01 September 2020

Movie Review: Dance with Me (2019)


“Musical itself is weird. You need to see a doctor. Musicals are stupid.”

Jepang pintar dalam mengolah materi-materi yang unik dan sedikit aneh untuk menjadi sesuatu yang menarik dan terasa menyenangkan. Film ini adalah contoh terbaru, bagaimana konsep yang sebenarnya tidak sepenuhnya baru berhasil dibentuk kembali menjadi sebuah hiburan yang segar kental dengan nafas Jepang yang sangat khas. Premisnya sederhana, yaitu bagaimana jika setelah mengalami sebuah “kecelakaan” kecil kemudian otak kamu dipaksa menggerakkan seluruh saraf dan juga tubuhmu untuk menari dan bernyanyi secara spontan setiap kali kamu mendengarkan musik? Dance with Me (Dansu Wizu Mī) : an energetic and infectious happiness. 

Wanita muda bernama Shizuka Suzuki (Ayaka Miyoshi) sebenarnya punya karir yang bagus, ia bekerja di sebuah perusahaan trading ternama, namun kehidupannya tampak monoton. Suatu ketika kakak perempuan Shizuka Suzuki berkunjung ke tempat tinggalnya dan karena harus menghadiri sebuah acara maka Shizuka Suzuki dimintai tolong oleh sang kakak perempuannya untuk menjaga anaknya. Shizuka Suzuki kemudian mengajak keponakannya itu untuk pergi ke sebuah taman bermain, dan di sana mereka masuk ke dalam sebuah tempat pertunjukan seorang magician terkenal bernama Machin Ueda (Akira Takarada).

Pamor Machin Ueda sudah meredup, tidak heran Shizuka Suzuki meragukan atraksi yang pria lanjut usia itu lakukan di hadapan dirinya dan juga keponakannya. Machin Ueda menghipnotis Shizuka Suzuki, bahwa setiap kali dirinya mendengar musik maka ia akan ikut bernyanyi dan menari. Shizuka Suzuki yang awalnya tidak percaya akhirnya panik luar biasa ketika membuat kekacuan besar di meeting penting yang dihadiri Ryosuke Murakami (Takahiro Miura) saat dirinya bernyanyi dan menari mengikuti irama musik. Shizuka Suzuki langsung mencari Machin Ueda, namun celakanya pria tersebut telah menghilang.
Semua berawal biasa saja di ‘Dance with Me', Sutradara Shinobu Yaguchi mencoba membawa penonton berkenalan dengan karakter utama kita yang dapat dikatakan merupakan gambaran karyawan kantoran pada umumnya saat ini, lalu mengamati secara cepat kehidupan yang ia jalani. Kurang "berwarna" mungkin kata paling sederhana yang dapat mewakili keseharian Shizuka Suzuki, sebuah pondasi yang terhitung kuat untuk kemudian membangun berbagai macam “kejutan” yang akan hadir ke dalam hidupnya. Pada dasarnya memang simple, Shinobu Yaguchi ingin membuat cerita di mana ia akan mengubah kehidupan karakter utamanya menjadi lebih menarik dari sebelumnya.

Dan cara yang ia gunakan adalah dengan “menyiksa” karakter utamanya tersebut. Penggunaan hipnotis sebagai jalan sendiri terasa manis, di satu sisi itu berhasil menjadi semacam beban yang terus menerus menempatkan karakter utama kita pada situasi genting namun di sisi lain juga menjadi sumber thrill karena pada akhirnya Shizuka Suzuki dipaksa untuk harus berpacu dengan waktu. Efek hipnotis yang harus dihapus oleh Shizuka Suzuki itu juga berhasil menjadi target utama yang menarik karena ia juga terus bergerak secara dinamis. Shinobu Yaguchi pintar dalam menata perpaduan dua hal tersebut sehingga menciptakan aksi kejar-kejaran yang menyenangkan untuk diikuti.
Tidak heran pada akhirnya kisah dengan nafas road movie ini terasa terus mengalir dengan baik, karena di samping kita disajikan aksi kejar dengan pace yang oke serta terasa ringan untuk diikuti, di sisi lain Shinobu Yaguchi juga terus fokus dalam melempar berbagai adegan musical yang ia kemas juga dengan sama baiknya. Kesan quirky sangat kental di elemen yang satu ini, ada kesan bahwa Shinobu Yaguchi tidak mau membentuk musical sequence untuk terasa terlalu dipoles secara berlebihan. Kesan atau feel mentah sangat terasa kental, tidak heran di samping mampu membuat penonton terus menantikan momen-momen musical itu muncul ia juga tetap mampu mempertahankan nafas komedi yang sejak awal sudah menjadi salah satu pesona utama yang ‘Dance with Me' coba jual.

