09 May 2020

Movie Review: Time to Hunt (Sanyangui Sigan) (2020)


“I'm glad I let you live.”

Kamu pasti pernah mendengar salah satu prinsip dasar investasi yang dikenal dengan prinsip high risk high return. Makna dari prinsip tersebut sendiri adalah semakin besar resiko yang diambil maka potensi imbal hasil yang dapat diperoleh juga akan semakin besar. Di film ini empat orang anak muda memberanikan diri untuk menerapkan prinsip tersebut, mereka mencoba untuk mengambil resiko yang sangat berbahaya untuk dapat meraih mimpi yang selama ini mereka dambakan, aksi yang kemudian membuat dimulainya sebuah perburuan. ‘Time to Hunt’ : an action crime thriller film that wrongly chooses a weapon.

Korea Selatan yang dystopian telah mengalami kehancuran yang sangat berat, kehidupan kini semakin keras di mana aksi demo seolah menjadi pemandangan yang sangat biasa. Perekonomian Korea Selatan runtuh, itu ditandai dengan mata uang mereka (Won) yang jatuh secara masif terhadap US Dollar. Hal tersebut membuat pria bernama Jun-seok (Lee Je-hoon) terkejut ketika ia keluar dari penjara dan disambut oleh dua sahabatnya, Jang-ho (Ahn Jae-hong) dan Ki-hoon (Choi Woo-shik). Jun-seok sangat ingat bahwa ketika ia masuk ke dalam penjara dirinya masih memiliki uang dalam jumlah yang cukup banyak, materi yang kini telah tiada.

Hal tersebut kemudian membuat Jun-seok memutuskan untuk segera melaksanakan rencana yang telah ia susun sejak mendekam di dalam penjara. Jun-seok punya mimpi untuk hidup kaya raya dengan pemandangan yang indah di Kenting, selatan Taiwan, dan untuk itu ia menyusun rencana merampok sebuah rumah judi ilegal. Dibantu seorang pria bernama Sang-soo (Park Jung-min) rencana tersebut segera mereka eksekusi setelah merasa yakin dengan persiapan singkat yang mereka lakukan. Celakanya adalah Jun-seok dan teman-temannya tersebut tidak sadar dengan siapa mereka mencoba bermain api, aksi mereka kemudian menciptakan sebuah aksi perburuan.
Saya suka dengan konsep yang digunakan oleh Sutradara Yoon Sung-hyun di sini, sama seperti yang pernah ia terapkan di BleakNight persahabatan yang terjalin di antara karakter kembali menjadi tombak andalan yang paling utama. Kali ini memang tidak terlalu mencolok ketimbang Bleak Night terlebih dengan konflik utama yang berputar-putar di isu pencurian yang secara bertahap membawa karakter masuk ke dalam “siksaan” yang semakin berat. Namun menariknya di balik kondisi tersebut pesona ikatan pertemanan yang terjalin di antara empat karakter tetap berhasil menjadi semacam sinar yang cukup terang di balik konflik yang kelam itu.

Cara Yoon Sung-hyun menekankan isu tentang persahabatan itu di sini cukup menarik, tidak terlalu baru memang namun penggunaan kondisi tertekan di dalam perburuan yang harus mereka jalani secara implisit justru menciptakan semacam jalinan emosi yang cukup menarik di antara empat karakter itu. Berbagai ucapan kasar memang menjadi warna dominan di dalam keseharian mereka, namun Jun-seok dan tiga rekannya itu berhasil menghadirkan chemistry yang oke dan membuat persahabatan mereka tampak menyenangkan untuk diamati. Sayangnya Yoon Sung-hyun tidak memberikan porsi yang sedikit lebih banyak untuk itu.
Hasilnya kisah tentang persahabatan itu harus puas hanya duduk manis menjadi pendamping bagi perburuan yang terus mendapat sorotan utama. Berbicara tentang perburuan sendiri eksekusi yang diberikan Yoon Sung-hyun terasa oke, thrill dari aksi lari dan mengejar itu dikemas dengan baik, tensi cerita terasa cukup oke terutama pada cara Yoon Sung-hyun mengemas momen-momen menegangkan yang mencoba menarik untuk kemudian sedikit mengulur intensitas elemen action di dalam cerita. Ada momen di mana hujaman peluru yang bergerak cepat berhasil menciptakan kepanikan yang sangat besar pada karakter, penonton ikut merasakan itu, namun tarik ulur di bagian action tadi juga membuat ‘Time to Hunt’ jadi terasa kurang dinamis.

