31 October 2021

Movie Review: Malignant (2021)

“I will kill you all.”

Film ‘Insidious’ rilis di tahun 2010 dan tahun depan film kelimanya akan hadir, lalu The Conjuring yang pertama kali mengganggu paranoia penonton tahun 2013 telah memiliki delapan buah film di universe-nya, termasuk tiga buah film Annabelle dan spin-off menggunakan karakter Valak. James Wan adalah nama yang selalu terlibat di semua film tersebut tadi, baik sebagai Sutradara, Penulis, atau sebagai Produser, jadi tidak heran jika di comeback-nya ke bangku Sutradara film horor setelah rehat dan menukangi Aquaman ia mencoba menawarkan sesuatu yang seutuhnya baru dari sektor cerita meskipun sulit untuk memungkiri keterlibatan The Conjuring,Insidious, serta Saw di dalamnya. Malignant’ : scary events staged and curated by James Wan. (Warning: the following post might contains mild spoilers and sensitive content)


Madison (Annabelle Wallis) pada dasarnya sadar bahwa bersama Derek Mitchell (Jake Abel) mereka menjalani pernikahan yang jauh dari kata sehat. Madison Lake Mitchell kerap menjadi korban tindak kekerasan sang suami tapi kali ini ia mencoba untuk bersabar karena sedang mengandung calon anak mereka. Madison sudah dua kali mengalami keguguran dan dia tidak ingin kehamilannya ini berakhir sama. Naasnya keinginan Madison itu tidak dapat terwujud, ia kembali keguguran akibat sebuah serangan yang merenggut nyawa suaminya. Yang membuat Madison terkejut adalah pelaku pembunuhan tidak memiliki rupa seperti manusia normal.

Mengalami trauma Madison kemudian mendapat support dari adiknya, Sydney Lake (Maddie Hasson), tapi mimpi buruk terus menghantui Madison. Ditetapkan sebagai calon tersangka oleh Detective Kekoa Shaw (George Young) dan Detective Regina Moss (Michole Briana White) dari Seattle Police Department, rangkaian visi aneh yang dialami oleh Madison justru membawa proses investigasi semakin dekat pada satu fakta tersembunyi yang ternyata juga menjadi sumber mimpi buruk Madison. Saat berbagai aksi pembunuhan terjadi serupa dengan visi yang ia lihat Madison semakin curiga bahwa pelaku adalah sosok yang pernah ia kenal di masa lalu.

Dalam pencarian cerita barunya kali ini James Wan mencoba menggabungkan horror dengan elemen misteri yang akan langsung membuat penonton merasa kesan segar dari segi cerita dan pendekatannya. Tentu materinya sendiri tidak sepenuhnya baru tapi dengan mengisi posisi Sutradara, Penulis cerita dan juga Produser jelas James Wan memiliki creative control yang sangat luas dan bisa kamu rasakan dari action sequences misalnya. Di sini James Wan memang tidak melepas kulit “blockbuster” yang telah lekat pada beberapa film yang ia hasilkan di Insidious franchise dan the Conjuring Universe franchise tapi kesan comic juga ia dorong untuk mendominasi di sini, seperti mencoba menggabungkan blockbuster dan indie dengan mencampur beberapa genre lain, seperti psycho-horror dan family.


Saw, Dead Silence, Insidious, dan The Conjuring, semua ada di film horor terbaru Sutradara James Wan ini, yang tidak mencoba untuk mengulur waktu di awal dan langsung membawa penonton bertemu sebuah rumah yang menakutkan. Ya, rumah kembali menjadi arena bermain di film ini dan setelah mengamati bagaimana kondisi hubungan antara Madison dan Derek yang tampak tidak sehat itu penonton bertemu dengan apa yang mereka cari, yakni hantu. Sebuah perkenalan yang sangat manis di mana teknik yang digunakan adalah signature dari James Wan, permainan bunyi dan disusul kemudian dengan situasi di ruang tamu, muncul sosok asing yang ternyata menghilang ketika lampu dinyalakan. Dari sana berlanjut dengan pintu kulkas.

