10 July 2021

Movie Review: Pieces of a Woman (2020)

"If she tries to lift her head, then there's hope."

Akan muncul masa kelam pada orang-orang yang baru saja kehilangan, tidak hanya dalam bentuk barang tapi juga sosok yang sangat mereka cintai dan sayangi. Di masa tersebut mereka kerap akan terguncang mentalnya, dirundung perasaan sedih bercampur menyesal bahkan berharap jika waktu dapat diputar kembali. Kehidupan orang-orang yang baru saja kehilangan sejenak akan berjalan seperti tanpa arah, bingung, lesu, kecewa, serta rasa menyesal, mayoritas dari mereka butuh waktu yang tidak singkat untuk akhirnya dapat merelakan yang hilang itu, move on lalu kemudian bangkit kembali. ‘Pieces of a Woman’: whisper words of wisdom, let it be. (Warning: the following post might contains major spoilers)


Seorang eksekutif muda bernama Martha Weiss (Vanessa Kirby) sedang bersiap melahirkan anak pertamanya didampingi pasangannya, Sean Carson (Shia LaBeouf), seorang pekerja konstruksi. Pasangan muda ini telah mempersiapkan segalanya dan mencoba tenang dalam menantikan momen itu tiba, hingga mendadak bidan mereka Barbara mengatakan tidak bisa datang, ia mengirimkan bidan lain untuk membantu. Namanya Eva Woodward (Molly Parker) dan ia menuntun dengan baik Martha yang merasa nyeri dan mual ketika momen kontraksi itu tiba.

Semua tampak normal sampai di momen ketika Eva menyadari bahwa detak jantung calon bayi telah turun sangat rendah. Sean bertanya kepada Eva apakah persalinan tetap dapat dilanjutkan dan Eva meminta Sean segera memanggil ambulance. Martha akhirnya melahirkan sebelum ambulance datang, bayinya tampak normal dan sehat tapi mendadak kulitnya berubah menjadi biru. Eva mencoba menyelamatkan nyawa si bayi dari serangan jantung tapi upayanya gagal. Sean dan Martha menggugat Eva ke jalur hukum, dan mereka terjebak di dalam kesedihan.

Situasi panik saat proses melahirkan adalah sesuatu yang sangat wajar, karena pada momen tersebut dibutuhkan semua pihak yang tidak hanya secara teknis saja tapi juga secara mental telah siap dan juga mampu untuk menangani dan membantu si wanita. Hal tersebut yang digunakan oleh Screenwriter Kata Wéber untuk membuka sebuah psychological drama di mana karakter utamanya harus bertarung dengan isu kehilangan. Sebuah proses melahirkan, dari tahap persiapan hingga delivery tampil ke hadapan penonton sebagai sebuah opening scene, dibentuk oleh Sutradara Kornél Mundruczó seolah itu adalah one take tanpa putus.


Bersama dengan cinematographer Benjamin Loeb di bagian ini Mundruczó mencoba menarik masuk kamu sebagai penonton untuk berada di situasi panik yang dialami oleh Martha dan Sean, terus ikut mengamati dari dekat bagaimana mereka mengatasi rasa panik tersebut hingga tiba di bagian puncaknya. Muncul ledakan besar di sana yang kemudian menjadi pintu masuk bagi perjuangan seorang Martha untuk dapat lepas dari rasa sedih dan kecewa. Birth sequence tersebut terasa sangat menawan, memorable bahkan, intens dan dikemas dengan sangat fluid sehingga naik dan turun emosi terasa kuat, easily make you become emotionally involved.

Tentu setelah ikut merasakan kualitas dari sajian pembuka yang sangat panjang itu maka ekspektasi saya pada follow up yang kemudian akan hadir menjadi tinggi. Tapi sayangnya rollercoaster di bagian pembuka itu tidak kembali. Proses observasi pada gejolak emosi Martha memang tetap terasa steady, rasa hancur yang ia alami tidak hanya berdampak pada dirinya sendiri tapi juga bagi orang-orang di sekitarnya. Ada proses proses konstruksi yang seolah menunjukkan progress, ia berkembang namun tidak dengan proses move on yang coba dilakukan oleh Martha, dia terperangkap di dalam kehilangannya, sedih dan merasa hancur. Bagian ini dikemas dengan baik.


Baik dalam hal sensitivitas yang didorong terkait isu kehilangan tadi. Tindak pidana ikut bermain di sini tapi fokusnya diarahkan Mundruczó pada usaha “berdamai” di dalam hati dan pikiran seorang Martha, berkembang dengan pace yang lamban dan memberi ruang yang luas bagi heroine utama kita untuk lepas dari perjalanan emosi yang sulit itu. Jika menilik bagaimana birth sequence tadi disajikan maka bagian ini sebenarnya dapat menjadi arena bagi Mundruczó untuk kembali “mengeksploitasi” kondisi seorang Martha, dramatisasi mungkin dengan menggunakan selipan konflik lain dari karakter di sekitar Martha. Mungkin lewat Eva?

Sayangnya tidak, fokus terus terkunci pada gejolak emosi Martha yang perlahan mulai terasa “terlalu berat” untuk berkembang. Staging yang digunakan Mundruczó di sini mencoba sedikit terlalu keras untuk membuat cerita terasa megah, sesuatu yang tidak disertai dengan “warna” lain di dalam narasi. Alhasil pace yang lambat itu membuat narasi terasa draggy, tetap mudah menaruh simpati dan empati pada Martha tapi muncul rasa ingin agar dia tidak terlalu berlama-lama dan segera move on. Narasi kehilangan momentum di bagian ini, yang sebenarnya dapat membangun kesan tangguh dan berani lewat kejutan lain yang kemudian muncul.


Itu mengapa aftertaste dari ‘Pieces of a Woman’ adalah quite unique but also uneven, karena secara keseluruhan script dan penyutradaraan terasa kurang kompak, seperti kinerja akting dari para aktor. Vanessa Kirby bersinar terang di sini, menampilkan kondisi emosi yang intens di birth sequence lalu kemudian berpindah ke dalam rasa hancur yang menggelayuti hati dan pikiran seorang Martha. Terrific performance menutup rapat ruang bagi karakter lain untuk bersinar, seperti Ellen Burstyn misal yang karakternya punya beberapa momen bagus. Tapi itu terasa wajar mengingat selain Martha tidak ada karakter lain yang dipoles dengan baik oleh script, termasuk karakter Sean Carson, korespondensinya dengan Martha terasa terlalu biasa.

Overall, ‘Pieces of a Woman’ adalah film yang cukup memuaskan. Apa alasan saya merekomendasikan film ini? Satu, birth sequence yang menawan, dan kedua adalah kinerja akting Vanessa Kirby yang terasa memukau, hal yang secara efektif sudah lebih dari cukup untuk membawa cerita dan storytelling yang memiliki beberapa “masalah” sejak masuk di bagian tengah narasi itu menyentuh garis finish dengan baik. Dibuka dengan kuat dan penuh ledakan untuk kemudian rontok dan bermain aman, ‘Pieces of a Woman’ dipenuhi dengan emosi yang menyenangkan untuk diikuti dan menjadi bintang yang bersinar dengan baik bagi eksplorasi terhadap perasaan trauma dan juga proses untuk memaafkan dan melepaskan. Segmented.









1 comment :

  1. “Lift your head and fight for yourself, for God's sakes!”

    ReplyDelete