02 January 2021

Movie Review: Another Round (2020)

“What is youth? A dream.”

Apakah benar dengan mabuk manusia bisa merasa lebih tenang dalam menjalani aktivitas mereka sehari-hari? Ada teori dari seorang psikiater yang digunakan oleh film ini sebagai salah satu isu di dalam cerita, bahwa setiap manusia butuh minum satu atau dua gelas minuman alkohol agar mereka dapat merasa lebih bahagia dan juga tenang saat menjalani hidup. Tapi bukankah itu berbahaya terutama jika orang yang melakukannya tidak mampu mengendalikan nafsu yang ia punya terlebih kita tahu bahwa manusia punya sifat tidak pernah puas. Kalau dua gelas bisa membuat bahagia, kenapa tidak minum satu botol alkohol saja? ‘Another Round (Druk)’: learn about life with alcohol.


Martin (Mads Mikkelsen) tinggal di Copenhagen dan merupakan seorang pengajar di gymnasium, tingkat kedua di sistem pendidikan negara Denmark di mana para siswa dipersiapkan secara academically-oriented untuk masuk ke jenjang berikutnya. Dan sebagai tenaga pengajar Martin merupakan guru yang “kurang akrab” dengan para siswa yang ia ajar. Pria yang ternyata sedang memiliki masalah pribadi itu merasa bosan dengan rutinitasnya, terlebih para siswa juga tidak menunjukkan motivasi yang besar di kelasnya. Hal serupa ternyata juga sedang dialami oleh tiga orang pengajat lainnya, yakni Tommy (Thomas Bo Larsen), Peter (Lars Ranthe), dan Nikolaj (Magnus Millang).

Tiga orang tersebut merupakan sahabat Martin dan berawal dari percakapan ketika mereka merayakan ulang tahun Nikolaj, tercetus sebuah ide menarik yang mereka rasa dapat mengubah hidup mereka yang membosankan itu. Seorang psychiatrist bernama Finn Skårderud berteori bahwa manusia lahir dengan kandungan alkohol dalam darah yang terlalu rendah 0.05%, jika mampu berada di angka itu maka akan muncul perasaan lebih santai dan bahagia di dalam tubuh manusia. Martin bersama tiga sahabatnya tadi mencoba melakukan eksperimen dengan teori tersebut namun mereka lupa bahwa tidak mudah untuk tetap waras saat berurusan dengan alkohol.

Blood alcohol content sebesar 0.05% pada teori tersebut tadi sama seperti sekitar satu sampai dengan dua gelas alkohol, dan dari sana muncul konsep yang sederhana yakni karakter hanya harus mencoba untuk berada di angka tersebut agar perasaan mereka jadi lebih santai, tenang, dan lebih bahagia menjalani rutinitas mereka. Tapi dasar manusia selalu ada sikap rakus yang berawal dari rasa penasaran, karakter mulai tertarik untuk “menantang” batasan yang sudah ditetapkan oleh teori tersebut dan aksi tersebut justru membawa mereka masuk ke dalam berbagai masalah yang mengubah hidup mereka masing-masing. Dari sini sebenarnya pola yang digunakan sederhana, yakni pertarungan antara alkohol dan carpe diem.


Ya, seize the day, selagi bisa maka teruslah berusaha untuk mendorong batasan yang ada untuk menciptakan batasan baru. Namun terkadang manusia tidak sadar kapan waktu yang tepat untuk berhenti, dan celakanya di sini ada alkohol yang menjadi semacam objek di mana sisi baik dan sisi buruk miliknya coba disandingkan. Dari sana Sutradara Thomas Vinterberg mengembangkan cerita yang dia tulis bersama Tobias Lindholm (A Hijacking, A War), duet yang juga merupakan mastermind di balik film ‘The Hunt’ ini menciptakan penggambaran yang sepanjang durasi tampak seperti basic namun ketika penonton bersedia untuk mengamati sedikit saja lebih jauh maka ada berbagai detail yang mampu meninggalkan punch kuat dan memikat.

