08 December 2013

Movie Review: Un plan parfait (2012)


Apakah semua film harus menampilkan cerita yang cerdas? No, big no, bahkan kemasan yang bodoh, dangkal, dan klasik sesungguhnya juga layak mendapatkan atensi yang sama besarnya, walaupun mereka riskan. Ya, riskan, karena anda sudah tahu materi dan formulanya, dan mulai bersiap dengan memberikan perlakuan yang berbeda, menaruh harapan utama pada bagaimana kemampuan mereka agar dapat tampil menghibur. A perfect plan (Un plan parfait) adalah contoh yang kurang mampu menghibur, bahkan untuk ekspektasi yang sudah ditekan seminimal mungkin.

Disaat melakukan jamuan makan malam di kala Natal, Corinne (Alice Pol) harus terjebak dalam sebuah kebingungan emosional yang sedang dialami salah satu tamunya yang baru saja bercerai. Sebagai upaya untuk memotivasi wanita tersebut, Corinne mencoba menceritakan salah satu kisah mengenai mitos yang dianggap sebagai sebuah kutukan oleh keluarga mereka, bahwa pernikahan pertama dari anak perempuan di keluarga mereka akan selalu berakhir dengan perceraian. Petualangan itu dilakukan oleh adiknya sendiri, Isabelle (Diane Kruger).

Isabelle sangat cinta kepada kekasihnya Pierre (Robert Plagnol), pria yang ia impikan untuk menjadi suaminya. Namun kekuatan mitos pada kutukan itu ternyata masih besar, dan Isabelle memutuskan untuk membuat sebuah rencana yang ia anggap sempurna, pergi ke Denmark, menikahi seorang pria secara random, dan kemudian bercerai. Celakanya ia bertemu dengan Jean-Yves (Dany Boon), seorang editor sebuah majalah yang sedang berpetualang, pria yang tidak diberitahu oleh Isabelle tentang rencananya, dan terlanjur jatuh hati pada Isabelle.


Terasa sangat jelas dampak dari hadirnya empat sosok berbeda pada divisi naskah, Yoann Gromb, Beatrice Fourneau, Phillippe Mechelen, dan Laurent Zeitoun. Premis yang sejak awal sudah terkesan dipaksa itu ternyata turut dibangun dengan cara yang memaksa. Perlahan anda dapat merasakan bagaimana rasa percaya diri yang terlalu besar mematikan daya tarik cerita, yang sejak awal berupaya agar secara konstan dapat terus tampak kompleks. Konsep klasik dan dangkal itu pada akhirnya tidak berhasil menjadi sebuah kemasan bodoh yang menghibur, tidak ada dinamika cerita yang bernyawa, karakter hanya dipindahkan dari Paris, Denmark, Moscow, hingga Afrika, tanpa dibekali konflik yang mumpuni.

A perfect plan (Un plan parfait) adalah film pemalas yang ingin mengubah hal klasik menjadi kompleks, sayangnya tidak mampu mengubah motivasi yang sederhana itu menjadi mumpuni. Lompatan cerita yang mengganggu, permainan tempo yang kurang rapi, gerakan mondar-mandir antara past dan present yang tidak memberikan dampak berarti, rom-com Prancis yang klise dan sejak awal memang tampak tidak ingin tampil serius ini jatuh, ia lebih terasa seperti sekumpulan scene yang dirangkai dengan sengaja agar dapat memanipulasi emosi penontonnya, agar mereka dapat terjebak dalam kisah romantis yang hambar serta slapstick murahan yang beberapa kali berhasil tampil lucu.

Sulit untuk menemukan elemen mana yang menghasilkan kepuasan maksimal dari inkonsistensi yang ia hadirkan. Ya, sulit. Un plan parfait tidak berhasil menciptakan imajinasi dari dongeng dengan premis konyol itu (sebenarnya sederhana, Isabelle bisa saja membayar orang kan?), dan sensasi yang memikat dibalik label predictable yang ia miliki. Ini bahkan terasa kaku, sejak awal hingga akhir Pascal Chaumeil seperti tidak sadar bahwa ia terus memaksa penontonnya, mereka seperti diharuskan untuk menelan potongan daging, dan celakanya tanpa diberikan kesempatan untuk menikmati daging tersebut dengan mengunyah.

Lantas apakah ini lucu? Ya, ini cukup lucu, namun dengan upaya untuk menghadirkan tawa skala besar yang ia tampilkan pada akhirnya penonton hanya akan memperoleh senyum kecil yang singkat. Sebagian besar dari mereka bahkan tidak datang dari cerita yang kehilangan arah itu, melainkan kinerja Diane Kruger. Tetap kurang memuaskan memang, namun ada perjuangan yang menarik dalam diri Isabelle, serta sedikit chemistry menarik antara dia dan Dany Boon, yang tampil tidak begitu special. Upaya mereka untuk menghidupkan karakternya juga patut di apresiasi, at least ada sedikit daya tarik.


Overall, A perfect plan (Un plan parfait) adalah film yang kurang memuaskan. Punya potensi untuk menjadi sebuah rom-com dangkal yang menghibur, namun rasa percaya diri yang terlalu tinggi untuk tampil lebih kompleks menyebabkan perputaran cerita yang datar bersama konflik sederhana yang bahkan sejak awal hingga akhir tidak mengalami pergerakan yang memikat. Ini adalah petualangan dengan tujuan yang jelas namun bergerak tanpa energi. Datar.









Screened at Festival Sinema Prancis 2013

0 komentar :

Post a Comment