19 August 2021

Movie Review: A Quiet Place Part II (2021)

“Run!”

Ratusan orang dibuat terdiam di dalam studio bioskop ketika saya menonton film pertamanya, A Quiet Place, sama seperti judulnya kala itu sukses besar menyiksa penontonnya dalam bentuk permainan catch and run namun bersama kondisi sunyi yang mampu membuat atmosfir cerita jadi terasa mencekam. Ada sensasi yang unik dari film pertamanya itu, thrill berkualitas tanpa gemuruh serta horror yang hanya mengandalkan makhluk alien tanpa eksplorasi yang terlalu jauh terhadapnya. Film keduanya ini hadir sebagai sebuah kelanjutan, sempat tertunda satu tahun akhirnya dapat menyapa penontonnya masih dengan tetap menggunakan formula yang sama. ‘A Quiet Place Part II’ : another horror with intense terror, in silence.


Setelah kejadian dramatis di penghujung film pertama, Evelyn Abbott (Emily Blunt) kini harus meninggalkan kebun bersama dengan ketiga anaknya, Regan (Millicent Simmonds), Marcus (Noah Jupe), dan adik mereka yang masih bayi, menggunakan sebuah kotak dengan ventilator untuk mencegah suara tangis "keluar" dari kotak tersebut. Tujuan utama mereka adalah menemukan manusia lain yang masih selamat, harus tetap waspada setiap kali melangkahkan kaki meskipun kini telah memiliki sebuah senjata berupa radio.

Regan menemukan fakta baru bahwa makhluk alien yang sensitif dengan suara itu akan merasa kesakitan jika mendengar audio feedback dalam frekuensi yang sangat tinggi. Senjata itu terbukti ampuh ketika di satu titik dalam perjalanan mereka satu makhluk alien tersebut menyerang Evelyn dan ketiga anaknya ketika sebuah alarm berbunyi akibat gerakan tidak sengaja oleh Evelyn. Kejadian itu membuat mereka bertemu dengan Emmett (Cillian Murphy), teman lama Lee Abbott (John Krasinski). Pencarian survivors berlanjut dengan sebuah clue lagu "Beyond the Sea" di radio.  

Meskipun merasa sangat puas dengan kualitas terror yang disajikan oleh ‘A Quiet Place’ tapi saya ada di sisi yang mungkin memiliki jumlah anggota lebih sedikit yaitu para penonton yang tidak berharap film tersebut akan memperoleh sekuel. Di tangan John Krasinski kala itu tampil menawarkan daur ulang dari konsep horror klasik tapi dengan premis yang sederhana justru sukses besar “menyiksa” penontonnya dengan pengalaman menonton horror penuh thrill menyenangkan. Sangat efektif, naskah yang ditulis oleh John Krasinski bersama Bryan Woods dan Scott Beck dengan cerdik menciptakan stage di mana keheningan dan terror dapat berpadu dengan baik dalam staging yang kuat.


Hal terakhir tadi kembali hadir di sini dalam kualitas yang sama baiknya. Script kali ini ditulis sendirian oleh John Krasinski dan strategi yang ia gunakan sangat tepat. Setelah sebelumnya bermain di arena yang kecil kali ini bencana itu berkembang menjadi semakin besar tapi menariknya meskipun otomatis kini area yang harus ia handle menjadi lebih luas namun John Krasinski tidak kehilangan kemampuannya dalam mengendalikan tiap komponen film seperti di film pertama. Yang dijual masih sama yakni restraint, menempatkan karakter dan juga penonton pada posisi sedang terkekang di mana bunyi sangat kecil merupakan sesuatu yang tabu untuk terjadi. Kualitasnya sangat terkendali.

John Krasinski masih tahu apa yang ingin ia tampilkan dan bagaimana cara untuk ditampilkan, membawamu mundur sebentar menuju momen saat semuanya masih normal lalu kemudian bermain lagi dengan makhluk luar angkasa yang buta namun memiliki pendengaran yang hipersensitif itu. Staging yang kuat membuat narasi bisa bergulir dengan lincah, ada energi yang kuat pula di sana bersama keheningan yang menciptakan kepadatan atmosfer mencekam yang terasa memikat. So dense, tebal, rapat, dan pekat, setiap gerak tubuh karakter selalu membuat penonton cemas akan kemunculan para alien, paranoia milikmu dipermainkan secara tarik ulur menanti kejutan penuh punch itu muncul.


Lagi dan lagi John Krasinski tidak menjual kuantitas di sini melainkan kualitas tiap kejutan untuk menciptakan kepanikan bagi karakter sembari juga menggedor detak jantung para penonton. ‘A Quiet Place Part II’ memang terasa lebih cepat dibanding film pertamanya, semua diarahkan agar segera menciptakan keteganan yang intens dan di sini kamu bisa lihat berkembangnya kualitas penyutradaraan John Krasinski. Eksekusi yang ia tampilkan di sini terasa presisi, kontrol yang baik dengan percaya diri yang oke sehingga tiap komponen berhasil hit the mark secara presisi. Skenario ‘A Quiet Place Part II’ memang tampak a bit constructed, seperti penggunaan furnace itu misalnya, yang penting tetap tidak ada cheap jump scares di sini.

Yang konsisten menyelimuti narasi justru adalah ketegangan yang intens, memiliki sound design yang lagi-lagi bekerja sangat baik dalam membantu terbentuknya teror di dalam script yang tidak menjual terlalu banyak ide tersebut. Hal terpenting di sini adalah menciptakan dramaturgi yang menyokong rasa menyeramkan dalam hening itu terus bersinar pesonanya. Saya juga suka dengan keputusan John Krasinski yang tidak mau membawa karakter melangkah terlalu jauh, ketika semuanya telah dirasa cukup maka cukup, dan berhenti. John Krasinski menunjukkan bahwa dia mampu mengendalikan diri agar tidak ada ambisi berlebihan yang hadir dan merusak cerita, fokus membuat pementasan yang noiseless itu agar menghasilkan impact yang kuat.


Dan sama seperti film pertamanya mayoritas intensity yang memikat itu hadir dari kontribusi kinerja akting para aktornya. Di film pertama performa Emily Blunt kala itu sempat diperbincangkan menjadi salah satu kandidat serius nominasi Oscar, hal yang terasa jarang hadir dari sebuah film horor, dan kali ini ia kembali menunjukkan alasan mengapa perbincangan itu pernah terjadi. Berbicara porsi mungkin memang terasa kurang dominan namun di tiap kesempatannya Emliy bersinar dengan baik. Millicent Simmonds dan Noah Jupe juga tampil baik di mana nama pertama kembali berhasil menarik penonton untuk seolah berada di sampingnya. Cillian Murphy tentu sebuah kejutan, dan ia sangat tidak mengecewakan. 

Overall, ‘A Quiet Place Part II’ adalah film yang memuaskan. Lebih besar dan juga lebih cepat, kesunyian yang menjadi kekuatan di film pertamanya kembali sukses menjerat dan membuat penontonnya hanyut dalam permainan atmosfir yang sunyi untuk kemudian menggedor jantung dengan kejutan yang simple juga intens. Sebuah sekuel yang berkembang karena John Krasinski juga berkembang, terkendali dengan baik dari script serta eksekusi dengan staging yang kuat, cerdik di mana ia membuat ini bergerak lincah dan energik meski bahan utama adalah keheningan yang tampil mencekam, bermain tarik ulur disusul dengan punch yang manis serta kemudian berhenti when everything has had its full impact. Intense continuation.








1 comment :