18 March 2014

Movie Review: Anchorman 2: The Legend Continues (2013)


"Who the hell is Julius Ceasar? You know I don't follow the NBA!"

Untuk dikenang dalam waktu lama sebuah film bukan hanya harus mampu mencapai standar memuaskan di bagian cerita, akting, sutradara, dan juga hal teknis lainnya, namun mereka harus memiliki sebuah keunikan yang sanggup menjadi kenangan yang sulit terlupakan. Komedi ringan dan absurd penuh punchline menarik? News teams fight in multiple-way? That’s Anchorman: The Legend of Ron Burgundy. Tertidur selama hampir satu dekade, empat sekawan yang aneh itu kembali, yang sayangnya harus terjerat dalam penyakit dari sebuah sekuel. Anchorman 2: The Legend Continues, still random, still silly, but has a lot of flaws in many area.

Ron Burgundy (Will Ferrell) merupakan seorang pria dengan kepribadian liar yang sangat percaya diri, namun sebuah berita terkait istrinya yang juga berprofesi sebagai anchor, Veronica Corningstone (Christina Applegate), justru menenggelamkan Ron dalam seketika. Veronica memperoleh promosi jabatan, disisi lain Ron dipecat sebagai dampak kumulatif dari berbagai tindakan aneh yang selama ini ia lakukan. Depresi, Ron memutuskan untuk meninggalkan Veronica dan juga anak mereka, pergi dari New York dan mencoba mencari peruntungan di tempat lain, masih di bidang host, namun celakanya juga gagal akibat nilai minus tadi.

Namun dibalik sisi gelap tadi Ron masih menjadi salah satu sosok yang potensial di bidang broadcasting. Ia ditawarkan untuk bergabung bersama GNN (Global News Network), sebuah network yang mengusung ide menyajikan berita non-stop 24 jam. Ron menerima dengan sebuah syarat, ia ingin membentuk timnya sendiri, dan pilihan jatuh kepada rekan lamanya, reporter Brian Fantana (Paul Rudd), Champ Kind (David Koechner) di bagian olah raga, dan Brick Tamland (Steve Carell) di bagian cuaca. Tapi masalah belum menjauh dari Ron, banyak rintangan yang menantinya, dari manajer bernama Linda Jackson (Meagan Good), hingga anchor favorit bernama Jack Lime (James Marsden).


Sebenarnya sekuel dari Anchorman yang telah istirahat selama satu dekade ini sedikit memberikan rasa ragu pada mulanya, dengan sumber utama yang berasal dari pertanyaan apa lagi yang ingin mereka tawarkan. Tidak hanya itu, karena dengan menyandang status penerus Anchorman 2: The Legend Continues tidak pelak akan menemui banyak rintangan yang membatasi mereka, sebut saja dua opsi dari penggunaan formula yang telah terbukti mampu memberikan sukses, terlalu mirip akan dinilai kurang kreatifitas dan tidak memberikan sesuatu yang segar, terlalu berbeda jelas akan memberikan resiko yang lebih besar. Will Ferrell dan Adam McKay, mengambil pilihan yang pertama, dan hasilnya ini tidak lebih dari sebuah pengulangan dengan tingkat kesuksesan yang lebih rendah.

Sederhananya mungkin memilih bermain aman, dimana penonton yang telah menyaksikan film pertama akan mendapatkan apa yang pernah mereka saksikan sebelumnya, dari irama cerita hingga eksekusi lelucon. Namun ada rasa takut pada film kedua ini, semua elemen pembentuk seperti dihadirkan tanpa didukung oleh rasa percaya diri bahwa mereka mampu kembali mengulang kesuksesan atau setidaknya menyamai pencapaian sebelumnya. Seperti ditekan, terus dibatasi, sehingga power disemua bagian terasa lemah. Ya, kurang total, kurang konsisten tanpa agresifitas yang mumpuni, dengan dinamika cerita yang kerap kali datar menyebabkan banyak materi yang potensial pada akhirnya menjadi terbuang percuma.

