ego Sutradara dan Aktor. It's a clever and hilariously look at the vanity in the film business. Segmented.





1 comment :

  1. "I wonder if we can dislike a film, but think it's good as well. And when we think a film is good, is it good? I don't know, maybe it only reaffirms our pigeonholed, entrenched tastes. We should be very careful about what we like. Because one sees what one understands, and what one doesn't understand, one doesn't like."

    ReplyDelete