"Who the hell is Julius Ceasar? You know I don't follow the NBA!"
Untuk dikenang dalam waktu lama sebuah film bukan hanya
harus mampu mencapai standar memuaskan di bagian cerita, akting, sutradara, dan
juga hal teknis lainnya, namun mereka harus memiliki sebuah keunikan yang
sanggup menjadi kenangan yang sulit terlupakan. Komedi ringan dan absurd penuh
punchline menarik? News teams fight in multiple-way? That’s Anchorman: The Legend of Ron Burgundy.
Tertidur selama hampir satu dekade, empat sekawan yang aneh itu kembali, yang
sayangnya harus terjerat dalam penyakit dari sebuah sekuel. Anchorman 2: The Legend Continues, still
random, still silly, but has a lot of flaws in many area.
Ron Burgundy
(Will Ferrell) merupakan seorang pria
dengan kepribadian liar yang sangat percaya diri, namun sebuah berita terkait
istrinya yang juga berprofesi sebagai anchor, Veronica Corningstone (Christina Applegate), justru menenggelamkan
Ron dalam seketika. Veronica memperoleh promosi jabatan, disisi lain Ron
dipecat sebagai dampak kumulatif dari berbagai tindakan aneh yang selama ini ia
lakukan. Depresi, Ron memutuskan untuk meninggalkan Veronica dan juga anak
mereka, pergi dari New York dan
mencoba mencari peruntungan di tempat lain, masih di bidang host, namun
celakanya juga gagal akibat nilai minus tadi.
Namun dibalik sisi gelap tadi Ron masih menjadi salah
satu sosok yang potensial di bidang broadcasting. Ia ditawarkan untuk bergabung
bersama GNN (Global News Network),
sebuah network yang mengusung ide menyajikan berita non-stop 24 jam. Ron
menerima dengan sebuah syarat, ia ingin membentuk timnya sendiri, dan pilihan
jatuh kepada rekan lamanya, reporter Brian
Fantana (Paul Rudd), Champ Kind
(David Koechner) di bagian olah raga, dan Brick Tamland (Steve Carell) di bagian cuaca. Tapi masalah belum
menjauh dari Ron, banyak rintangan yang menantinya, dari manajer bernama Linda Jackson (Meagan Good), hingga
anchor favorit bernama Jack Lime (James
Marsden).
Sebenarnya sekuel dari Anchorman yang telah istirahat
selama satu dekade ini sedikit memberikan rasa ragu pada mulanya, dengan sumber
utama yang berasal dari pertanyaan apa lagi yang ingin mereka tawarkan. Tidak
hanya itu, karena dengan menyandang status penerus Anchorman 2: The Legend Continues tidak pelak akan menemui banyak
rintangan yang membatasi mereka, sebut saja dua opsi dari penggunaan formula
yang telah terbukti mampu memberikan sukses, terlalu mirip akan dinilai kurang
kreatifitas dan tidak memberikan sesuatu yang segar, terlalu berbeda jelas akan
memberikan resiko yang lebih besar. Will
Ferrell dan Adam McKay, mengambil
pilihan yang pertama, dan hasilnya ini tidak lebih dari sebuah pengulangan
dengan tingkat kesuksesan yang lebih rendah.
Sederhananya mungkin memilih bermain aman, dimana
penonton yang telah menyaksikan film pertama akan mendapatkan apa yang pernah
mereka saksikan sebelumnya, dari irama cerita hingga eksekusi lelucon. Namun
ada rasa takut pada film kedua ini, semua elemen pembentuk seperti dihadirkan
tanpa didukung oleh rasa percaya diri bahwa mereka mampu kembali mengulang
kesuksesan atau setidaknya menyamai pencapaian sebelumnya. Seperti ditekan,
terus dibatasi, sehingga power disemua bagian terasa lemah. Ya, kurang total,
kurang konsisten tanpa agresifitas yang mumpuni, dengan dinamika cerita yang
kerap kali datar menyebabkan banyak materi yang potensial pada akhirnya menjadi
terbuang percuma.
