31 August 2020

Movie Review: The Witch: Part 1. The Subversion (2018)


“You monster, I should've killed you back then.”

Judul film ini secara harfiah memiliki arti penyihir yang kemudian dapat membuat penonton berasumsi bahwa apa yang coba ia sajikan mungkin tidak akan jauh dari perpaduan antara konflik misteri dan juga horror. Namun menariknya film ini justru mencoba tampil layaknya sebuah perkenalan bagi karakter utama yang memiliki “kemampuan” unik di balik tampilannya yang tampak biasa saja, memadukan misteri dengan drama serta action dan bermain layak sebuah origin story bagi satu sosok superhero(?). Atau antihero? The Witch: Part 1. The Subversion (Manyeo): a juicy action mystery story.

Seorang anak kecil berlari melintasi kawasan hutan hingga akhirnya terdampar di sebuah peternakan miliki suami istri bernama Mr. Goo (Choi Jung-woo) dan Mrs. Goo (Oh Mi-hee). Pasangan tersebut menyelamatkan anak perempuan tersebut, namun di kejauhan tepatnya di sebuah laboratorium yang berhasil ditinggalkan oleh anak perempuan itu, Dr. Baek (Jo Min-su) dan Mr. Choi (Park Hee-soon) justru sepakat bahwa anak perempuan tersebut tidak akan mampu bertahan hidup di hutan dan mereka menganggap anak perempuan tersebut telah mati.

Sepuluh tahun berlalu anak perempuan tersebut telah tumbuh menjadi wanita muda bernama Ja-yoon (Kim Da-mi). Ia memutuskan untuk mengikuti sebuah ajang pencarian bakat agar dapat membantu ekonomi keluarga Mr.Goo, tapi ternyata hal tersebut justru membawa Ja-yoon menjadi pusat perhatian. Salah satu yang tertarik padanya adalah pria bernama Nobleman (Choi Woo-shik) yang bersama dengan timnya terus mencoba “mengganggu” kehidupan Ja-yoon. Menariknya juga ada Dr. Baek di sana, dan wanita tersebut yakin bahwa Ja-yoon adalah anak perempuan yang dahulu berhasil kabur dari laboratorium percobaan yang ia kelola.
Salah satu hal terbaik dari ‘The Witch: Part 1. The Subversion’ terletak pada cara yang digunakan oleh Sutradara Park Hoon-jung (New World) dalam merangkai setiap konflik menuju titik temu di bagian akhir yang kemudian akan mempertemukan kamu dengan sebuah kejutan besar yang telah ia simpan. Park Hoon-jung sangat rapi dalam menata urutan cerita, dari cara dia membuat karakter Ja-yoon tampil dengan image “biasa” sejak ia menyapa penonton, membentuk karakter pendukung dengan pesona mengintimidasi yang unik, hingga bagaimana Park Hoon-jung membentuk kesan misterius yang terus menggelayuti cerita dan tentu saja pikiran penontonnya itu.

Penonton terus ditempatkan pada posisi bertanya-tanya pada apa yang sebenarnya terjadi, dan hal terakhir tadi hadir dengan pesona yang terasa menyenangkan, baik untuk sekedar diikuti hingga untuk coba diamati secara lebih jauh lagi. Ja-yoon sendiri ditempatkan sebagai pusat cerita tanpa dipoles secara berlebihan, kesan polos selalu melekat kuat pada dirinya sehingga tidak heran penonton dibuat bertanya-tanya, apa salah wanita muda ini sehingga ia menjadi incaran beberapa pihak yang tampak "kesal" dengan dirinya? Bahkan ada kontes menyanyi di dalam cerita. Ja-yoon berdiri saja di titik pusat, sedangkan di sekitarnya karakter lain seperti Dr. Baek dan Nobleman sibuk mencari cara untuk “menyapa” dirinya.
Setting atau konsep tadi yang pada akhirnya membuat film ini punya pesona unik yang kuat, karena setelah dibuat bertanya-tanya kita kemudian disajikan sebuah pengungkapan yang sukses menciptakan berbagai punch yang juga sama kuatnya. Park Hoon-jung memperoleh buah atau hasil yang positif dari proses membangun misteri yang ia lakukan dengan rasa percaya diri itu, ketika semua telah berhasil ia tutup dengan rapi serta dengan ditemani polesan berupa kesan misterius yang tinggi, ketika masuk ke babak akhir atau mungkin babak utama yang penonton akan dapatkan adalah berbagai scene yang dipenuhi dengan thrill yang oke. Park Hoon-jung menggunakan cara “reverse” pada proses pengungkapan itu, dan itu berhasil.

