15 April 2016

Review: A Bigger Splash [2015]


"We're all obscene. Everyone's obscene. That's the whole point."

Konsep koleksi, seleksi, dan resepsi dalam hubungan asmara mungkin memang sulit untuk diterima oleh banyak orang tapi sesungguhnya itu merupakan sesuatu yang baik. Ya, selalu akan ada rumput tetangga yang lebih “hijau” dari rumput milikmu, dan tugas kamu adalah tetap teguh untuk yakin bahwa rumput yang kamu punya adalah yang terbaik untukmu. Dasar dari sistem rumput yang lebih hijau tadi digunakan oleh A Bigger Splash, di bawah kendali sutradara I Am Love (io sono l'amore) menggambarkan persaingan cinta yang dingin dan hangat, lucu dan sensual. Lord Voldemort tampil rock 'n' roll di sini.

Bintang musik rock bernama Marianne Lane (Tilda Swinton) memilih mundur dari industri musik karena operasi tenggorokan. Berusaha pulih Marianne memilih untuk berlibur bersama pacarnya Paul De Smedt (Matthias Schoenaerts), seorang filmmaker, di pulau Pantelleria, Italia. Liburan sekaligus kencan itu sayangnya tidak berakhir “nyaman” bagi Marianne dan Paul. Harry Hawkes (Ralph Fiennes), mantan produser yang juga mantan pacar Marianne tiba-tiba muncul di Pantelleria, dan pria dengan tingkah badass itu tidak sendiri karena di belakangnya kemudian menyusul Penelope Lanier (Dakota Johnson), wanita muda kini berada di usia yang telah cukup untuk menikah. 



A Bigger Splash adalah penggambaran dari kebahagiaan yang rapuh, berjalan seolah tidak ada sesuatu yang berbahaya tapi perlahan retak itu mulai muncul dan mengancam. Pada awalnya semua tampak biasa, sebuah resort liburan bagi orang-orang kaya di mana mereka tampak berusaha melepas rasa bosan di dalam kehidupan mereka. Di babak awal seperti ada sebuah lingkaran bagi empat karakter, dari titik start berputar untuk kembali sampai di titik start, di sini potensi membosankan bisa lahir karena kesan yang tercipta seperti tidak ada terjadi apa-apa. Ya, kamu memang akan diberikan kilas balik, kamu juga akan mengerti bahwa bukan hanya Marianne yang sedang tertekan karena Paul juga merasakan hal serupa, dan kamu bisa tangkap bahwa Harry ingin memiliki Marianne, tapi di awal semua tampak seperti liburan semata.



Tapi di sini letak sentuhan manis dari sutradara Luca Guadagnino, ia memang seperti terkesan menahan hal-hal besar untuk tidak langsung menyilaukan tapi elemen-elemen cerita meningkat secara perlahan. Di dalam lingkaran tadi ada dinamika masalah yang perlahan berubah dari dingin menjadi hangat, lalu panas. Ada gairah cinta yang mengalir di dalam A Bigger Splash yang seolah menanti waktu untuk meledak, skenario berhasil membuat karakter dengan cepat terasa padat dan sedikit kesan misterius dan konflik yang bergerak antara dendam serta cemburu menghasilkan ketegangan (termasuk ketegangan seksual) yang menggoda. Dan itu semua hadir dalam kecepatan yang terasa santai, seperti yang disebutkan tadi seperti tidak ada sesuatu yang berbahaya sedang menanti sehingga karakter bisa saja terasa datar dan narasi terasa hambar.



Satu kata yang tepat mewakili film ini mungkin adalah proses, proses yang juga menuntut partisipasi penonton. Latar belakang karakter oke dan walaupun pada awalnya cukup sulit tapi perlahan karena presentasi yang membuat karakter tampak “friendly” kesan karikatur yang bodoh dari mereka perlahan sirna, dan penonton ingin agar mereka bahagia. Karakter tampak menyenangkan walaupun seperti berusaha agar tidak bertemu dengan masalah karena telah nyaman dengan posisi mereka kini, tapi di sisi lain masalah juga tidak pernah menyerah untuk bertemu dengan karakter. Hasilnya, dengan dibantu oleh editing, sinematografi, soundtrack, dan score yang sukses menciptakan kegelisahan, rasa curiga, hingga rasa panik dari presentasi yang tampak seperti lingkaran yang tampak santai ini berubah menjadi drama dengan “thrill” yang mengikat semakin kuat penontonnya.



Perbedaan umur Harry dan Marianne tidak begitu jauh, sementara Paul dan Penelope berada di level yang tidak terpaut jauh, dari sinopsis saja kamu akan tahu kemana film ini hendak melangkah. Tapi anehnya kita tidak hanya diikat kuat pada sisi erotic saja, semua orang punya potensi berhubungan seks satu sama lain tapi ada juga kemungkinan mereka untuk saling membunuh satu sama lain, dan trauma dari masa lalu seperti menjadi gravitasi yang membuat potensi tadi untuk tidak hilang. Walaupun begitu A Bigger Splash tetap punya minus yang terletak di babak ketiga. Tidak besar dan mengganggu memang tapi kesan yang ditampilkan babak ini seperti sebuah perpanjangan yang kurang nendang, sedikit terasa longgar jika dibandingkan dengan dua babak sebelumnya terutama jika kamu kurang klik dengan perubahan yang ia lakukan.



Hal menarik lain untuk dibahas adalah kualitas dari empat pemeran utama. Bintang utamanya Ralph Fiennes tapi tiga pemeran lain juga tampil sama baiknya. Schoenaerts menampilkan karisma yang oke buat karakter Paul, ia tampak tabah tapi sisi maskulin Paul membuat penonton ingin agar ia tidak kalah. Dakota Johnson juga tampil baik, sosok playful yang datar namun tetap memancarkan pesona seksual dari Penelope. Sementara itu karakter Marianne Lane adalah makanan empuk bagi Tilda Swinton, tidak banyak bicara namun berhasil berkomunikasi dengan penonton lewat ekspresi yang baik dan emosi yang mencolok. Dan Ralph Fiennes tampil mencengangkan, Harry seperti pria tanpa batas namun menarik, ia bernyanyi, ia menari, energi yang Fiennes berikan sangat kuat meskipun di sisi lain ia juga tetap mampu menyimpan misteri yang Harry miliki.



Seperti sebuah kombinasi banyak rasa yang tetap terasa enak, begitulah A Bigger Splash, walaupun memang tidak semua orang akan merasa ini enak. A Bigger Splash seperti sebuah proses yang punya potensi untuk ditinggalkan sebelum ia menyentuh setengah dari durasinya, namun kemampuan Luca Guadagnino mengikat semua elemen baik itu dari teknis, cerita, hingga kinerja cast yang menarik itu berhasil memberikan hiburan yang di sisi lain membawa kamu bergembira namun di sisi lain juga membuat kamu waspada. Hasil akhir A Bigger Splash memang tidak memberikan emosi yang luar biasa, namun drama yang dicampur dengan crime, misteri, romance, hingga komedi dan erotic-thriller ini tetap mampu memberikan splash tentang keinginan dan cemburu bersama rasa rock and roll yang oke di akhir cerita, dan konsisten menghibur. Segmented.























Thanks to rory pinem

0 komentar :

Post a Comment