17 October 2020

Movie Review: Peninsula (2020)


“We need to get out of here. Forget about the zombies!”

Wabah zombie tiba-tiba meledak ketika kamu sedang berada di dalam perjalanan keluar kota menggunakan kereta, terkurung di sana sembari berpacu dengan waktu karena dipaksa mempertahankan hidupmu dari kejaran para zombie yang bergerak liar dan brutal. Sebagai premis saja itu sudah terasa menarik sehingga tidak heran jika empat tahun lalu Train to Busan berhasil membuat banyak penonton terkesima dengan thrill yang ia sajikan sebagai sebuah action horror. Film ini bercerita tentang apa yang terjadi pasca zombie apocalypse empat tahun lalu itu, masih tampil sebagai action horror namun dengan pendekatan yang berbeda. Train to Busan 2? ‘Peninsula (Bando)’ : a dynamic but too generic action horror.


Ketika wabah zombie menyerang Korea Selatan, Tentara bernama Han Jung-seok (Gang Dong-won) mencoba menyelamatkan kakaknya (Jang So-yeon) serta suami Goo Chul-min (Kim Do-yoon) dan anak mereka. Cara yang digunakan oleh Jung-seok yaitu dengan menumpang sebuah kapal laut yang akan meninggalkan Korea Selatan dan berlayar menuju Jepang. Namun ternyata perjalanan yang tiba-tiba berubah haluan menuju ke arah Hong Kong itu tidak lepas dari mangsa para zombie, tragedi yang membuat Jung-seok bersama Chul-min harus hidup melarat di Hong Kong. Suatu ketika kesempatan emas tiba, mereka berdua ditawari pekerjaan.

Yang harus mereka lakukan bersama dua orang lainnya adalah kembali ke Korea Selatan dan menemukan sebuah truk kontainer yang berisikan uang, lalu membawa truk tersebut naik ke dalam kapal yang akan mengangkut kembali mereka ke Hong Kong. Semua tampak berjalan sesuai rencana hingga kemdudian para zombie sadar akan kehadiran Jung-seok dan teman-temannya. Tugas tersebut juga membawa Jung-seok kembali bertemu dengan Min-jung (Lee Jung-hyun) yang kini hidup bersama Mr. Kim (Kwon Hae-hyo) dan dua anaknya, Joon-yi (Lee Re) dan Yoo-Jin (Lee Ye-Won). Min-jung merupakan salah satu “korban” Jung-seok empata tahun lalu.

‘Train to Busan’ tidak dapat dipungkiri memang sukses menjadi sebuah hits yang terasa sangat memorable, dan hal tersebut meninggalkan tugas berat bagi film yang kemudian akan “melanjutkan” kisah Seok-woo dan rekan-rekannya itu. Kondisi ini yang membuat saya berpikir bahwa ekspektasi sangat penting bagi kesuksesan film ini bekerja menghibur penontonnya. Sederhananya jika kamu mengharapkan film ini hadir dengan thrill yang sama kuat seperti apa yang dahulu pernah dihadirkan oleh ‘Train to Busan’, jujur saja dengan sedikit spoiler maka kamu mungkin akan merasa kurang puas pada standalone sequel yang kembali ditangani oleh Sutradara ‘Train to Busan’, yaitu Yeon Sang-ho.

Penyebabnya tidak lain adalah tema yang coba diangkat oleh Yeon Sang-ho serta tipe pendekatan terhadap isu yang dibawa pada cerita yang ia tulis bersama dengan Ryu Yong-jae. Setting latar belakang masalahnya sendiri terasa oke walau memang terasa sedikit dipaksakan, ketimbang menyambung langsung kisah yang telah berakhir di Busan itu penonton justru dibawa bertemu karakter baru yang kini telah dilengkapi dengan konflik yang sedikit lebih dipoles. Di film pertama walaupun terdapat anak panah yang dilepaskan di mana kala itu berbagai isu sosial menjadi target yang ingin dihujam, thrill yang dihasilkan terasa stabil dengan kualitas yang terasa kuat hampir di tiap bagian, memanfaatkan ruang sempit di dalam kereta untuk mempermainkan rasa cemas penontonnya.