Benar, potensial. Anchorman 2: The Legend Continues bahkan sesungguhnya bukan tipe film yang pemalas dalam bercerita, banyak ide-ide yang menarik disini, dari yang meliputi dunia broadcasting, kisah persahabatan, hingga yang lebih personal lewat hubungan ayah dan anaknya. Namun yang menjadi masalah adalah ide-ide tadi tidak dikemas dengan tepat, terlalu liar tanpa kesan hati-hati ketika sedang dibentuk. Ini yang menjadikan Anchorman 2 lebih terasa seperti rangkaian berbagai potongan kecil yang masing-masing dari mereka membawa isu individual yang cukup baik, namun tidak di kontrol dengan cermat bahkan beberapa diantara mereka telah selesai terlalu dini sehingga ketika digabungkan kedalam sebuah kesatuan tidak menyajikan sebuah keterpaduan yang baik.


Struktur cerita, itu masalah utama dari Anchorman 2: The Legend Continues. Dari komposisi yang ia punya cerita punya banyak hal yang ingin disampaikan, namun Adam McKay seperti tidak mampu menanggung beban yang mereka ciptakan. Hasilnya, tidak ada aksi lepas dan ringan yang menjadi alasan mengapa Ron Burgundy dan rekan-rekannya tampak menarik, ketukan cerita terasa canggung sehingga menyebabkan hadirkan banyak miss untuk menemani hit, salah satunya pada bagian lelucon kuno satir yang eksekusinya dominan berakhir hambar (walaupun tidak dapat dipungkiri masih ada beberapa dari mereka yang sukses menghadirkan tawa skala besar), dan juga mengganggu kinerja dari beberapa punchlines penuh komentar tajam yang menjadi ciri khas film pertama.

Kurang padat, tampak sesak akibat ambisi Anchorman 2: The Legend Continues yang terlalu besar. Tidak ada lagi ruang bagi cerita dan karakter untuk menyajikan sebuah penceritaan yang bebas, lepas, dan penuh kejutan kepada penontonnya. Mereka terkesan dipaksa, sering kehilangan momentum akibat pengulangan yang disuntikkan, terasa mengambang dalam gerak absurd dan abstrak yang kali ini terasa seperti beraksi dengan aturan yang mengikat. Fokus yang terlalu sempit dan tidak kuat, terlalu banyak bertumpu pada Ferrell sehingga pada momen ketika apa yang ia berikan tidak bekerja dengan semestinya tidak ada backup yang dapat membantu. Tempo juga terasa kurang menggigit, padahal disisi lain ia terus mengemis tawa dengan penceritaan berbelit-belit.

Kinerja dan upaya dari divisi akting sebenarnya mayoritas sudah terasa tepat, contohnya seperti Steve Carell yang usahanya dapat terlihat sangat total namun menjadi rusak akibat materi dan penempatan yang kurang tepat. Hal yang sama dialami oleh Will Ferrell, karakternya kurang berkembang karena terlalu banyak bermain di konflik kecil, hal yang juga menjadikan daya tarik Ron Burgundy tergerus. Sedangkan Paul Rudd, David Koechner, dan Christina Applegate seperti terpinggirkan dengan paksa, bahkan mereka kalah menarik jika dibandingkan dengan Kristen Wiig lewat karakter Chani Lastnamé. At least kita masih akan memperoleh news team fight in multiple-way yang kali ini tampil lebih gila dengan berisikan Harrison Ford, Liam Neeson, Sacha Baron Cohen, Kirsten Dunst, Amy Poehler, Tina Fey, Will Smith, Jim Carrey, Marion Cotillard, Kanye West, John C. Reilly, dan Vince Vaughn.


Overall, Anchorman 2: The Legend Continues adalah film yang kurang memuaskan. Hanya formula yang menjadi hal dari film pertama yang kembali hadir di film keduanya ini, karena ini terasa sangat terbatasi bahkan terbebani, terlalu sistematis dan meminimalisir kesempatan hadirnya ledakan dan kejutan yang menyenangkan. Terlalu sesak, kurang padat, dan mereka berkombinasi dalam struktur cerita kurang mumpuni, walaupun tidak dapat dipungkiri hadir beberapa lelucon yang sukses menciptakan tawa skala besar hal tersebut tidak mampu menyelamatkan Anchorman 2: The Legend Continues dari status sebagai sebuah pengulangan tanpa memberikan sesuatu yang segar.












1 comment :