09 June 2016

Movie Review: The Conjuring 2 [2016]


This one still haunts me.”      

Tiga tahun lalu James Wan berhasil menciptakan salah satu film horror yang memiliki kualitas pengarahan serta teknik bercerita lewat narasi dan visual yang terasa cantik, tidak hanya sebagai satuan elemen namun ketika bergabung menjadi sebuah kemasan mereka terasa padat dan menyeramkan. The Conjuring, mencetak kesuksesan di box office sehingga kehadiran sekuel tentu menjadi hal yang lumrah, namun pertanyaannya adalah apakah penerusnya ini mampu membawa penonton ke level yang lebih tinggi atau setidaknya mampu memberikan sebuah petualangan supernatural yang sama menyeramkan seperti yang dilakukan pendahulunya? The Conjuring 2, a haunting but ain't terrific supernatural horror.

Di tahun 1977, Ed Warren (Patrick Wilson) dan Lorraine Warren (Vera Farmiga) melakukan pemanggilan arwah di rumah Amityville. Lorraine terguncang ketika bertemu dengan Demon Nun (Bonnie Aarons), mendapat visi buruk terkait Ed, dan meminta Ed agar mereka berhenti melakukan penyelidikan paranormal. Namun sebuah permintaan tolong dari Peggy Hodgson (Frances O'Connor) menggagalkan rencana itu. Putri bungsu Peggy, Janet Hodgson (Madison Wolfe), menunjukkan tanda-tanda kerasukan. Ed dan Lorraine mencoba membantu namun justru mendapati mereka menjadi target dari roh-roh jahat. 



Sinopsis tadi mengingatkan kamu dengan film pertama, The Conjuring? Iya, dasar masalah film ini sama dengan The Conjuring tapi berhasil James Wan (Saw, Dead Silence, Insidious, Furious 7) gunakan untuk mengulangi pencapaiannya di film pertama: memberimu sebuah petualangan mistis yang menarik, mengikat, dan mengguncang. James Wan ahli melakukan itu, bagaimana di setengah jam pertama ia mencoba membangun setup yang membuat penonton seolah berpikir akan muncul ledakan besar di bagian akhir. Bagian awal The Conjuring 2 seperti aksi menumpuk bahan-bahan yang mudah meledak, membangun atmosfer yang chilling dengan tujuan yang sederhana, membentuk sikap waspada penontonnya. Itu berhasil, penonton tidak hanya tertarik tapi merasa ikut terlibat dengan masalah yang dialami oleh keluarga Warrens, sebuah pencapaian oke yang dilakukan James Wan dengan cara yang stylish.



Ya, stylish, visual seperti merasa gerah kalau dia diam, terus membawa kamu bergerak dengan ritme yang “asyik”. Saya suka dengan cara itu, kamera terus berayun mondar-mandir untuk menciptakan kesan mengintai dan meningkatkan rasa waspada penontonnya, terasa fluid sehingga kamu seolah merasa berada di dalam cerita. Atmosfer The Conjuring 2 juga oke, kombinasi emosi karakter, masalah yang mereka hadapi, dan kemungkinan munculnya “setan” terasa oke, dan semakin lengkap dengan elemen klasik film horror berupa kemunculan suara dan teriakan secara tiba-tiba ketika kamu telah waspada. Tidak hanya itu, The Conjuring 2 terasa lebih baik dari dibandingkan pendahulunya dalam hal karakter antagonis, dalam hal tentu saja setan atau hantu. Film ini punya tiga karakter menyeramkan yang “menarik” dan mampu mengintimidasi penontonnya.



Namun yang menjadi masalah adalah berbagai kombinasi yang manis di atas tadi itu tidak terasa "padat". The Conjuring 2 punya durasi 134 menit, 22 menit lebih panjang dari The Conjuring. Apakah ada perbedaan mencolok sehingga durasi jadi lebih panjang? Sayangnya tidak, dasar masalahnya sama, cara bermainnya juga sama. Lalu yang membedakan? Yang membedakan adalah segmen yang di film pertama ditampilkan 10 menit misal, di sini ditampilkan selama 15 menit. Stretch, terasa kurang padat. Setelah menampilkan setup yang memikat di awal film ini justru jatuh ke dalam pola generik film horror, maju, tunggu, tidak ada hantu, maju, dan boom. Bukankah pola itu lumrah di film horror? Iya, tapi The Conjuring 2 justru terasa terlalu bergantung pada jump scare sehingga kesan cheap muncul, hal yang tidak dimiliki film pertamanya.



Waktu yang digunakan untuk “jump scare” itu bisa saja dipakai untuk menggali karakter bukan dipakai untuk pola berulang sebagai upaya memperdalam kesan menyeramkan. The Conjuring 2 terus terasa menarik hingga akhir, namun rasa terikat penonton dengan cerita dan karakter perlahan berkurang. Berbicara karakter Patrick Wilson dan Vera Farmiga kembali dengan penampilan yang memikat. Daya tarik film ini di awal adalah kemampuannya dalam membuat kamu seolah menjadi bagian dari cerita, dan emosi punya peran di dalamnya. Patrick Wilson dan Vera Farmiga berhasil memainkan Ed dan Lorraine dengan meyakinkan. Frances O'Connor juga berhasil mencuri perhatian sebagai ibu yang berjuang menyelamatkan putrinya. Bintang utama The Conjuring 2 adalah Madison Wolfe, suka dengan caranya menampilkan emosi dalam range yang luas, putus asa sampai rasa takut, mereka menarik.



Segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik, dan itu dialami oleh The Conjuring 2. James Wan kembali berhasil menampilkan kisah supernatural yang mencekam dengan atmosfer, karakter, dan cerita yang menarik, sayangnya kali ini terasa kurang solid, terasa sedikit lebih longgar dari film pertama. Bagian setup berhasil tampil oke tapi sayang paruh kedua The Conjuring 2 terasa “berlebihan” ketika bermain dengan penontonnya. Masih menyeramkan seperti pendahulunya namun sayangnya The Conjuring 2 terasa kurang solid dan juga terasa sedikit melelahkan. Segmented.



















Thanks to rory pinem

7 comments :

  1. Saya suka dengan blog ini semoga tetap terus aktif dan banyakin reviews nya...

    ReplyDelete
  2. Saya suka dengan blog ini semoga tetap terus aktif dan banyakin reviews nya...

    ReplyDelete
  3. May you review "Now You See Me 2"??

    ReplyDelete
  4. Review nya bagus .. ditunggu ya review now you see me nya :)

    ReplyDelete
  5. Emang ngerasa gitu sih, agak kurang wow dalam porsi horornya. Sangat disayangkan.

    ReplyDelete
  6. mantab ulasannya..

    oia, review versi saya meski super telat..

    http://kasamago.com/the-conjuring-2-jangan-tonton-di-siang-hari/

    ReplyDelete