22 May 2013

Movie Review: Fast & Furious 6 (2013)

 

"You don't turn your back on family, even when they do"

Hal ini tentu saja bersifat subjektif, dimana setiap orang akan memiliki penilaian yang berbeda tergantung pada sudut pandang yang mereka gunakan hingga selera yang mereka punya. Bagi saya, Fast and the Furious adalah salah satu film series yang sejauh ini terus menampilkan sebuah perkembangan kearah positif di tiap film terbarunya. Fast & Furious 6 bahkan seolah menjadi sebuah pion yang digunakan oleh series ini untuk menunjukkan bahwa upaya mereka belum berhenti untuk mencoba menuju titik puncak.

Setelah sukses melakukan aksi mereka di Rio de Janiero dengan tipuan menggunakan brankas yang membuat rekening mereka semakin sehat, Dominic Toretto (Vin Diesel) kini menikmati hidupnya bersama Elena Neves (Elsa Pataky). Begitupula dengan crew yang ia miliki, Brian O'Conner (Paul Walker) kini hidup bahagia dengan Mia Toretto (Pearce Jordana Brewster), Han (Sung Kang) dengan asmara yang semakin kokoh bersama Gisele (Gal Gadot), Tej Parker (Chris 'Ludacris' Bridges) yang gemar beramal dengan membobol ATM, hingga Roman (Tyrese Gibson) yang kini dikelilingi wanita cantik bahkan telah memiliki sebuah pesawat pribadi yang ia beri nama “It's Roman bitches!”

Namun masalah adalah sahabat dari Dom dan crew miliknya, yang kali ini berasal dari serangan pada konvoi militer Rusia yang di ketahui berada dibawah kendali Owen Shaw (Luke Evans), mantan tentara Pasukan Khusus Inggris. Luke Hobbs (Dwayne Johnson), anggota Diplomatic Security Service (DSS) yang menangani kasus ini ternyata cukup cermat, dimana ia tahu cara cepat mengalahkan penjahat adalah dengan melawannya menggunakan penjahat. Bersama Riley (Gina Carano), Hobbs meminta bantuan Dom dan crew-nya, tentu saja dengan sebuah imbalan yang kali ini tidak berupa uang melainkan janji sebuah kebebasan dari semua tuntutan hukum, dan Letty Ortiz (Michelle Rodriguez), mantan pacar Dom yang ternyata masih hidup.


Franchise ini terasa semakin matang. Di konfirmasi kehadirannya pada february 2010, script mulai dibangun oleh Chris Morgan pada april 2011, tidak heran bila Fast & Furious 6 berhasil menjadikan para penontonnya dengan mudah merasakan bahwa mereka mengalami sebuah perkembangan yang signifikan. Semakin matang, dimana jalan cerita yang ia miliki semakin menarik, mampu menghadirkan sebuah kasus yang serius namun tidak meninggalkan begitu saja semua hiburan yang telah menjadi ciri khas mereka, adu cepat di lintasan padat penduduk, hingga berbagai hal konyol yang terkesan klasik namun tetap mampu menghadirkan tawa.

Ini tidak lagi sebuah film yang akan menjadikan anda menilai mereka sebagai sajian adu cepat belaka. Film ini mampu menaikkan kualitas yang pendahulunya telah ciptakan, berisikan dialog-dialog yang semakin berisi dan padat, semakin berani memainkan konflik-konflik pendukung yang anehnya justru mampu mencuri perhatian karena punya power yang cukup kuat untuk bersanding dengan konflik utama, serta tahu menempatkan joke yang ia miliki dengan penggunaan yang efektif terutama joke one punch yang komikal.

