23 May 2013

Movie Review: Hummingbird (Redemption) (2013)


Jason Statham adalah bintang action. Tidak dapat dipungkiri penilaian tersebut seolah telah tertanam pada sudut pandang banyak penonton terhadap aktor satu ini. Namun faktanya memang begitu, contohnya dalam satu decade terakhir hanya di film "London" dimana Statham berpisah dengan action, selain itu ada lebih dari 20 film action yang ia bintangi. Well, Hummingbird memang masih mengusung genre action, namun film ini justru menjadi media bagi Statham untuk membuktikan ia mampu bermain diluar zona aman miliknya.

Joey Jones (Jason Statham), seorang pemuda miskin yang hidup bersama teman gelandangannya Isabel (Vicky McClure) di sebuah gang sepi ditengah keramaian kota London, dengan sebuah kardus sebagai pelindung mereka dari dinginnya udara malam. Joey mungkin adalah contoh dari orang-orang useless, kita tidak tahu apa yang mereka kerjakan disiang hari, namun setiap malam selalu mengantri dengan manis di sebuah area menantikan makanan gratis yang diberikan sebuah paroki di bawah koordinasi Suster Cristina (Agata Buzek).

Namun ternyata masa lalu Joey tidak seburuk seperti yang ia alami sekarang. Joey pernah menjadi prajurit Pasukan Khusus Inggris yang bertugas di Afghanistan, tapi trauma yang ia alami kala bertugas tersebut yang menjadikan ia hancur seperti sekarang. Berawal dari sebuah perkelahian, terpisah dari Isabel, Joey terdampar di sebuah apartemen mewah yang ditinggal pergi pemiliknya dalam jangka waktu cukup panjang. Ya, hal ini dia anggap sebagai sebuah mukjizat dari Tuhan, sebagai jalan untuk memperbaiki hidupnya. Sayangnya semua terhalang ketika ia terjebak dalam kegiatan kriminalitas mafia Cina.


Mengusung label action dan juga thriller, Hummingbird mungkin akan dengan mudah menghadirkan rasa kecewa bagi mayoritas penontonnya yang tidak siap untuk memperoleh hal berbeda dari apa yang mereka perkirakan sejak awal. Sajian adegan aksi yang berbalut kekerasan khas seorang Statham, itu tidak akan anda dapatkan dari film ini. Steven Knight, sutradara sekaligus penulis cerita, seperti ingin menciptakan sebuah film yang berisikan kejutan besar. Knight memberikan sebuah premis yang dengan mudah menuntun calon penontonnya ke sebuah gambaran film action, ditambah lagi mengusung Statham di baris terdepan, dan booom hal itu sirna.

Setelah ia berjalan cukup jauh, penonton akan langsung terbagi dua, kecewa atau justru semakin tertarik. Sebuah drama yang dibalut cerita dengan kompleksitas cukup padat, berjalan pelan namun terus menebar misteri, ini seperti warna baru yang menarik dari sebuah film yang dibintangi Statham. Steven Knight mungkin akan terkesan pengecut, memasang satu label genre yang bahkan tidak tampil dominan dalam cerita sebagai topeng belaka untuk menarik perhatian penontonnya. Namun bagi saya justru itu adalah keputusan yang cerdik, dimana hal tersebut justru sangat membantu kinerja dari kejutan yang ia siapkan.

Memang banyak kekurangan yang tercipta dari naskah yang ia miliki, terasa datar tanpa sebuah loncatan tensi cerita yang besar sejak awal hingga akhir, terasa stuck di beberapa bagian terutama dapat terlihat jelas melalui karakter selain Joey, tapi dibalik kesan pengecutnya tadi Steven Knight justru tampil berani dalam membentuk naskah yang ia punya. Knight tidak membentuk cerita dengan menyesuaikan terhadap template yang dimiliki Jason Statham, justru sebaliknya Statham yang kini dibawa masuk kedalam ruang bermain yang mungkin kurang familiar baginya. Dan benar, itu berhasil.

Saya suka bagaimana film ini menampilkan sisi emosional dari cerita, upaya lepas dari masa lalu yang kelam, proses pencarian orang yang ia kasihi, kasih sayang seorang ayah terhadap anaknya, hingga perjuangan pencarian jati diri dari seseorang yang menaruh kebimbangan pada Sang Pencipta. Elemen ini terbentuk dengan manis, dibalik kegagalan karakter bergerak maju menampilkan sebuah perkembangan yang menarik. Hal ini pula yang menjadikan saya sedikit memaafkan betapa minimnya adegan aksi yang diberikan oleh Steven Knight, karena ia mampu membangun bagian lain menjadi menarik dan anehnya tidak membosankan.

Jason Statham juga menjadi kunci dari keberhasilan film ini, mampu memanfaatkan kesempatan langka yang ia dapatkan dengan baik. Karakter Joey yang sering mengalami stuck itu tetap tampil menarik sepanjang film berkat kepercayaan diri yang diberikan oleh Statham. Begitupula dengan kombinasi yang ia ciptakan bersama Agata Buzek, rapi dibalik kesunyian yang mereka tampilkan. Sayangnya Buzek seperti tidak diberikan kesempatan lebih besar agar bisa berdiri sejajar dengan Statham, karena sebenarnya konflik yang ia bawa punya daya tarik yang tidak kalah menarik.


Overall, Hummingbird (Redemption) adalah film yang cukup memuaskan. Film ini pada akhirnya mungkin akan seperti berada di tepi jurang mematikan, semua hasil keputusan berani dari Steven Knight yang tetap menjadikan calon penontonnya berekspektasi pada sebuah film aksi. Tampil datar namun menarik, terkesan pengecut namun justru sangat berani di bagian naskah, mungkin hanya satu hal yang akan menjadikan Hummingbird begitu memorable, dimana Jason Statham ternyata dapat bermain di luar zona aman miliknya.











0 komentar :

Post a Comment