12 April 2016

Review: The Invitation (2016)


"Don't tell me that this is normal!"

Sebuah thriller yang mengandalkan misteri dapat dikatakan sukses jika ia tidak hanya sekedar mampu mengikat atensi penonton saja namun juga merangsang penonton untuk ikut mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. The Invitation sederhana, berisikan karakter yang saling berhadapan satu sama lain dan mulai menyampaikan masalah dan emosi, namun dengan menggunakan rasa Rosemary Baby sukses menjadi kombinasi thiller, misteri, dan horror yang terasa manis, sebuah latar belakang misterius yang kemudian mengundang, menantang, dan merangsang penonton untuk menyelidiki pertanyaan utama yang ia berikan: “apa yang sebenarnya terjadi?” Something doesn't feel safe here.

Will (Logan Marshall-Green) bersama pacarnya Kira (Emayatzy Corinealdi) sedang berada dalam perjalanan menuju sebuah acara pesta makan malam bersama kerabat lama di rumah Eden (Tammy Blanchard) dan David (Michiel Huisman). Firasat Will sudah buruk ketika ia menabrak anjing hutan dalam perjalanan. Ini pertemuan pertama Will dengan wanita yang pernah hidup bersamanya itu dan dikaruniai seorang anak, yang kini telah tiada. Setelah bercerai Eden memilih untuk pergi ke Meksiko dan bergabung dengan sebuah sekte yang belajar menangani rasa sakit. Itu yang membuat Will semakin khawatir ketika pesta telah berlangsung, sebuah video mengejutkan membuatnya mulai merasa bahwa ada hal jahat yang sedang terjadi. 



Lalu apa yang terjadi selanjutnya? Bukankah itu pertanyaan yang akan kamu pikirkan setelah membaca sinopsis di atas tadi? Itu pula tujuan utama dari The Invitation, sebuah kombinasi thriller, misteri, dan sedikit horror yang mengikat penonton dengan sebuah pertanyaan misterius yang kemudian ia gunakan untuk mempermainkan penonton. Logikanya dugaan Will bisa benar bisa pula salah tapi apa yang ingin The Invitation capai ternyata tidak sekedar menemukan jawaban atas pertanyaan. Di tangan Karyn Kusama serta disokong dengan naskah yang oke dari Phil Hay dan Matt Manfredi film ini perlahan tumbuh menjadi sebuah studi karakter yang menitikberatkan fokus pada paranoia, menyaksikan karakter mengintai karakter lain dengan membuat penonton tetap berpegang pada sebuah pusat: apa pun bisa terjadi di sini. 



Ya, apa pun bisa terjadi di reuni yang aneh ini. Mencoba tampil sebagai slow burn thriller The Invitation membawa penonton berputar-putar menyaksikan karakter mencoba memperdalam percakapan di mana berbagai fakta mulai terungkap, dari yang biasa hingga hingga yang gila. Ide untuk mengeksplorasi karakter dikembangkan dengan baik, setting rumah dengan pencahayaan yang tidak “pedas” justru membuat konflik tersorot dengan pedas, dari interaksi eksposisi mulai membawa kamu menuju gesekan emosi yang lebih tinggi. Namun yang terpenting adalah The Invitation mampu membuat penonton terus bertanya-tanya terhadap Will, apakah dugaannya tadi hanya sebatas paranoia terlebih dengan kilas balik yang mengiris hatinya, atau memang benar-benar ada sesuatu yang berbahaya di dalam rumah tersebut sehingga Will terus berusaha menguntit penuh rasa curiga.



Itu merupakan hal terbaik dari film ini, ia sukses menggoda penontonnya secara stabil sejak awal hingga akhir seperti yang pernah dilakukan oleh Coherence. Dibuka dengan pertanda buruk kegelisahan dan rasa curiga berhasil ditampilkan dengan menarik, dan uniknya thrill hadir dari presentasi yang seolah tidak mencoba untuk tampak sebagai sebuah thriller sepenuhnya. Didominasi dengan percakapan antar sahabat yang kembali bertemu setelah bertahun-tahun terpisah bersama beberapa seksualitas yang ringan penonton justru berhasil dibuat untuk tetap tertantang mencari tahu motivasi Will dan jawaban dari misteri di awal. Percakapan di makan malam bergerak dengan halus, paranoia dan misteri juga tumbuh dengan halus. Karyn Kusama menciptakan tempo alur yang baik, tampak santai dan lepas namun tetap menjaga kunci di fokus utama, setelah penonton terkunci ia mulai mengungkapkan hal-hal “muram” yang membuat suasana semakin meresahkan dan, mungkin, menakutkan.



Keberhasilan The Invitation berubah dari kisah yang tampak canggung menjadi sebuah thiller yang menegangkan selain berkat eksekusi sutradara, naskah, hingga elemen teknis seperti sinematografi dan score, juga tidak lepas dari kinerja cast yang oke. Hal paling menarik dari The Invitation adalah ketika penonton diajak untuk ikut mengintai dan mencoba menebak apa yang sebenarnya terjadi, dan itu terasa menarik karena cast mampu menciptakan suasana atau atmosfir yang terasa aneh sehingga kamu mempertanyakan dugaan Will. Seluruh cast digunakan dengan baik namun dua pemeran utama tetap menjadi jangkar dan membuat paranoia di dalam cerita tetap teguh. Logan Marshall-Green tentu menjadi bintang utamanya, kinerjanya lembut dalam menggabungkan rasa sakit bersama rasa curiga, Tammy Blanchard juga tampil baik dengan membuat karakter Eden tampak mencurigakan sehingga penonton tertarik untuk menebak keadaan mentalnya.



The Invitation bukan sebuah thriller yang “mudah” untuk dikonsumsi, sejak awal ia memang sudah mencoba menciptakan produk untuk target yang ingin ia raih. Awalnya tidak ringan, bukan karena materi karena ia punya misteri yang menarik namun berat karena isinya adalah bicara, bicara, dan bicara, endingnya juga bisa berbahaya karena kesan yang ditinggalkan seperti “oke, cukup sekian”, bukan “dan akhirnya, semua selesai.” Tapi sulit untuk peduli pada minus kecil itu terlebih ketika kamu telah tenggelam dan tertantang untuk mengikut dan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi di dalam pesta itu sembari menjaga mode defensif. Dengan kontrol yang baik dari sutradara, cerita yang oke, permainan atmosfir dan misteri yang manis, serta kinerja cast yang menghasilkan dimensi menarik bagi karakter, The Invitation berhasil menjadi sebuah thriller, misteri, dan horror yang intens “menyiksa” penontonnya. Manis. Segmented.






















Cowritten with rory pinem

4 comments :

  1. Sebenarnya kejutan yg di hadirkan tdk terlalu besar ..pas vidio itu di buka udh curiga kalo permasalahan di film ini disitu.tpi ending nya tdk paham saya maksud lentera itu apa

    ReplyDelete
    Replies
    1. Maksud dari lentera itu,intinya mereka orang2 yg udah ngikutin aliran sesatnya psikolog gila yg ada di video,sama kaya si edden dan david..jd inti dr endingnya,banyak yg udah masuk ke aliran sesat itu.

      Delete
    2. This comment has been removed by the author.

      Delete