Di sini kita punya karakter Han (Park Hae-soo), dan jika berbicara tentang karisma ia punya pesona yang di awal kemunculannya sukses meyakinkan penonton bahwa dirinya adalah sosok yang berbahaya. Atau bahkan mungkin sulit untuk dikalahkan. Tapi apakah Han sukses mengintimidasi? Sayangnya terasa kurang. Motif utama yang dimiliki Han sendiri dibuat tampak misterius oleh Yoon Sung-hyun namun kondisi di mana dirinya tampak unbeatable itu yang justru membuat sebuah twist kecil di bagian penghujung itu terasa kurang nendang. Meskipun secara koneksi hubungan sebab dan akibat itu bagus terlebih karena mereka sederhana, namun kejutan itu terasa sedikit dipaksakan dan membuat apa yang hadir selanjutnya terasa semakin kendur.
Ya, semakin kendur, secara kualitas dinamika cerita memang terasa jumpy dengan berbagai momen yang intens, namun secara grafik “punch” yang dihasilkan menunjukkan grafik yang bergerak menurun. Hal tersebut sangat disayangkan karena Sung-hyun sudah sedikit mengorbankan elemen lain yang sebenarnya tidak kalah potensial, yaitu eksplorasi terhadap isu friendship empat karakter utama. Yoon Sung-hyun terasa terlalu fokus dalam membentuk dunia dystopian itu sendiri, ia terus mencoba menekankan kesan kejam dan kering yang mungkin akan terjadi di masa depan, bagaimana manusia akan saling “memakan” manusia lainnya tidak lagi dengan cara implisit yang eksis seperti sekarang ini, namun dengan cara yang jauh lebih frontal.

Hasilnya ‘Time to Hunt’ terasa overstretched, terasa kurang padat, ia juga punya beberapa buah momen di mana karakter dan cerita terasa mencoba terlalu keras. Ya, untung saja kita punya lima karakter yang mampu membentuk sebuah tim yang oke, mereka saling menopang satu sama lain ketika cerita mulai tampak sedikit kelelahan untuk bergerak. Ahn Jae-hong (Reply 1988, FamilyhoodFight for My Way), Choi Woo-shik (Train to Busan, Okja, Parasite), dan Park Jung-min (Bleak Night, Dongju: The Portrait of a Poet) tampil baik dalam memerankan karakter mereka, sedangkan meskipun intimidasi yang ia sajikan terasa kurang konsisten namun Park Hae-soo (Prison Playbook) mampu membuat Han sebagai sosok dengan pesona yang oke. Sementara itu berperan sebagai motor utama di sini Lee Je-hoon (Architecture 101, PhantomDetective) terhitung mampu menggerakkan konflik, sisi “rentan” yang dimiliki Jun-seok juga ia tampilkan dengan baik.
Overall, ‘Time to Hunt (사냥의 시간)’ adalah film yang cukup memuaskan. Konsep yang diusung menarik dan Yoon Sung-hyun berhasil mempertahankan kualitas pesona yang dimiliki konsep tersebut hingga akhir. Tapi hal tersebut pula yang kemudian membuat ‘Time to Hunt’ seperti terjebak di dalam dunia baru itu, terasa overstretched dan kurang dinamis meskipun di sisi lain tetap memborbardir penonton dengan sajian action di mana tidak sedikit di antara mereka punya kualitas thrill yang terasa memikat. Cukup seimbang meskipun pada akhirnya tidak terasa mencolok, quite fun to follow meskipun cukup disayangkan tombak utamanya kurang dimanfaatkan. High risk, high return.












1 comment :