‘Dance with Me' mencoba mengajak penonton “menertawakan” karakter yang secara perlahan mulai menemukan kegembiraan dalam hidup yang selama ini absen dari hidupnya. Ada perubahan dari negatif menjadi positif yang dialami oleh karakter utama kita itu, di dalamnya bahkan hadir pula beberapa pesan tentang hidup yang sederhana namun terasa sangat tepat sasaran. Tapi Shinobu Yaguchi secara konstan mampu membuat saya tertawa melihat Shizuka Suzuki dan teman-temannya berjuang untuk lepas dari efek hipnotis. Materi komedi yang digunakan tidak special dan cenderung klasik namun eksekusinya terasa cantik, menggunakan style affiliative humor dengan berbagai macam banter yang terasa witty.
Banter ini juga menjadi sumber energi yang terus menjadi laju lari dari cerita, ada kesan energik yang kuat dan positif dari karakter sehingga membuat petualangan mereka itu terasa dinamis. Dan ya, interaksi antar karakter juga terasa oke di mana Shizuka Suzuki menjadi pusatnya, dialog yang terbangun terasa hidup dan membuat pesona mereka secara perlahan terus berkembang menjadi terasa infectious. Kita “menertawakan” karakter yang tidak hanya sebatas menghibur dengan berbagai aksi konyol namun juga mentransfer kebahagiaan yang mereka rasakan kepada para penontonnya. Dan itu berhasil, terlebih dengan penggunaan berbagai lagu yang terasa match saja dengan setiap situasi di dalam cerita.

Lagu-lagu yang digunakan berhasil secara terus menerus membuat saya mengikuti irama yang mereka hadirkan, di tangan Shinobu Yaguchi komposisi mereka terasa sangat oke dan tidak pernah kesulitan ketika akan mulai beraksi, ada transisi yang manis antara elemen musical dengan elemen drama dan komedi. Pencapaian yang juga tidak lepas dari kontribusi para aktor. Ayaka Miyoshi tampil sangat menawan sebagai bintang utama, dari ketika berurusan dengan drama, ekspresi panik, hingga ketika ia harus tampil eksentrik bahkan sedikit gila ketika bernyanyi. Yuu Yashiro berhasil menjadi kompatriot yang sepadan bagi Ayaka Miyoshi, sedangkan Chay, Takahiro Miura, Tsuyoshi Muro, dan Akira Takarada menjalankan peran mereka dengan baik.
Overall, Dance with Me (Dansu Wizu Mī) adalah film yang memuaskan. Ketika ikut berjalan bersama Shizuka Suzuki saya menemukan cukup banyak momen di mana saya merasakan kebahagiaan yang dilempar oleh Sutradara Shinobu Yaguchi, dari emosi pada drama hingga komedi dan musical penuh tawa, film ini berhasil ia bentuk menjadi sebuah penggambaran tentang arti dan kenikmatan hidup dengan cara yang ringan dan fun, berawal dari sekedar “menertawakan” karakter utama hingga akhirnya bertemu dengan berbagai makna tentang hidup dan manusia. Sebuah musical yang unik, 'Dance with Me' berhasil “menginfeksi” saya dengan perasaan bahagia ketika berjalan bersama karakter dari titik awal hingga titik akhir, dengan cara yang energik. Menyenangkan. Segmented. 













1 comment :

  1. “When you hear music, you cant stop yourself but to sing and dance.”

    ReplyDelete