14 January 2014

Movie Review: Young & Beautiful (Jeune Et Jolie) (2013)


Apakah semua yang anda lakukan selama hidup selalu berada dalam sebuah rencana yang telah tersusun rapi dengan tujuan akhir yang jelas? Wah, boring, karena sikap berani untuk melakukan hal-hal yang bahkan pada akhirnya mungkin akan menimbulkan rasa bingung pada alasan mengapa kita melakukan hal tersebut justru dapat menghadirkan sebuah pengalaman memorable. Film ini akan mencoba menggambarkan dampak yang terjadi ketika sikap berani tadi kehilangan kendali, Young & Beautiful (Jeune Et Jolie).

Tidak seperti remaja putri pada umumnya yang mungkin akan menyusun berbagai impian dan rasa penasaran yang manis dan indah untuk mengisi liburan mereka, Isabelle (Marine Vacth), wanita berperawakan tenang yang akan berusia 17 tahun punya hal ekstrim yang ingin ia lakukan ketika mengisi liburan di sebuah rumah ditepi pantai bersama keluarganya, ayah dan ibunya, Patrick (Frédéric Pierrot) dan Sylvie (Géraldine Pailhas), serta saudara laki-lakinya yang bernama Victor (Fantin Ravat).

Tujuan Isabelle hanya satu, menikmati seks pertamanya. Keinginan itu berhasil ia capai dengan bantuan temannya yang tidak begitu akrab, Felix (Lucas Prisor). Namun celakanya setelah itu Isabelle mulai terjebak akibat rasa bosan yang menghampirinya, terus muncul dorongan untuk menggunakan seks sebagai solusi mengisi emosi miliknya yang kosong, hingga akhirnya berakhir pada keputusan besar yang penuh resiko.


Pada karya terbarunya ini François Ozon masih mencoba bermain dengan tema obsesi dan seksualitas bersama kehandalan yang menjadikan banyak orang dengan mudah mengagumi karya yang ia ciptakan, efektifitas dan efisiensi dalam bercerita, serta menciptakan sebuah pengalaman menonton yang terasa segar dibalik penggunaan berbagai hal klise yang familiar. Salah satu dari hal tersebut masih hadir di Jeune & Jolie dalam kadar yang kuat, pertanyaan yang terus bergerak tenang, situasi hampa, aksi ekplorasi, hingga unsur komedi satir andalannya. Namun sayangnya ini tidak seperti apa yang Ozon bentuk pada In theHouse (Dans la maison).   

Dari luar ia akan terasa sama, kita terus diajak bermain dengan berbagai pertanyaan yang tak pernah berhenti menemani, namun ternyata tujuan utama Ozon adalah hanya ingin menggunakan karakter yang bergerak dalam empat musim itu untuk menjadi penggambaran dari salah satu sisi buruk ketika seseorang sedang beranjak dewasa. Ya, ini pasti pernah kita alami, rasa penasaran akan sesuatu hal, kemudian timbul niat ingin mencoba, tidak mampu mengendalikan, dan akhirnya terjebak, materi tersebut dibangun oleh Ozon masih dengan cara yang padat tanpa memberikan kemudahan pada jawaban.

Ya, ini yang saya suka dari François Ozon, ia memberikan kita teka-teki yang lantas tanpa disadari justru membawa kita masuk kedalam proses mengamati sembari berupaya memecahkan misteri. No, anda tidak perlu bergerak terlalu jauh dalam hal tersebut karena faktanya Jeune & Jolie lebih terasa seperti sebuah kumpulan isu yang sengaja dilempar oleh Ozon dimana ia kemudian memberikan kita kebebasan untuk melakukan interpretasi pada pergerakan emosional yang kompleks itu. Masih sama, Ozon terus menahan hadirnya jawaban yang celakanya justru akan menyebabkan film ini terasa segmented.


So, what’s the point? Pertanyaan itu mungkin akan hadir pada mereka yang sejak awal tidak klik dengan tujuan utama yang ditawarkan oleh Jeune & Jolie, karena memang tidak dapat dipungkiri ada sedikit kelemahan pada hal motivasi yang dimiliki cerita. Dalam gerak yang tenang dan lembut konsep yang sesungguhnya cukup provokatif dengan mencampur aduk studi karakter bersama elemen pendidikan dan keluarga kedalam sebuah aksi pemberontakkan ini terasa terlampau tenang. Ya, hal tersebut sangat beresiko ketika ia sudah bersatu bersama cerita yang asyik bermain-main dalam ambiguitas sumber masalah sehingga terkesan sulit dimengerti.

Kombinasi itu yang hilang pada Jeune & Jolie, materi yang menarik dengan dinamika cerita yang juga tampil menarik. Penonton akan tertarik pada Isabelle, namun tidak terjerat terlalu dalam dan kuat, semua akibat aksi tarik dan ulur yang dipakai Ozon sehingga pendekatan emosi tidak maksimal, penonton tidak diberikan jalan untuk masuk lebih dalam, terlebih dengan kurang variatif cara dari Ozon menggerakkan narasi. Ya, tidak heran akan ada yang kesal, karena mereka tertarik, berupaya untuk lebih dekat walaupun sulit, namun tidak diberikan ruang, dan ditutup tanpa jawaban, yang celakanya tidak punya power seperti In the House dimana kita dibuat asyik bertanya-tanya.

Apakah Jeune & Jolie berantakan? Tidak. Memang sulit untuk mengatakan film ini punya kekuatan yang sangat besar dibalik tampilan rapi yang ia tampilkan, namun ada satu hal sederhana yang menyebabkan pendekatan terkait isu pada sikap modern yang serba instan itu akan terus menarik atensi penontonnya, performa yang memikat dari Marine Vacth. Vacth berhasil menghadirkan perpaduan yang menarik dari sebuah keretakan internal dari ego, sikap polos, hingga amarah, bersama aksi pemberontakan tanpa menggerus sisi seduktif yang ia miliki.


Overall, Young & Beautiful (Jeune Et Jolie) adalah film yang cukup memuaskan. François Ozon kembali berhasil mengubah sebuah isu sederhana menjadi proses pengamatan resiko yang mungkin hadir dalam tahap coming-of-age yang menarik, aksi bermain-main pada inti utama cerita, namun sayangnya tidak disertai sebuah dinamika cerita yang mengasyikkan untuk menemani pertanyaan mengapa ataupun kenapa yang terus hadir. Segmented.



0 komentar :

Post a Comment