29 December 2015

Review: 45 Years (2015)


Pemanasan global hingga perang nuklir, begitu banyak bencana di luar sana yang dapat memusnahkan jiwa dan raga umat manusia. Tapi apakah kamu tahu bahwa cinta juga memiliki kekuatan yang sama dalam hal menghancurkan jiwa dan raga manusia? Apa yang akan kamu lakukan jika empat dekade dari sekarang kamu mengetahui bahwa sosok yang selama ini sangat kamu cintai dan juga begitu mencintai kamu justru menyimpan rasa ragu pada rasa cintanya padamu? Sederhana, tapi itu ditampilkan 45 Years dengan cantik, dari sutradara Weekend hadir horror dengan menggunakan drama dan romance.

Geoff Mercer (Tom Courtenay) merupakan pria tua yang gemar menjalani kehidupannya dengan teratur, dari membaca, nonton televisi, hingga makan, sedang mempersiapkan ulang tahun pernikahannya yang ke-45 bersama Kate Mercer (Charlotte Rampling). Sebuah perayaan besar bagi pernikahan mereka yang sangat stabil itu telah dijadwalkan pada akhir pekan, namun di awal pekan sebuah surat datang yang ditujukan kepada Geoff. Isi dari surat tersebut adalah bahwa tubuh seorang wanita yang terlibat sebuah kecelakaan lebih dari empat dekade lalu telah ditemukan di pegunungan Swiss. Wanita tersebut adalah cinta pertama Geoff. 



Film seperti 45 Years ini selalu punya power yang besar untuk memberikan penonton pengalaman menonton yang memorable. Coba baca kembali sinopsis tadi, dari konflik utama 45 Years tampak sangat sederhana tapi dari sana justru hadir sebuah eksplorasi tentang makna cinta yang tidak sederhana. Di tangan Andrew Haigh hubungan antara Geoff dan Kate yang pada awalnya begitu mudah untuk kamu kagumi perlahan justru berubah menjadi “pertarungan” batin yang bukan cuma eksis di dalam layar tapi juga ikut kamu rasakan hingga mencapai titik terdalam. Itu keunggulan dari 45 Years, sama seperti Weekend di sini Andrew Haigh kembali berhasil memutar isu sederhana menjadi sebuah studi karakter yang intim dan mengasyikkan.



Salah satu hal termanis dari 45 Years adalah ia tidak mencoba memaksakan emosi dan kehancuran karakter untuk membuat kamu menilai yang ini salah dan itu benar. Semua dibiarkan berjalan dengan lepas tapi tetap konsisten naik ke level selanjutnya sehingga bertumbuh menuju kompleksitas yang mengerikan dengan menggunakan sesuatu yang manusia sebut sebagai salah satu ciptaan terindah dari Tuhan: cinta. Kamu akan didorong untuk seolah berada di samping Kate yang perlahan mendidih bukan hanya karena rasa cemburu tapi juga karena ia telah merasa dikhianati oleh Geoff. Dalih satu minggu mempersiapkan ulang tahun pernikahan semakin berhasil menambah runyam masalah, sebuah arena yang dibentuk dengan cerdik oleh Haigh.



Memang tidak ada ledakan-ledakan besar dari dua karakter sepanjang cerita, namun lewat tatapan mata dan ekspresi wajah kamu akan merasakan betapa sakitnya Kate kepanikan batin akibat rasa ragu yang ia hadapi. Itu menjadi elemen main lain dari 45 Years, Kate seperti sedang terjebak dalam situasi di mana mundur ia tidak bisa namun maju juga ragu, tanpa melodrama yang berlebihan serta kesan menggurui yang mengganggu 45 years bergerak menjadi sebuah esai tentang cinta, dari goyahnya cinta hingga penyesalan. Kate memang tersenyum namun kepahitan yang ia alami dapat kamu rasakan dengan sangat mudah. Menariknya Geoff sendiri tidak menjadi jerk di sini, mencuri empati dan membuat penonton mengerti dengan situasi yang ia hadapi.



Cara Andrew Haigh mengendalikan nada cerita, cara ia mengontrol elemen teknis sehingga konsisten mengganggu, cahay terbesar dari 45 Years berasal dari kinerja akting dua pemeran utamanya. Tugas Tom Courtenay di sini adalah ia harus menjadikan alasan dibalik goyahnya kepercayaan Kate pada Geoff terus tampil kuat, dan itu sukses dilakukan dengan baik oleh Tom Courtenay, terus membuat penonton bertanya-tanya pada isi hati dan pikirannya. Dan bintang utamanya adalah Charlotte Rampling yang menjadikan Kate sebagai karakter penuh lapisan yang menarik untuk diamati, dari tatapan matanya yang seperti bongkahan es yang sangat dingin namun punya api yang menyala di dalamnya hingga cara ia menampilkan rasa ketidakpastian dalam kepanikan yang begitu tenang namun tajam.



Andrew Haigh sekali lagi berhasil mengubah konflik sederhana menjadi eksplorasi yang intim dengan kompleksitas yang mengasyikkan. 45 Years merupakan drama dan romance, namun jika kamu amati lebih jauh dan lebih dalam ini merupakan penggambaran dari hal menakutkan yang tidak ingin dialami oleh orang-orang yang percaya pada kekuatan cinta dalam kehidupan mereka. Membuka kotak pandora, menyambut rahasia masa lalu, bertarung dengan rasa ragu, 45 Years berhasil menjadi sebuah drama tentang pernikahan yang meninggalkan bekas mendalam bagi penontonnya. Bukankah semuanya seperti itu, mata dan pikiran dapat dibaca namun hati selalu menyimpan dan memiliki misteri. Waspadalah, karena hasilnya bisa saja horor. Segmented. 










Thanks to: rory pinem

0 komentar :

Post a Comment