27 April 2016

Review: The Meddler (2016)


"Mom, don't talk to my friends."

Apakah kesepian dapat menimbulkan rasa depresi yang mendalam? Jawabannya adalah ya, bisa. Ketika kamu mengalami begitu banyak masalah dan mulai terjebak seolah merasa dirimu tidak lagi berarti salah satu jalan terbaik untuk lepas dari situasi tersebut adalah menemukan “udara segar” di dalam kehidupanmu, mencoba menemukan kebahagiaan yang kemudian akan mengganti dan menghapus rasa sepi tadi. The Meddler menampilkan “proses” tadi, dikendalikan oleh sutradara Seeking a Friend for the End of the World berhasil menjadi sebuah petualangan drama dan komedi yang santai namun tetap berisi. 

Janda bernama Marnie (Susan Sarandon) memilih pindah dari New York menuju Los Angeles untuk dapat tinggal lebih dekat dengan anak perempuannya, Lori (Rose Byrne). Hubungan ibu dan anak ini pada awalnya tidak begitu akrab namun fakta bahwa Lori masih merasakan depresi akibat kematian ayahnya dan disusul dengan putusnya hubungan antara dia dan pria bernama Jacob (Jason Ritter) memaksa mereka untuk bersama-sama mengatasi rasa kesepian yang melanda mereka. Respon dari Lori membuat Marnie mencoba mengatasi rasa sepinya dengan orang-orang di sekitarnya di mana puncaknya adalah ketika wanita yang senang mencampuri urusan orang lain itu bertemu dengan polisi bernama Zipper (J. K. Simmons). 



The Meddler ini bukan komedi drama yang mencoba memberikan sesuatu yang benar-benar baru, ia lebih condong menggunakan materi-materi klasik bahkan klise dan kemudian menyatukan mereka dalam studi karakter dengan rasa yang segar. Banyak hal di dalam cerita The Meddler yang punya potensi besar untuk jatuh kedalam jurang “ew!” dan terasa mengerikan tapi di tangan Lorene Scafaria mereka terus bermain di tepi jurang tadi dengan cara yang mengasyikkan. The Meddler adalah bukti bagaimana materi klasik dan klise tetap dapat diolah kembali menjadi sebuah sajian yang menarik, sebuah petualangan berisikan introspeksi karakter dalam mengatasi kesedihan tanpa harus tenggelam terlalu jauh menjadi sebuah drama yang terasa berat. Terasa santai tapi punya busur yang kuat dan menarik sehingga terasa uplifting, itu pesona utama film ini.



Walaupun latar belakang cerita merupakan sebuah kisah tragis tapi Lorene Scafaria mencoba membentuk apa yang ingin ia sampaikan dengan cara yang fun, seolah penonton tidak sekedar mengamati saja namun ikut terlibat dan ingin membantu karakter untuk lepas dari kesedihan. Orang seperti Marnie sendiri begitu mudah kita temukan di kehidupan sehari-hari, sama halnya dengan apa yang sedang dialami oleh Lori. Penonton memahami apa yang Lori hadapi, dan keinginan Marnie untuk mencoba membantu juga sama menariknya. Kedekatan antara penonton dan karakter beserta masalah mereka adalah salah satu pencapaian terbaik film ini, script sejak sinopsis terasa cukuk oke tapi cara Lorene Scafaria membentuk rasa tulus di dalam cerita dan karakter membawa cerita yang baik tadi menjadi lebih menarik, ada kasih sayang yang nyata dan tidak palsu di dalam The Meddler.



Memang The Meddler punya sedikit kesan menghambakan uang untuk mengatasi masalah tapi hal tersebut tidak terasa mengganggu berkat kemampuan Scafaria menciptakan dan menjaga koneksi emosi antara karakter, cerita, dan penonton. The Meddler seperti hanya menunjukkan arah bagi karakter untuk menyelesaikan masalah mereka, ia seperti tidak memaksa karakter untuk menyelesaikan masalah dengan caranya. Hal tersebut sebenarnya riskan tapi masalah Marnie dan orang-orang di sekitarnya itu tidak pernah terasa monoton dan hilang arah karena sejak awal targetnya dan juga penonton sama, kita hanya ingin yang terbaik terjadi pada karakter. Selain itu cerita juga tumbuh dengan cara lembut, kita diberikan jalan yang menarik untuk ikut bersama Marnie menemukan kebahagiaan yang ia butuhkan. Scafaria juga cermat dalam mengkombinasi drama dan komedi, irama antara drama dan komedi terasa mengalir, lelucon memberikan hit yang asyik. 



Namun hal lain yang harus Lorene Scafaria syukuri sebenarnya adalah keputusannya memilih Susan Sarandon sebagai pemeran utama menjadi "ibu peri".  Susan Sarandon begitu ahli dalam hal drama dan caranya mencampur komedi dan drama di sini terasa padat. Sarandon mampu menciptakan koneksi yang begitu menarik antara Marnie dan penonton, mengikuti Marnie berputar-putar mencari kebahagiaan terasa menyenangkan, dan yang paling menarik Marnie seolah menjadi sosok yang telah kita kenal begitu lama. Sementara Rose Byrne meskipun punya momen menarik di awal sayangnya memiliki waktu yang terlalu sedikit bersama penonton. Kita tahu dasar masalah Lori tapi setelah itu koneksi tidak tumbuh lebih jauh. Pemeran pendukung lain juga memberikan kontribusi yang baik terhadap cerita.



Lorene Scafaria membuat segala sesuatu di dalam The Meddler tampil jelas sejak awal, ia tidak mencoba menutupi sesuatu untuk menjadi misteri sehingga hadir berbagai belokan di dalam cerita, dan keputusan tersebut berhasil membuat The Meddler tampil menarik. Tidak luarbiasa  dan dapat terasa sedikit repetitif, namun dengan tampil seperti mengalir santai namun tetap berpegang pada niat utama untuk menampilkan karakter yang berusaha untuk kembali menghirup “udara segar” di dalam kehidupannya, The Meddler sukses menjadi perpaduan drama dan komedi yang terasa segar dan hangat meskipun menggunakan materi yang klasik dan klise, semua berkat cerita dan karakter yang menarik serta koneksi mereka dengan penonton yang terasa menyenangkan. Segmented.
























Thanks to rory pinem

0 komentar :

Post a Comment