02 May 2021

Movie Review: I'm Your Woman (2020)

“No matter what you hear, keep walking.”

Saya suka film yang “menyiksa” penontonnya seperti ini yaitu dengan menggunakan hal-hal ganjil untuk membuatmu terus-menerus dihantui rasa penasaran. Awalnya saja penonton telah dibuat bertanya-tanya saat karakter utama wanita terkejut sang suami mendadak tiba di rumah mereka dengan menggendong seorang bayi, sosok mungil yang bukan merupakan anak mereka. Sang suami kemudian “menghilang” dan dari titik tersebut karakter utama wanita dipaksa terus “berlari” dari bahaya. ‘I'm Your Woman’ : a stylish and effective crime drama.


Jean (Rachel Brosnahan) merupakan seorang Ibu rumah tangga, ia menikah dengan pria bernama Eddie (Bill Heck), seorang pembunuh professional. Pasangan ini tidak dapat memiliki anak sehingga tidak heran Jean merasa sangat terkejut ketika Eddie mendadak pulang dengan menggendong seorang bayi kecil dan mungil. Celakanya di satu malam seorang rekan bisnis-nya tiba-tiba menggedor pintu rumah Eddie saat ia tidak ada di rumah, membangunkan Jean yang tidak tahu bahwa momen tersebut merupakan pintu masuk baginya ke dalam petualangan besar.

Jean yang kala itu langsung panik diminta untuk segera kabur dari rumah dengan membawa satu tas berisikan uang serta membawa bayi-nya dan ia diminta bertemu dengan pria bernama Cal (ArinzĂ© Kene). Dari Cal kemudian Jean tahu bahwa Eddie saat ini sedang dalam masalah dan menjadi target pencarian banyak pihak, sedang Cal diminta oleh Eddie untuk “mengamankan” Jean serta bayi-nya dan menjauh dari situasi berbahaya. Dipindahkan ke sebuah rumah kosong Jean diminta taat pada aturan dari Cal, jika tidak ingin nyawanya dan sang bayi berada dalam bahaya.  

Jean sebenarnya tampak seperti wanita biasa tapi yang membuatnya terasa berbeda adalah Jean berada di dalam lingkaran kriminal. Ke arah sana Sutradara Julia Hart coba mengarahkan fokus penontonnya yang celakanya tidak hanya eksis di bagian awal saja tapi terus diperas seiring bergulirnya narasi cerita. Dalam cerita yang dia tulis bersama Jordan Horowitz ini Julia Hart ((Fast Color, Stargirl) memang mengandalkan misteri terkait sosok Eddie, dari awal kemunculan bayi itu saja sudah ada kesan ganjil yang besar lalu dari sana atmosfir ganjil tersebut terus dikembangkan menjadi basis bagi cerita berjalan, kamu dibuat bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi pada Eddie?


Saya suka cara Julia Hart menggunakan sistem atau pola itu, sebuah “belokan” tajam di bagian awal yang kemudian disusul dengan proses mengupas satu per satu layer terhadap alasan mengapa Jean bisa berada di dalam situasi yang berbahaya seperti itu? Melempar konflik yang dapat dibilang bertumpu sepenuhnya pada satu “mata air” seperti ini bukan perkara mudah untuk dilakukan, harus membuat penonton terus merasa terjebak bersama karakter serta tertarik dengan apa yang akan terjadi selanjutnya. Julia Hart piawai dalam membuat cerita dan karakter langsung mencuri perhatian serta membuat penonton tertarik dengan yang terjadi selanjutnya. .

Julia Hart mencoba menggiring asumsi penonton bahwa Jean sedang dalam posisi coba untuk diselamatkan oleh rekan-rekan suaminya. Tapi kenapa Jean tidak pernah diberi informasi tentang apa yang sebenarnya sedang terjadi? Lantas seberbahaya apa sebenarnya kesalahan yang telah dilakukan Eddie sehingga membuat nyawa istri dan “anak ajaib” itu harus terus berada dalam posisi terancam? Ada atmosfir ganjil yang terasa kuat serta konsisten bergulir di kualitas yang sama, meskipun karakter utama kemudian masuk dan berpindah ke dalam beberapa babak tapi spotlight utamanya tetap sama, yakni sebuah pertanyaan terkait apa yang sebenarnya telah atau sedang terjadi di dalam kehidupan Eddie?


Pertanyaan itu tidak pelak juga ikut menyerempet Jean masuk, karena kini posisinya adalah bisa saja menjadi target bagi banyak orang, seperti yang dikatakan Cal. Klasik memang, ‘I'm Your Woman’ dibentuk Julia Hart layaknya film thriller tahun 1970-an di mana ada sebuah aksi kejahatan yang “tidak beres” sehingga membuat karakter harus berada dalam pelarian. Ada yang disembunyikan yang lantas menjadi sumber dari berbagai kejutan yang tentu saja menjadi senjata untuk menggedor excitement penonton Yang saya suka meskipun kerap membuat karakter Jean berputar-putar di dalam situasi bingung tapi Julia Hart justru mampu membangun thrill dan ancaman terhadap Jean untuk bertumbuh menjadi semakin besar secara perlahan.

She always keeps moving, so are the dangers. Julia Hart tidak mencoba “memaksa” agar dua hal tadi langsung mendominasi tapi menggunakan mereka sebagai “mata” lain yang seolah seperti sedang memperhatikan Jean dari kejauhan, mengintainya dan menunggu waktu yang tepat untuk menyerang. Kamu dapat rasakan kegiatan kriminal terasa “hidup” di sekitar Jean yang kemudian memaksa karakter utama itu mengambil action yang lebih besar lagi. Pesona terbesar ‘I'm Your Woman’ bagi saya adalah dramaturgy yang ditata Julia Hart, stylishly unfamiliar staging yang memiliki komposisi dramatis yang halus serta menghasilkan impact atau punch yang efektif. Tidak tajam memang, tapi efektif.


Saya tidak jamin kamu akan mudah menemukan klimaks di film ini tapi kekacauan yang tarik ulur mempermainkan kepanikan ini akan menghiburmu dengan kualitas visual yang memikat. Cinematography dari Bryce Fortner tidak pernah ragu mencoba membentuk gambar untuk mempertebal atmosfir ganjil cerita, menggunakan angle luas untuk mengakomodir nuansa vintage, score dari Aska Matsumiya juga bermain dengan subtle untuk membuatmu merasakan suasana eerie dan aneh yang dimiliki cerita. Kinerja akting juga oke, semua pemeran pendukung mengeksekusi karakter mereka yang baik dan memberikan ruang bagi Rachel Brosnahan untuk menyajikan Jean dengan sensitifitas yang hypnotic.

Overall, ‘I'm Your Woman’ adalah film yang cukup memuaskan. Ini merupakan film yang fun to follow karena meskipun tampak seperti “menggantung” dengan konflik yang terasa kering tapi dikemas dengan baik oleh Julia Hart untuk tetap membuatmu merasa penasaran dengan apa yang terjadi, dikelilingi dengan ketidakpastian yang terasa menakutkan. Hasil akhirnya mungkin tidak dapat memuaskan semua orang tapi dramaturgy-nya sendiri bagi saya sudah lebih dari cukup untuk membuat neo-noir crime film ini menjadi sebuah character study yang terasa stylish and engaging. An odd one.











1 comment :

  1. “I just thought you should be prepared for what comes next.”

    ReplyDelete