12 November 2012

Movie Review: Wreck-It Ralph (2012)

 

Kejar mimpimu hingga ujung dunia. Itu prinsip yang dimiliki oleh Ralph (John C. Reilly), karakter dalam game Fix-It Felix, Jr., yang dalam kesehariannya bertugas merusak sebuah gedung, dan kemudian akan diperbaiki oleh Felix (Jack McBrayer). Ralph memiliki mimpi untuk menjadi seorang pahlawan, bukan hanya sebatas musuh utama yang tidak pernah mendapatkan penghargaan berupa medali. Untuk mewujudkan mimpi tersebut Ralph melakukan pemberontakkan, menuju game lain, yang tanpa disadarinya membawa sebuah masalah besar yang dapat mengancam eksistensi banyak karakter game. 

Ketika Mr. Litwak (Ed O'Neill) sang pemilik pusat permainan resmi menutup tokonya, semua karakter bebas untuk saling berkunjung antar permainan. Hal tersebut dimanfaatkan oleh Ralph untuk melakukan pemberontakkan yang sebelumnya pernah dilakukan oleh karakter bernama Turbo. Ralph memang sangat sakit hati, ketika tidak diundang saat perayaan ulang tahun yang ke-30 game Fix-It Felix, Jr. Ralph kabur menuju game Hero's Duty, dan berhasil mendapatkan apa yang ia inginkan.


Ya, ia berhasil menyelinap tanpa diketahui Sersan Tamora Jean Calhoun (Jane Lynch), pemimpin Hero's Duty. Namun celakanya ketika ia kabur menggunakan pesawat, Ralph membawa serta seekor serangga yang “berbahaya” dari Hero's Duty, menjadikan pesawat kehilangan kontrol, bergerak secara acak dan mendarat di Sugar Rush, sebuah Negeri Permen yang dipimpin oleh King Candy (Alan Tudyk). Tidak cukup sampai disitu, medali Ralph dicuri oleh seorang gadis kecil bernama Vanellope von Schweetz (Sarah Silverman), yang kemudian menggunakan medali tersebut sebagai tiket untuk dapat ikut dalam balap gokart yang diadakan kerajaan. Ya, Ralph harus membantu gadis malfungsi, mewujudkan mimpinya jika Ralph ingin medapatkan kembali medali tersebut.

Saya termasuk orang yang tidak menaruh ekspektasi besar ketika mengetahui berita akan hadirnya Wreck-it Ralph ke layar lebar, meskipun dibelakangnya ada Walt Disney. Tema yang diangkat menjadi penyebab utamanya, game era 80-an hingga 90-an yang bagi saya akan dipenuhi gambar dengan pixel yang kasar dan kaku. Ya, saya bukanlah seorang gamer kelas berat untuk game  dari jaman itu. Saya hanya kenal Super Mario, Sonic, Pac-Man, dan Street Fighter. Saya bahkan hanya sebatas tahu tentang Sugar Rush dan Hero's Duty. Lantas apakah itu mengurangi kenikmatan film ini untuk penonton yang awam game era 90-an seperti saya? Jawabnya adalah tidak.

Rich Moore adalah penyebabnya. Moore berhasil mengendalikan sebuah konsep cerita yang sangat kuat yang ia susun bersama Jim Reardon, Phil Johnston, dan Jennifer Lee. Sejak awal konflik utama telah berhasil membentuk daya tarik dengan skala yang besar. Berpetualang antar game jelas sangat menarik, dimana mereka saling berpergian melalui kabel, bahkan melakukan pertemuan antar karakter jahat setiap minggunya. Hebatnya, setelah dibuka dengan sangat baik, Moore masih dapat menjaga daya tarik dari cerita sembari menjalankan cerita tersebut dengan plot yang sangat jelas dan sederhana. Ya, sederhana di setiap konflik, dimana Moore memberikan sebuah cerita yang dapat dimengerti dengan sangat mudah.


Dengan banyak perpaduan warna yang ia miliki, Wreck-it Ralph jelas akan terus memanjakan mata anda dengan warna-warna indahnya yang dalam sambil bernostalgia dengan kenangan anda ketika memainkan game-game tersebut satu hingga dua dekade yang lalu. Namun ini bukanlah film animasi yang hanya mengandalkan permainan visual untuk menghibur anda. Wreck-it Ralph malah memberikan sebuah kemasan dimana beberapa unsur pendukung cerita menyatu dengan baik. Unsur serius dan santai berpadu dengan indah, dan selalu terasa berada di tempat yang tepat. Ketika serius, Ralph dan kawan-kawannya berhasil menyentuh saya sehingga menaruh simpati pada mereka, dan ketika santai, saya dapat tertawa lepas dengan kekonyolan yang mereka hadirkan, dari yang frontal hingga yang terkesan malu-malu.

Lantas apakah Wreck-it Ralph layak untuk anda saksikan bersama anak-anak anda? Ya, sangat layak. Dialog jenaka yang ditampilkan tidak ada yang vulgar, justru beberapa plesetan setelah kata “Holy” berhasil mengundang tawa. Alur cerita yang dimiliki juga tidak rumit, namun tidak pula terlalu sempit. Ada konflik utama dan beberapa konflik pendukung, namun berkat hubungan sebab-akibat yang sangat jelas semua itu berhasil menyatu dengan baik, dan memberikan sebuah akhir yang terasa manis. Ya, saya merasakan itu, dan berkat performa yang sangat baik dari para pengisi suara, tidak ada momen membosankan yang saya temukan. Dan jelas anda akan terhibur dengan karakter lucu dan imut yang dihadirkan, terutama Vanellope von Schweetz yang dapat mengundang senyum berkat tingkah lucu dan menggemaskan, namun dapat pula menjadikan anda merasakan duka lewat permainan emosi yang ia hadirkan.


Overall, Wreck-it Ralph adalah film animasi yang sangat memuaskan. Ide unik tersebut berhasil dieksekusi dengan baik oleh Rich Moore bersama timnya. Banyak pahit dan manis kehidupan yang terselip dengan sempurna dibalik kegaduhan yang tercipta selama 101 menit. Memang apa yang diberikan film ini tidak sebesar Toy Story 3, namun saya mencintai film ini. Wreck-it Ralph adalah film animasi yang unik, dan menyenangkan.

Score: 8,5/10

1 comment :

  1. Film ini membawa emosi penonton ombang ambing menurut saya :D Lihat muka si turbo itu kok jadi merinding gimana gitu hehehe. By the way saya nonton film ini tepat di tanggal postingan ini, kebetulan sekali.

    ReplyDelete