Benar, potensial. Anchorman
2: The Legend Continues bahkan sesungguhnya bukan tipe film yang pemalas
dalam bercerita, banyak ide-ide yang menarik disini, dari yang meliputi dunia
broadcasting, kisah persahabatan, hingga yang lebih personal lewat hubungan ayah
dan anaknya. Namun yang menjadi masalah adalah ide-ide tadi tidak dikemas
dengan tepat, terlalu liar tanpa kesan hati-hati ketika sedang dibentuk. Ini
yang menjadikan Anchorman 2 lebih terasa seperti rangkaian berbagai potongan
kecil yang masing-masing dari mereka membawa isu individual yang cukup baik,
namun tidak di kontrol dengan cermat bahkan beberapa diantara mereka telah
selesai terlalu dini sehingga ketika digabungkan kedalam sebuah kesatuan tidak
menyajikan sebuah keterpaduan yang baik.
Struktur cerita, itu masalah utama dari Anchorman 2: The Legend Continues. Dari
komposisi yang ia punya cerita punya banyak hal yang ingin disampaikan, namun Adam McKay seperti tidak mampu
menanggung beban yang mereka ciptakan. Hasilnya, tidak ada aksi lepas dan
ringan yang menjadi alasan mengapa Ron
Burgundy dan rekan-rekannya tampak menarik, ketukan cerita terasa canggung
sehingga menyebabkan hadirkan banyak miss untuk menemani hit, salah satunya
pada bagian lelucon kuno satir yang eksekusinya dominan berakhir hambar (walaupun
tidak dapat dipungkiri masih ada beberapa dari mereka yang sukses menghadirkan
tawa skala besar), dan juga mengganggu kinerja dari beberapa punchlines penuh
komentar tajam yang menjadi ciri khas film pertama.
Kurang padat, tampak sesak akibat ambisi Anchorman 2: The Legend Continues yang
terlalu besar. Tidak ada lagi ruang bagi cerita dan karakter untuk menyajikan
sebuah penceritaan yang bebas, lepas, dan penuh kejutan kepada penontonnya.
Mereka terkesan dipaksa, sering kehilangan momentum akibat pengulangan yang
disuntikkan, terasa mengambang dalam gerak absurd dan abstrak yang kali ini
terasa seperti beraksi dengan aturan yang mengikat. Fokus yang terlalu sempit
dan tidak kuat, terlalu banyak bertumpu pada Ferrell sehingga pada momen ketika
apa yang ia berikan tidak bekerja dengan semestinya tidak ada backup yang dapat
membantu. Tempo juga terasa kurang menggigit, padahal disisi lain ia terus
mengemis tawa dengan penceritaan berbelit-belit.
Kinerja dan upaya dari divisi akting sebenarnya
mayoritas sudah terasa tepat, contohnya seperti Steve Carell yang usahanya dapat terlihat sangat total namun
menjadi rusak akibat materi dan penempatan yang kurang tepat. Hal yang sama
dialami oleh Will Ferrell,
karakternya kurang berkembang karena terlalu banyak bermain di konflik kecil,
hal yang juga menjadikan daya tarik Ron
Burgundy tergerus. Sedangkan Paul
Rudd, David Koechner, dan Christina
Applegate seperti terpinggirkan dengan paksa, bahkan mereka kalah menarik
jika dibandingkan dengan Kristen Wiig
lewat karakter Chani Lastnamé. At
least kita masih akan memperoleh news team fight in multiple-way yang kali ini
tampil lebih gila dengan berisikan Harrison
Ford, Liam Neeson, Sacha Baron Cohen, Kirsten Dunst, Amy Poehler, Tina Fey,
Will Smith, Jim Carrey, Marion Cotillard, Kanye West, John C. Reilly, dan Vince Vaughn.
Overall, Anchorman
2: The Legend Continues adalah film yang kurang memuaskan. Hanya formula
yang menjadi hal dari film pertama yang kembali hadir di film keduanya ini,
karena ini terasa sangat terbatasi bahkan terbebani, terlalu sistematis dan
meminimalisir kesempatan hadirnya ledakan dan kejutan yang menyenangkan.
Terlalu sesak, kurang padat, dan mereka berkombinasi dalam struktur cerita
kurang mumpuni, walaupun tidak dapat dipungkiri hadir beberapa lelucon yang sukses menciptakan tawa skala besar hal tersebut tidak mampu menyelamatkan
Anchorman 2: The Legend Continues
dari status sebagai sebuah pengulangan tanpa memberikan sesuatu yang segar.
pnmrory@gmail.com. Thanks. :)
ReplyDelete