Thomas Vinterberg membuat penonton seolah menjadi bagian dari tim berisikan empat orang pria tersebut, menyaksikan mereka bergembira penuh tawa saat sedang mencoba teori tadi dengan sentuhan comic yang dark karena di sisi lain eksis pula permasalahan pribadi dari masing-masing karakter yang tampil efektif. Saya suka dengan sentuhan Thomas Vinterberg di bagian ini, ia tidak mencoba untuk menggali terlalu dalam tiap masalah dari masing-masing karakter namun berhasil membuat para penonton untuk merasakan sesuatu yang “salah” itu terus berkembang ke arah yang salah. Martin dan tiga karakter lain sebenarnya punya semacam krisis di dalam hidup namun mereka menolak untuk melepas alkohol yang sedang memberi mereka perasaan bahagia tersebut.


Karakter masuk ke dalam momen merayakan hidup mereka, seolah memiliki energi yang sangat banyak mereka kembali excited dengan hidup yang sempat lesu itu. Tapi mengingat alkohol bukan sesuatu yang seutuhnya baik atau positif maka tentu ada konsekuensi. Vinterberg bentuk dengan bijak untuk menampilkan dua sisi koin yang dimiliki alkohol tadi sehingga membuat tidak ada satu menitpun di film ini di mana cerita tampak seperti sebuah perayaan akan sesuatu yang buruk. Yang muncul justru sebuah tackle terhadap isu yang lebih sensitif, seperti perasaan insecurity di hidup yang di sini menyentuh elemen persaudaraan dan persahabatan bersama perpaduan elemen komedi, membuat ini menjadi sebuah tragicomedy.

Ada ironi yang kuat di sini tapi juga menghasilkan simpati yang oke karena cerita yang ditempatkan sebagai proses bagi karakter untuk menemukan jalan keluar dari krisis. Vinterberg mendorong Martin dan tiga sahabatnya itu sebagai penggambaran bahwa guru terbaik adalah pengalaman, bersama kesan humane yang hangat serta penempatan alcoholism bukan sebagai masalah namun sebuah solusi yang salah ia menata agar narasi menciptakan banyak ruang bagi penonton untuk mengevaluasi aksi Martin, Tommy, Peter, dan Nikolaj. Tanpa menjadi judgmental tentu saja serta membuat agar narasi terus terhindar dari upaya dramatisasi yang berlebihan. Tidak ada eksploitasi yang norak di sini tapi justru sebuah alarm yang hangat namun tajam dengan membawa penontonnya hanyut tenggelam di dalam hidup para karakter.


Itu salah satu kunci keberhasilan ‘Another Round’ tampil memikat, karena selain pendekatan terhadap isu yang dikemas segar di sisi lain konflik dan isu menjadi satu kemasan yang terasa affecting. Tidak heran jika para aktor tampil memikat di sini karena fokus mereka lebih banyak terarah pada bagaimana menampilkan emosi dari masing-masing konflik dan isu yang mereka bawa. Thomas Bo Larsen, Lars Ranthe, dan Magnus Millang tampil baik sebagai para guru yang kehilangan kendali terhadap hidup mereka, namun bintang utamanya tentu saja Mads Mikkelsen, sebagai Martin ia menampilkan acting performance yang sangat subtle dan memorable, karismanya kuat dan selalu menguasai layar, menangkap tiap emosi dari Martin dengan simple namun kuat dan on point.

Overall, ‘Another Round (Druk)’ adalah film yang sangat memuaskan. Saya senang melihat bagaimana isu tentang kecanduan alkohol itu menjadi perpaduan antara suka dan duka dari hidup yang dikemas dengan pesona menyenangkan. Penonton dibawa meresapi konflik yang dialami karakter, “memprovokasi” sudut pandang mereka dengan sisi baik dan buruk alkohol namun tetap berpegang pada akar utama yaitu menjadi manusia itu sendiri yang mudah kehilangan kendali dan buta akan kenikmatan sesaat. Semua dibalut perpaduan manis drama dan komedi dan berakhir dengan sebuah ending atau finale yang sangat sangat manis. And what even more importantly? With having failed you must accept yourself as fallible in order to love others and life.







1 comment :