Namun walaupun punya proses membangun cerita penuh misteri yang terasa kuat hingga ketika ia memberi jawaban atas pertanyaan dengan cara yang singkat namun padat, terlebih jika menilik transisi di antara keduanya yang juga terasa halus, di sisi lain ‘The Witch: Part 1. The Subversion’ terasa cukup segmented. Tidak semua orang akan suka dengan cara yang Park Hoon-jung gunakan dalam membentuk cerita yang juga ia tulis sendiri itu, konklusi di bagian akhir bahkan akan terasa biasa saja jika fokus hanya diarahkan pada satu jawaban untuk berbagai pertanyaan yang muncul. Itu juga dampak dari konsep yang diusung sejak awal oleh film ini yaitu sebagai bagian pertama bagi kisah wanita muda “unik” bernama Ja-yoon.
Tidak mengherankan jika bagian pertama ini seolah menjadi sebuah perkenalan bagi Ja-yoon kepada penontonnya. Namun jikalaupun memang dinilai sebagai sebuah perkenalan terhadap sosok dengan kemampuan unik maka Park Hoon-jung dapat dikatakan sukses menggunakan waktu dan kesempatan yang ia miliki tersebut. Ruang yang ia sisakan untuk mengembangkan kisah ini menjadi semakin luas dan besar juga tampak menjanjikan apalagi jika mengingat kisah masa lalu Ja-yoon yang kelam itu, sumber materi yang tampak menarik untuk dieksplorasi lebih jauh. Tapi tentu saja yang punya andil paling besar di sana adalah bagaimana pesona dari sosok Ja-yoon begitu kuat dan membekas di ingatan penontonnya.

Dibantu dengan elemen teknis seperti cinematography dan editing yang mumpuni, Park Hoon-jung memberikan kesempatan yang besar bagi para aktor untuk membuat karakter mereka bersinar, yang kemudian digunakan dengan baik oleh para aktor. Sebagai pusat cerita Kim Da-mi (Itaewon Class) membuat Ja-yoon bersinar begitu terang, dua sisi dari Ja-yoon ia bentuk dengan baik terutama ketika berurusan dengan emosi eksentrik dan bad-ass. Choi Woo-shik (Parasite, Train to Busan, Time to Hunt) tampil sangat understated sebagai sosok misterius yang tidak kalah unik, sedangkan Jo Min-su (Pieta) membuat Dr. Baek memiliki semacam kesan menakutkan dalam kuantitas yang oke. Sedangkan dua aktris muda, Jung Da-eun (Mystic Pop-up Bar) dan Go Min-si memiliki kesempatan yang mereka gunakan dengan baik untuk sesekali mencuri perhatian penonton.
Overall, The Witch: Part 1. The Subversion (Manyeo) adalah film yang memuaskan. Sejak awal hingga akhir Sutradara sekaligus penulis cerita Park Hoon-jung berhasil menerjemahkan ide yang tentang sosok super dan unik itu menjadi sebuah kisah misterius yang terus “mempermainkan” penonton dengan cara yang menyenangkan dan nakal, menempatkan elemen misteri yang berdiri tangguh di pusat cerita sebelum akhirnya dituntaskan menggunakan elemen action dengan berbagai punch yang kuat. Sama kuatnya seperti pesona karakter dan tentu saja kinerja akting para aktor, terutama Kim Da-mi. Juicy. Segmented.












1 comment :