Justin Lin seperti telah menyatu dengan jiwa dari film ini, mengerti dengan sangat baik cerita yang ia punya, serta tahu mengolah berbagai ide yang ia miliki untuk menghidupkan cerita tersebut ke layar lebar. Adegan kejar-kejaran yang menjadi jualan utamanya tetap memikat, meskipun kesempatan yang ia miliki kini semakin terasa sedikit terbatasi namun menghasilkan dampak positif pada cerita. Ya, hasil dari keputusan tersebut adalah unsur lain dalam cerita berhasil hidup dan mencuri perhatian, terutama unsur ikatan persaudaraan dan keluarga yang menjadi topik utama yang coba diangkat film ini. Begitupula dengan kekuatan kisah romance yang di setiap kehadirannya mampu memberikan sebuah warna yang manis.


Bagian terbaik dari film ini hadir di paruh pertama, ketika cerita masih coba dibangun, dimana anda masih dibuat mencoba untuk menerka kemana film ini akan berjalan dengan beberapa konflik yang ia hadirkan. Di bagian ini tensi cerita memang sempat turun, namun selalu berhasil di naikkan kembali oleh Justin Lin dengan menggunakan berbagai elemen cerita yang ia punya. Nah, sayangnya meskipun harus diakui tidak mengalami sebuah degradasi cerita yang begitu besar, di paruh kedua saya mulai merasakan berbagai hal yang tidak saya temukan di paruh pertama yang celakanya justru berada di zona negatif.

Masih terdapat adegan aksi yang seru, cerita juga masih mengalami perkembangan. Namun di beberapa bagian saya merasa Justin Lin seperti mencoba menciptakan ruang cerita yang begitu luas untuk memperdalam unsur-unsur pendukung cerita, terutama ya itu tadi keluarga dan cinta. Beberapa adegan terasa kurang padat, terlalu panjang, sehingga excitement yang ia hasilkan kurang maksimal. Sayang memang, dimana bahkan upaya dari Owen Shaw bersama anak buahnya Jah (Joe Taslim) dan dua lainnya perlahan mulai kehilangan power mereka, seperti menunggu waktu untuk mati tanpa memberikan threat yang berarti.

Ya ya ya, efek yang ia hasilkan harus diakui bekerja dengan baik. Namun upaya Justin Lin yang seperti mencoba melakukan push lebih dalam di bagian tadi merupakan sebuah blunder bagi saya. Mungkin Justin Lin ingin memberikan sebuah akhir yang manis dari petualangannya di franchise ini, sesuatu yang berani dan memorable, yang celakanya bagi saya justru akan menjadi hal memorable karena menodai semua upaya yang ia berikan di bagian lain cerita. Membingungkan memang karena justru di bagian lainnya terutama adegan aksi kejar dengan kecepatan tinggi justru dibungkus oleh Justin Lin dalam durasi yang singkat dengan tempo yang terlalu cepat, sesuatu yang tidak saya harapkan sebelumnya.

Kekecewaan lainnya berasal dari Luke Evans yang seperti tenggelam ditengah hiruk pikuk Dom dan crew miliknya. Threat yang dihasilkan terlalu kecil, bahkan jauh dari kata menakutkan. Hal ini akibat dari Vin Diesel yang sepertinya sengaja ditempatkan sendirian didepan, dan pemain lainnya melakukan “pesta” dengan tugas mereka masing-masing. Paul Walker tidak lagi bersanding sejajar dengan Vin, dan Michelle Rodriguez juga seperti tidak mampu bergerak lebih jauh. Yang paling menarik justru dua duo yang Justin Lin miliki, Sung Kang dan Gal Gadot dibagian romance, serta Tyrese Gibson dan Ludacris dengan lelucon mereka.


Overall, Fast & Furious 6 adalah film yang memuaskan. Justin Lin berhasil membangun tiga film yang ia tangani di franchise ini terus bergerak maju. Tetap seru, tetap menghibur, tetap lucu, dengan cerita yang semakin berisi tanpa pernah menyingkirkan “identitas” yang telah mereka bangun. Tapi dengan mengesampingkan post-credit scene yang ia miliki, paket yang ditawarkan oleh Fast & Furious 6 tidak berhasil memberikan hasil akhir yang mampu melampaui Fast Five.











0 komentar :

Post a Comment