26 July 2020

Movie Review: Archive (2020)


“She has no idea what's happening to her.”

Ide kloning manusia yang sebenarnya telah eksis mungkin akan menjadi sesuatu yang tidak lagi mustahil di masa depan. Near future, maybe. Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat mungkin saja kelak semua memori yang tersimpan di dalam otak manusia dapat dipindahkan ke dalam bentuk sebuah file, lalu kemudian file tersebut yang akan digunakan sebagai “otak baru” bagi robot yang akan menjadi kloning. Ide tersebut yang coba dieksplorasi oleh film sci-fi ini yang mencoba mengkombinasikan ‘Moon’ bersama ‘Ex Machina’. ‘Archive’ : not a tidy process but it is working.

Di tahun 2038, seorang pria bernama George Almore (Theo James) tinggal di sebuah infrastruktur riset tua berukuran besar yang dikelilingi hutan, letaknya terpencil dan akses menuju infrastruktur tersebut hanya dapat melalui sebuah jembatan penghubung. Berlokasi di Yaminashi prefecture, Jepang, dan terisolasi dari dunia luar, di sana George menjalankan tugasnya untuk menciptakan sebuah prototype Artificial Intelligence dalam bentuk robot dengan tujuan utama untuk mendapatkan produk akhir yang dapat menyerupai manusia, tidak hanya dari segi fisik tapi juga tingkat kecerdasan.

Kontrak George adalah tiga tahun dan kini ia telah berada di penghujung kontrak tersebut, tidak heran George kemudian merasakan tekanan yang semakin besar. Untuk mempermudah agar prototype terbaru yang sedang ia kerjakan itu dapat mendekati kesempurnaan yang ia cari, George memutuskan untuk menggunakan “file” milik istrinya, Jules Almore (Stacy Martin), yang akan ia suntikkan ke dalam sistem robot yang sedang ia bangun. Celakanya upaya penuh resiko untuk menciptakan replika dari sang istri tersebut menciptakan masalah bagi George.
Film yang mencoba menghadirkan kepada penonton cerita dengan premis dan ide yang tampak “gila” jika dilihat dari pemikiran atau logika normal memiliki satu tugas yang wajib ia lakukan dengan baik di bagian awal. Tidak hanya sekedar membuat cerita dan karakter tampak menarik saja, tapi film tersebut juga harus mampu menjadikan premis dan ide yang usung tersebut tampak "memungkinkan" untuk dicapai. Hal tersebut sangat penting karena akan menjadi semacam pintu utama yang kemudian mengundang penonton untuk masuk dan ikut serta di dalam proses yang sedang dilakukan oleh karakter di dalam cerita. ‘Archive’ berhasil melakukan hal tersebut.

Sejak perkenalan pertama dengan cerita dan karakter, Sutradara sekaligus Screenwriter Gavin Rothery berhasil membuat karakter George Almore sebagai sosok yang menarik untuk diamati. Tidak ada kerumitan yang terasa terlalu menyesakkan di dalam cerita, Gavin Rothery justru dengan sabar membentuk kesan misterius untuk terus tumbuh semakin besar seiring berjalannya cerita. George telah memiliki dua prototype, yaitu J1 dan J2, salah satu dari mereka digunakan dengan baik untuk memproduksi gesekan manis di dalam cerita, membuat penonton konsisten bertanya-tanya konflik apa yang akan muncul selanjutnya.
Ya, ‘Archive’ terasa oke dalam mempermainkan penontonnya dengan membuat mereka bertanya-tanya apa yang akan terjadi selanjutnya. Gavin Rothery sendiri dengan cerdik menciptakan beberapa konflik di dalam cerita, dari segala “keterbatasan” pada panggilan telepon Jules, sikap sensitif yang ternyata muncul dari prototype yang ia bangun, hingga potensi hadirnya masalah besar dari prototype terbaru George, yaitu J3. Cerita terus berputar dengan baik di dalam lingkaran tersebut sembari di sisi lain pikiran dan rasa takut di dalam diri George terhadap semua masalah di sekitarnya juga bertumbuh semakin besar, bersama dengan kesan berbahaya dari inovasi yang coba dilakukan oleh George.

Gavin Rothery berhasil membuat penontonnya terus merasa waspada dengan berbagai kemungkinan yang dapat terjadi di dalam cerita, memang tidak berada di level seperti ‘Ex Machina’ namun cukup oke untuk terus mengunci atensi. Screenplay bermain aman tanpa mencoba mendorong masuk kerumitan ke dalam narasi yang hadir layaknya sebuah proses investigasi bersama manifestasi dari George. Cara Gavin dalam mengkombinasi drama dan sci-fi juga terasa oke, penonton di bawa untuk bermain dengan fantasi dari proses “menghidupkan” kembali manusia yang telah mati itu bersama dengan kadar emosi yang secara mengejutkan terasa tidak buruk.
Berbicara tentang kualitas “punch” yang dihasilkan ‘Archive’ memang tidak terasa terlalu rapi dan kuat, tapi mereka bekerja dengan baik. Satu hal yang terus menerus membuat penasaran hingga akhir adalah sosok Jules yang terungkap dan diurai misterinya dengan cara yang manis oleh Gavin Rothery. Berjalan dengan pace yang stabil dan konstan ‘Archive’ memang lebih mencoba menghadirkan permainan ilusi sederhana yang oke bagi penonton sebelum akhirnya mereka dipertemukan dengan sebuah kejutan yang juga oke di bagian akhir. Semua dibungkus dengan visual yang terasa compact dan indah, sederhana tapi tetap terkesan cukup kaya.

Keberhasilan ‘Archive’ menjadi sajian sci-fi yang menarik juga tidak lepas dari kinerja akting yang ditampilkan oleh para aktor. Theo James (Divergent, Insurgent) dibekali dengan materi yang tidak terlalu berat dan ia berhasil menggunakan kondisi tersebut untuk membuat karakter George Almore menarik untuk diamati, pria yang tampak masih merasakan trauma mendalam namun juga merasa galau dengan pilihan yang harus ia ambil dari proyek yang sedang ia kerjakan. Sedangkan berperan ganda sebagai Jules dan juga J3, Stacy Martin (Nymphomaniac) tampil oke dalam menjalankan tugasnya sebagai sumber utama misteri di dalam cerita, ia tampil oke di setiap scene flashback dan ilusi di dalam pikiran George tanpa kehilangan kontrol ketika berpindah tugas sebagai J3.
Overall, ‘Archive’ adalah film yang cukup memuaskan. Premis dan ide yang gila itu berhasil digunakan dengan baik oleh Gavin Rothery yang sejak awal telah sukses meyakinkan penonton bahwa karakter dan konflik di dalam cerita adalah sesuatu yang menarik, Gavin Rothery dengan terampil merangkai berbagai kepingan cerita menjadi satu kesatuan utuh yang manis dengan kesan sederhana yang begitu kental. Terasa smooth dan moderate dengan excitement dan thrill yang oke, ‘Archive’ berhasil menjadi sebuah sajian sci-fi thiller yang terasa understated, and yes, it is working. 















1 comment :

  1. "Welcome to engineering. Please beware of your surroundings."

    ReplyDelete