Sementara setengah pertama akan banyak mengingatkan pada The Conjuring serta Insidious baik itu dari segi skenario cerita dan juga pendekatan estetika yang coba ditampilkan, setengah kedua film justru bermain dengan nafas indie yang bagi saya terasa kuat, terasa lebih liar dan dinamis dilengkapi dengan berbagai macam jump scare klasik dan klise namun efektif menggedor jantung penontonnya. James Wan kembali menunjukkan alasan mengapa kini banyak penonton mengantisipasi film horor darinya, karena keahliannya dalam bermain dengan atmosifr demi menunjang tikungan dan kejutan yang telah dipersiapkan. Opening sequence langsung menebar kesan menakutkan yang lantas ditata dengan baik oleh James Wan baik itu dari segi tempo, timing, dan juga mood yang banyak dibantu oleh camera work dari Michael Burgess dan atmospheric score gubahan Joseph Bishara.


Trik membangun atmosfir menyeramkan yang mayoritas menggunakan ruangan dan lampu terasa manis, ada di satu momen ketika karakter mendadak seperti dipanggil oleh lampu jalan yang menyala dan mati secara bergantian, seolah ingin memberikan sebuah pertanda bahwa di sana ada yang sedang mengawasi karakter tersebut. Lalu di satu scene lain seorang pria tua mendadak kehilangan sinyal telepon dan melihat ada hal ganjil dari arah ruang pakaian miliknya, memainkan tempo dari sana lantas James Wan membuatmu waspada dengan menggunakan tirai yang bergerak santai. Apakah langsung muncul kejutan? Tidak, kamu dibawa berputar lagi dengan sudut pengambilan gambar yang variatif di dalam haunted house. Itu yang menyenangkan.

Formulanya sendiri tidak benar-benar baru tapi jelas efektif dalam membentuk rasa penasaran penonton terhadap sosok hantu yang telah muncul, yang kemudian jadi alat untuk mengembangkan cerita. Investigasi kembali digunakan sebagai jalan dan di sisi lain penonton di bawa bergerak mundur ke peristiwa masa lalu karakter yang memiliki keterkaitan dengan visi ganjil yang dialami oleh Madison saat ini. Memang pasca bagian pembuka yang kuat itu narasi seperti meminta waktu sejenak untuk menjelaskan pola yang akan diterapkan, yakni terkait penggunaan visi spesial yang diperoleh Madison tidak hanya mempengaruhi kesehatan psikologi dirinya saja tapi juga menjadi alat bagi proses investigasi yang dilakukan pihak kepolisian.


Mungkin yang sedikit mengganggu adalah kesan ambigu dari villain yang kemudian diketahui bernama Gabriel itu. Sejak muncul dan melakukan aksi supernatural jelas penonton akan menganggap dia sosok hantu tapi setelah kita melihat bagaimana ia berlari dari tembakan peluru kesan tersebut luntur. Wan mencoba menggabungkan haunted house dengan psychological horror dan juga slasher di sini tidak heran jika konflik identitas dan doppelgangers menghalangi image supernatural villain untuk bersinar kuat meski fakta di balik keluarga Madison dan rangkaian pembunuhan itu tetap membuat perhatian penonton tidak berpaling darinya. Apalagi tiap kali momen aneh menghampiri Madison, ekspresi yang ditunjukkan Annabelle Wallis langsung membuat penonton bersiap dan kemudian waspada menanti kejutan tiba.

Overall, ‘Malignant adalah film yang memuaskan. Pencarian cerita baru dilakukan James Wan dan berakhir baik, bermain lurus dan mampu menghasilkan sensasi yang segar dari sektor materi cerita. Memang konsepnya sendiri membutuhkan waktu agar bisa “menghujam” penontonnya, dan dengan durasi 111 menit bagian tengah film terasa sedikit lamban serta diakhiri dengan a bit too simple. Tapi sulit untuk memungkiri kualitas craftsmanship yang disajikan James Wan di sini, dari atmosfir cerita, akting, elemen teknis, hingga staging, mereka menunjukkan bagaimana James Wan has mastered the genre, play outrageous with silly and blast. Prepare yourself for a bigger surprise. Segmented.







1 comment :