19 August 2015

Review: Straight Outta Compton (2015)


"People are scared of you guys. They think you're dangerous, but the world needs to hear it."

Straight Outta Compton adalah bintang yang tak terduga di box-office tahun ini, enam hari sejak rilis berhasil meraih $67 juta dollar, berhasil meraih hati dan cinta bukan hanya dari penonton umum namun juga para pengamat film. Apa yang menyebabkan film ini mendadak menjadi hit yang mencuri atensi skala besar? Strategi marketing serta pengaruh sosok ternama seperti Dr. Dre dan Ice Cube di balik layar? Mungkin saja, namun dibawah kendali sutradara The Italian Job film yang menyandang status sebagai sebuah biopic ini layak mendapatkan cinta tersebut.

Di era tahun 1980-an para pemuda Afrika-Amerika di Compton menghadapi berbagai masalah, dari kemiskinan, obat-obat terlarang, kekerasan hingga pelecehan dari polisi. Lima pemuda, Dr Dre (Corey Hawkins), Ice Cube (O'Shea Jackson Jr), Eazy-E (Jason Mitchell), MC Ren (Aldis Hodge), dan DJ Yella (Neil Brown Jr) mencoba melakukan perubahan dengan membentuk sebuah grup music hiphop NWA dengan bantuan manajer Jerry Heller (Paul Giamatti). Tapi dengan cepat pencapaian tersebut mendorong masalah lain masuk kedalam kehidupan mereka, bukan hanya di karenakan uang namun besarnya cinta yang mereka dapatkan dari para fans sama besarnya dengan rasa benci dari pihak yang membenci eksistensi mereka. 



Sebagai wanita yang menjalani masa coming-of-age di tahun 2000-an tentu saja saya tidak mengenal atau mengetahui siapa itu N.W.A (Niggaz wit' Attitude) meskipun memang saya tahu dua anggotanya, Dr. Dre dan Ice Cube. Hal tadi jika ditambah dengan fakta bahwa saya bukan salah satu penggemar kelas berat dari music hiphop semakin melengkapi status saya yang datang menyaksikan film ini sebagai penonton awam. Nah, kondisi itu yang justru menjadikan Straight Outta Compton terasa menarik buat saya, diawal berharap ini pasti sasaran utamanya para penggemar music hiphop tapi ternyata ketika durasinya yang lebih dari dua jam (menariknya tidak terasa membosankan) itu berakhir saya ditinggalkan dengan rasa puas.



Apa yang menjadikan Straight Outta Compton terasa menarik? Ia berhasil memindahkan energi dari perjuangan karakter kepada penonton, mencengkeram mereka sejak awal dan membuat penonton seolah jadi bagian dari perjuangan tersebut. Ini bukan sekedar perjuangan kelas bawah untuk membuktikan eksistensi mereka dengan bergantung pada label the world's most dangerous rap group yang mereka bawa, Straight Outta Compton ingin membawa kamu menyaksikan perjalanan N.W.A di  era tahun 1980-an yang lalu dalam upaya mengubah perspektif terhadap industry music hiphop. Well, memang ada kekerasan dan segala macam hal negatif yang selama ini sering kali jadi image genre music tersebut tapi dengan menggabungkannya bersama gairah dari music itu sendiri Straight Outta Compton sukses berjalan dengan baik hingga akhir.



Kesuksesan yang akan saya kenang dari Straight Outta Compton adalah bagaimana ia mencampur drama, music, dan komedi dengan baik tanpa meninggalkan kesan provokatif yang berlebihan. F. Gary Gray melakukan pekerjaan yang baik disini terutama pada menjaga agar tiga bagian tadi punya ruang dan kesempatan masing-masing, masalah ketidakadilan sosial misalnya ditangkap dengan baik sehingga tidak terasa menghakimi, para pemeran punya momen dimana mereka mengeluarkan sinar dari masing-masing karakter, dan kerja sama diantara mereka terasa oke, ada yang berperan sebagai pemimpin tapi di dukung dengan karakter yang berperan memasukkan unsur komikal. Dan tentu saja kelebihan tadi dilengkapi dengan soundtrack yang mampu meningkatkan tensi di setiap scene dimana ia hadir.



Tapi bukan berarti Straight Outta Compton tidak punya kekurangan, ini tidak istimewa, bahkan di beberapa bagian ada yang terasa mentah. Durasinya 147 menit dan ada alasan dibalik itu. Setelah sedikit masuk kebagian tengah cerita Straight Outta Compton mulai terasa sedikit canggung, power dari ensemble sedikit kendur. F. Gary Gray seperti punya beban untuk membuat masing-masing karakter utama punya bobot yang kuat, tidak heran kerap muncul kesan studi karakter di dalam narasi. Meskipun begitu apresiasi layak diberikan kepada F. Gary Gray dan tim karena dengan kekurangan tadi laju cerita tidak terasa lesu, dan yang terpenting tujuan utama mereka diawal tetap oke hingga akhir, fokus yang baik menjadikan cerita tetap menarik untuk di ikuti. Menghibur. 







2 comments :

  1. Ririn, do you live in America? You know, I wanna watch this so bad :(

    ReplyDelete
  2. Hello, Sinekdoks. :) That’s right, currently I stay in the US.

    ReplyDelete