Sedangkan di ‘Peninsula’ rasa survival itu justru terasa jauh lebih dominan tanpa keberadaan konflik berbau politik dan sosial yang tampak mencolok. Alhasil jalan bagi narasi tidak terasa rumit walaupun sebenarnya arena bermain di film terasa lebih luas ketimbang yang dimiliki ‘Train to Busan’. Atau mungkin itu penyebab mengapa kualitas thrill ‘Peninsula’ kurang memenuhi ekspektasi? Bisa jadi, karena fokusnya sendiri memang tidak terlalu bertumpu pada kelompok yang dipimpin oleh Jung-seok dan juga Min-jung, ada sidekick lain yang eksis dan berada cukup jauh dari mereka. Yang juga punya misi serupa, yaitu survival. Kondisi itu membuat terciptanya dua buah jalan di dalam cerita dengan fokus yang terbagi sama besar.

Pendekatan tersebut tampaknya merupakan upaya Yeon Sang-ho agar punya banyak ruang untuk menampilkan kondisi kelam yang terjadi pasca ‘Train to Busan’. Terasa oke memang terutama ketika hal tersebut disertai dengan penataan yang mumpuni pada atmosfir yang tercipta pada visual, dibantu dengan CGI yang kualitasnya terasa cukup oke kesan mencekam eksis dan penonton dapat ikut merasakan situasi penuh waspada yang dialami oleh karakter. Tapi di sisi lain hal itu membuat fokus cerita jadi terasa kurang padat dan proses berkembangnya pesona karakter terasa lambat, beberapa dari mereka tidak konsisten mampu membuat “rencana” menyelamatkan diri yang hendak mereka lakukan agar terus tampak menarik untuk dinantikan.

Dampak domino dari sana adalah penonton mulai bergeser pada posisi yang hanya sebatas menunggu saja apa yang akan terjadi, rasa ikut terlibat dan seolah menjadi bagian dari “permainan” itu perlahan jadi terasa pudar. Di babak akhir Yeon Sang-ho memang kembali menghadirkan momen yang dinantikan yaitu pertarungan jarak dekat antara manusia dan zombie tapi saya merasa momennya sudah terlambat dan tidak mampu untuk menginjak “pedal gas” semakin dalam. Tidak heran jika ketika dramatisasi di bagian akhir itu terasa kurang menggigit walau punya materi emosi yang sebenarnya oke di sana, itu semua karena proses terbangunnya narasi menuju titik puncak tidak hadir dalam irama atau ritme yang benar-benar padat.

Dinamis memang, tapi terasa kurang padat. Di beberapa momen cerita saya sempat merasa bingung bagaimana bisa Joon-yi dan Seo Dae-wi sangat mendominasi layar dan membuat saya lupa bahwa Han Jung-suk dan Min-jung adalah dua fokus utama cerita. Kinerja Lee Re dan Koo Kyo-hwan terasa apik, mereka mampu berdiri sejajar dengan Gang Dong-won dan Lee Jung-hyun yang karakternya menderita akibat fokus pada narasi dan cerita yang terasa kurang padat tadi. ‘Peninsula’ bahkan punya dua karakter yang secara bergantian sukses menjadi scene stealer yang oke setiap kali mereka muncul di layar, yaitu Kim Kyu-Baek yang berperan sebagai Kim Yi-Byung dan Kim Min-jae yang memainkan karakter Sergeant Hwang.

Overall, ‘Train to Busan Presents: Peninsula’ adalah film yang kurang memuaskan. Seperti yang saya sebutkan di awal ini semua tergantung pada ekspektasi awal yang dimiliki calon penonton, dan saya punya ekspektasi yang cukup tinggi pada film ini. Melabeli dirinya sebagai standalone sequel ‘Train to Busan’, ‘Peninsula’ jelas mampu mempertahankan ciri khas dan pesona manusia melawan zombie yang dimiliki oleh pendahulunya, namun sayang tweak yang dilakukan Yeon Sang-ho di sektor cerita membuat fokus cerita kerap terasa kurang padat walaupun geraknya tetap terasa dinamis. Ya, dinamis, meskipun memang tidak mampu mencengkeram dan meneror penontonnya secara konsisten sejak awal hingga akhir seperti ‘Train to Busan’. Segmented.










1 comment :

  1. “They're the beacon of hope in this hell. I'll get them out of this hell no matter what.”

    ReplyDelete