25 July 2020

Movie Review: Lucky Grandma (2019)


“Your lucky day is coming.”

Terkadang presentasi yang sederhana jika dikemas dengan tepat justru dapat bekerja jauh lebih efektif, terlebih jika materi yang terkandung di dalamnya juga sederhana. Film ini adalah contohnya, ia membawa pesan yang sangat sederhana dan kemudian ditampilkan juga dengan cara sederhana, ke dalam sebuah drama comedy dengan sedikit bumbu thriller yang dikendalikan sepenuhnya oleh karakter yang juga sederhana, seorang nenek tua tangguh yang doyan merokok dan punya tatapan "idgaf" yang terasa mematikan. ‘Lucky Grandma’ : a charming story about growing old and respect for elderly.

Grandma (Tsai Chin) sebenarnya sudah berulang kali diminta oleh anak laki-lakinya untuk pindah dan tinggal bersama mereka dan juga cucunya, namun permintaan tersebut dengan tegas ditolak oleh Grandma. Wanita lanjut usia tersebut lebih memilih untuk tinggal sendiri di sebuah apartemen kecil di area Chinatown kota New York, dan dengan sedikit angkuh mengatakan bahwa ia tidak butuh bantuan dana dari anaknya tersebut. Faktanya uang yang Grandma punya tidak banyak, tapi wanita yang doyan merokok tersebut tidak kehabisan akal dan menolak menyerah.

Ia memutuskan untuk datang ke kasino dan mengadu peruntungannya di sana. Hasil yang Grandma peroleh ternyata tidak sepenuhnya sesuai dengan ekspektasinya, namun ternyata dewi keberuntungan sedang berpihak padanya. Pada satu momen. Grandma secara tidak sengaja “dihampiri” sebuah tas ketika ia sedang berada di dalam bus, namun alih-alih mengembalikan tas tersebut ke tempatnya Grandma justru secara sengaja memilih untuk membawa tas yang bukan miliknya tersebut. Grandma tidak tahu bahwa tas tersebut sebenarnya milik perkumpulan gangster, the Red Dragon. 
Di debut film layar lebarnya ini Sutradara Sasie Sealy melakukan pekerjaan yang sangat baik dalam mengakomodasi senjata utama nan mematikan yang ia miliki, yaitu pesona kuat, tangguh, dan sedikit gila namun charming dari karakter Grandma yang diperankan dengan sangat baik oleh Tsai Chin. Sejak kemunculannya di layar dengan sangat cepat Grandma langsung meraih atensi penonton, mengunci mereka dengan perawakan “kokoh” yang ia punya dibalik kemampuan fisiknya yang mungkin tidak berada dalam kondisi serupa. Rokok yang seolah setia menempel di jari tangan Grandma semakin memperkuat kesan tersebut, kita dibuat yakin bahwa wanita lansia ini dapat menyelesaikan semua masalah yang ia hadapi.

Kesan tersebut ternyata sangat penting bagi cerita mengingat setelah itu Grandma dihadapkan dengan berbagai rintangan yang harus ia selesaikan. Awalnya ini tampak seperti akan berjalan ke arah menjadi sebuah drama yang mencoba menyoroti kehidupan orang usia lanjut dengan segala “keterbatasan” yang telah mereka miliki, namun bersama dengan Angela Cheng cerita yang ditulis oleh Sasie Sealy justru tidak mencoba menaruh kesan “lemah” tersebut untuk mengeksplorasi tema utama yang coba mereka bawa, yaitu respect kepada para orang tua lanjut usia. Mereka justru menempatkan karakter utama di dalam "misi" untuk menghancurkan segala keterbatasan tadi sebagai sebuah pembuktian kepada penonton.
Tidak heran pada akhirnya petualangan sederhana yang dikombinasikan dengan sedikit bumbu crime dan thriller tersebut terasa menyenangkan untuk diikuti. Karakter utama kita yang tangguh tersebut berhasil membuktikan kepada anaknya dan juga para penonton bahwa usia bukan halangan baginya untuk terus bersikap berani dalam menjalani kehidupannya, sesuai dengan yang ia inginkan. Grandma punya sikap keras kepala dibalik perawakan kokoh dan tangguhnya, dan hal yang terasa wajar eksis di usia lanjut itu digunakan dengan baik Sasie Sealy untuk terus mengembangkan narasi cerita, membawa Grandma terus berjalan mengitari Chinatown untuk menaklukan rasa frustasi yang menghampirinya.

Memang eksekusi yang Sasie Sealy berikan tidak semuanya terasa mulus terutama jika berbicara tentang lingkungan di sekitar Grandma, selain karakter Big Pong (Hsiao-Yuan Ha) dan keluarga, lingkungan di sekitar Grandma terasa kurang hidup dan kaku. Tapi hal tersebut diakali oleh Sasie Sealy dengan mencoba tetap mengarahkan atensi penonton pada karakter utama, yang harus diakui cukup sukses untuk terus mengunci atensi. Rintangan yang harus dihadapi Grandma juga terasa understated, ada rasa hormat di mana aksi kejar ditampilkan dengan speed yang normal sedangkan pertarungan tidak hadir dalam oktan tinggi, dan menariknya tanpa meninggalkan kesan “meremehkan” karakter utama.
Yang Sasie Sealy lakukan justru adalah embracing keindahan dari menjadi orang lanjut usia, menggambarkan bagaimana mereka tidak boleh dijadikan sosok yang terlupakan begitu saja sembari menunjukkan bahwa usia dengan angka yang sudah sangat banyak itu tidak boleh pula menjadi penghalang untuk terus bermimpi. Grandma dares to dare di sini, ia menolak tampak lemah namun justru menunjukkan bahwa ia “masih ada” yang menariknya ia tampilkan dengan menjalani hidup menggunakan konsep idgaf yang menarik. Tanpa terkesan mengemis Grandma terus menerus menunjukkan bagaimana dirinya menginginkan rasa hormat dari orang-orang di sekitarnya, sesuatu yang memang layak ia dan orang-orang di usianya peroleh.

Pencapaian di atas tidak lepas dari kinerja akting yang menawan dari seorang Tsai Chin. Karakter lain di sekitarnya menjalankan tugas mereka secara cukup efektif di mana Hsiao-Yuan Ha yang berperan sebagai Big Pong yang paling mencuri atensi, namun dari awal hingga akhir ‘Lucky Grandma’ adalah sebuah acting showcase bagi Tsai Chin. Sosok tangguh dan seperti tidak punya perasaan, Tsai Chin membuat Grandma menjadi karakter yang kehadirannya di layar terasa sangat magnetic, ia juga berhasil memadukan kesan kokoh yang dimiliki Grandma untuk tidak terasa overdo sehingga tetap mampu mendorong sisi lembut dari wanita dengan tatapan mata mematikan itu untuk meraih simpati penontonnya.
Overall, ‘Lucky Grandma’ adalah film yang memuaskan. Jika berbicara secara tampilan maka apa yang dihadirkan Sasie Sealy di sini memang terkesan kurang dipoles, tapi hal tersebut justru membuat target yang dipasang sejak awal berhasil dicapai dengan baik yaitu sebuah penggambaran dari arti atau makna di balik proses menua serta respect terhadap orang lanjut usia. Dreaming and acceptance menjadi bagian penting di dalam cerita, yang juga sebenarnya bagian penting di dalam proses bertumbuh yang dijalani oleh setiap manusia. Segmented.















1 comment :