03 July 2021

Movie Review: Riders of Justice (2020)

“If I wanted to assemble stuff, I'd have gone to IKEA!”

Film ‘Men & Chicken’ merupakan karya terakhir Sutradara Anders Thomas Jensen sebelum film ini, sebuah komedi yang bercerita tentang pencarian “telur” dipenuhi dengan berbagai keanehan dan saya rekomendasikan kamu untuk menonton film tersebut jika belum. Memang segmented tapi berbagai keanehan di film itu berhasil disatukan dengan baik oleh Anders Thomas Jensen menjadi hiburan yang menarik. Hal tersebut kembali terulang di film, sebuah action komedi yang kembali membawa penonton masuk ke dalam dunia para pria aneh dan unik. ‘Riders of Justice’ : a crazy but loveable gag concert.


Seorang pria ingin membelikan keponakannya sebuah sepeda sebagai kado natal tapi sayangnya sepeda berwarna merah yang remaja perempuan itu inginkan tidak tersedia. Pria penjual sepeda kemudian menelpon rekanannya untuk mencari sepeda berwarna merah tapi celakanya cara yang digunakan merupakan aksi kriminal. Hal tersebut pula yang menjadi sumber mimpi buruk yang menimpa remaja perempuan bernama Mathilde (Andrea Heick Gadeberg), anak seorang tentara Denmark bernama Markus (Mads Mikkelsen). Mendengar tragedi di dalam kereta, Markus pulang.

Markus dan Mathilde sedang berkabung dan tampaknya berniat untuk segera move on, hingga suatu ketika muncul Otto (Nikolaj Lie Kaas) dan Lennart (Lars Brygmann), dua orang pria dengan algoritma yang mereka sebut dapat memprediksi kejadian di masa depan. Otto percaya bahwa kejadian di kereta itu bukan kecelakaan biasa, dia yakin bahwa tragedi tersebut telah direncanakan oleh geng motor, Riders of Justice. Bersama dengan teman hacker mereka Emmenthaler (Nicolas Bro), Otto dan Lennart mencoba meyakinkan Markus untuk menyelidiki Riders of Justice.

Sebagai Sutradara Anders Thomas Jensen tidak rutin menelurkan karya, ia cenderung lebih atau sangat aktif berperan sebagai Screenwriter di mana sejak memulai karir di tahun 1996 hanya di tahun 2011, 2016, serta 2018 saja dia absen menulis cerita. Itu bukti betapa produktifnya sosok Anders Thomas Jensen terlepas dari kualitas script yang ia garap. Beda halnya sebagai Sutradara, jarak antara ‘Men & Chicken’  dengan film ini sendiri adalah enam tahun, sedangkan sebelum ‘Men & Chicken’ film terakhir Jensen adalah ‘Adam's Apples’ yang rilis di tahun 2005. Mengapa membahas data seperti ini? Itu bukti betapa idealisnya seorang Anders Thomas Jensen.


Lagi dan lagi Anders Thomas Jensen bermain dengan hal-hal gila di sini yang tentu saja kembali ditemani dengan black comedy andalannya, ia juga berhasil membuat penonton jatuh hati pada karakter utama dan menempatkan diri mereka di belakang karakter. Akar masalah yang digunakan sebenarnya sederhana, yakni seorang anak perempuan menginginkan sepeda dengan warna sesuai dengan yang ia inginkan, lalu dari sana terbentuk pondasi masalah yang menjadi alasan mengapa karakter utama kita marah besar. Memang yang dialami oleh Mathilde dan Ibunya itu masuk kategori peristiwa naas tapi dari sana kemudian berkembang teori.

Dan kemunculan teori itu yang dikemas Anders Thomas Jensen dengan baik untuk menjadi ladang komedi, terjadi perubahan tone pada narasi yang awalnya mencoba menggali emosi lewat tragedi. Sejak pertemuan dengan Otto dan Lennart penonton telah dapat rasakan ada sesuatu yang “kurang beres” di balik kesan clumsy mereka, ada kesan sebenarnya mereka ini niatnya apa? Iseng saja? Kemudian Emmenthaler masuk dan semua berkembang menjadi semakin absurd dan dijejali berbagai black humor yang celakanya bekerja dengan sangat baik. Markus adalah pusat cerita yang menjadi jangkar bagi sisi drama, tapi tiga karakter lainnya fokus untuk mengocok perut para penonton mereka.


Tapi yang harus ditekankan kembali komedi di sini ada di kategori segmented, kalau kamu dapat menikmati black comedy maka yang Anders Thomas Jensen sajikan di sini akan menggelitik perutmu secara konsisten. Tidak super memang tapi berhasil menciptakan kombinasi yang terasa menyenangkan, begitu pula dengan punch yang dihasilkan cukup mumpuni. Dan yang saya suka adalah di balik style cartoon yang ia terapkan dengan sedikit bumbu kekerasan itu, Jensen tidak lupa pada satu hal yang juga menjadi ciri khas filmnya, yakni penggambaran bagaimana para manusia mencoba hidup dengan perasaan bahagia. Therapist, Lennert, dan Mathilde adalah contohnya.

Tidak heran jika bagi mereka yang pernah menyaksikan ‘Men & Chicken’ maka film ini menjadi semacam temu kangen dengan teknik bercerita Anders Thomas Jensen, termasuk dengan beberapa kekurangan yang telah identik dengan karyanya. Salah satunya tentu saja berkurangnya momentum di paruh kedua. Perubahan tone cerita dari komedi menjadi drama membuat materi yang sedikit lebih “serius” muncul, itu menyebabkan narasi yang tampil offbeat jadi terasa sedikit draggy. Presentasinya sendiri tetap terasa ketat tapi ketika mencoba menggali sedikit lebih dalam isu serta pesan yang ia bawa narasi jadi sedikit kendor tenaganya. Bukan kejutan, tipikal film Anders Thomas Jensen.


Dan familiarity itu juga berlanjut di divisi akting. Meskipun berisikan upaya balas dendam yang terkadang membuatmu merasa seperti lost in translation tapi karakter mampu menarik simpati penonton terhadap kondisi yang sedang mereka hadapi itu. Pencapaian yang bagus karena mampu terus mengikat atensi, Nikolaj Lie Kaas, Lars Brygmann, dan Nicolas Bro berhasil membentuk pesona unik karakter mereka dan konsisten memberikan tekanan terhadap karakter Markus, yang diperankan dengan baik oleh Mads Mikkelsen. Ia mungkin tidak banyak bicara tapi ada gejolak di dalam tiap ekspresi Markus, ia adalah hati dan pesona utama film ini.

Overall, Riders of Justice (Retfærdighedens Ryttere) adalah film yang memuaskan. Anders Thomas Jensen kembali menunjukkan bahwa ia adalah Sutradara yang punya percaya diri untuk bermain dengan berbagai tone cerita, drama dan black comedy ia campur dengan baik lengkap bersama quite heartfelt story di balik violence yang tidak bermain aman ketika kesempatannya tiba. Tampil offbeat membuat film ini masuk ke dalam kelas segmented, tapi buat kamu yang suka dengan black comedy maka sajian yang dipenuhi dengan berbagai gags simple but punchy ini merupakan salah satu sajian yang wajib kamu tonton, crazy but loveable even though not as shocking as ‘Men & Chicken’. Segmented.









1 comment :