27 April 2020

Movie Review: Ordinary Love (2019)


“There isn’t a moment I won’t be there with you.”

Dalam sebuah acara pernikahan ada janji suci yang pasti akan terucap dari pengantin pria dan juga pengantin wanita, sebuah janji di mana masing-masing di antara mereka siap untuk menjadi teman hidup bagi sosok yang kemudian akan mereka sebut sebagai suami atau istri tersebut. Janji suci tersebut secara garis besar sama, yaitu berjanji untuk tidak hanya sekedar akan bersama-sama hidup bahagia selamanya namun juga akan selalu ada di saat suka maupun duka, for better or (for) worse. ‘Ordinary Love’ : an understated story about the power of love.

Kehidupan mereka telah memasuki usia senja, begitupula dengan pernikahan mereka, namun Joan (Lesley Manville) dan Tom (Liam Neeson) tampak masih mampu untuk menikmati keseharian mereka layaknya pasangan muda. Hidup mereka tampak sehat dan gembira, Joan dan Tom secara rutin berolahraga rutin bersama sementara mereka selalu dapat tertawa bersama lewat lelucon serta tingkah konyol satu sama lain, Tom bahkan sangat hafal dengan perbedaan pada racikan bumbu pada masakan Joan. 

Pernikahan Tom dan Joan memang tampak biasa saja tapi di sisi lain juga sangat jauh dari kesan gloomy dan membosankan. Namun suatu ketika masalah besar menghampiri mereka. Ketika sedang mandi Joan merasakan ada sesuatu yang aneh di bagian tubuhnya, bersama dengan Tom mereka kemudian memutuskan untuk melakukan pengecekan ke Rumah Sakit. Hasil pengecekan tersebut ternyata membawa pernikahan mereka masuk ke dalam babak baru dengan bertemu sebuah tantangan yang sangat besar.
‘Ordinary Love’ dibuka dengan upaya dari duet Sutradara Lisa Barros D’Sa dan Glenn Leyburn untuk membentuk dua karakter utama serta chemistry yang terjalin di antara mereka. Point utama di bagian tersebut adalah mencoba untuk meyakinkan penonton bahwa Tom dan Joan merupakan pasangan lanjut usia yang memiliki rasa sayang yang sangat besar satu sama lain. Hal tersebut berhasil, disertai dengan beberapa banter lewat perdebatan kecil layaknya pasangan yang berada di usia lanjut penonton dapat merasakan bagaimana kehidupan Tom dan Joan seolah telah berada di fase akhir, fase di mana yang mereka butuhkan hanya keberadaan pasangannya untuk berada di samping mereka.

Lisa Barros D’Sa dan Glenn Leyburn membangun kehidupan Tom dan Joan dengan cara yang halus, ada eksposisi yang lembut di sana dengan disertai beberapa rutinitas seperti berlari bersama yang sukses memperkuat ikatan di antara dua karakter utama. Sama seperti judul yang digunakan, kehidupan Tom dan Joan dikemas dengan kesan normal namun di situ justru trick yang cerdik dari Lisa Barros D’Sa dan Glenn Leyburn. Ketika penonton telah merasa tertarik dengan kehidupan Tom dan Joan, merasakan kehangatan yang terdapat di dalam kehidupan mereka yang sudah berada di tahap “ordinary” itu, kita kemudian dibawa menyaksikan dua karakter utama menghadapi sebuah masalah, sebuah ujian besar lewat masalah kesehatan.
Masalah kesehatan yang menimpa karakter sebenarnya bukan sesuatu yang dapat dianggap kecil, tapi yang menarik adalah Lisa Barros D’Sa dan Glenn Leyburn justru mengarahkan isu tersebut bukan untuk menjadi sebuah “ancaman” yang menakutkan bagi Tom dan Joan. Memang itu merupakan sebuah ujian bagi kisah cinta yang tentu saja didambakan setiap pasangan untuk berakhir bahagia, happily ever after. Tapi ketimbang membuat karakter berhadapan dengan berbagai konflik dengan konten yang rumit dan super berat justru cerita yang ditulis oleh Owen McCafferty tersebut dibentuk menjadi sebuah observasi terhadap pembuktian dari kekuatan cinta itu sendiri, dibawa melihat bagaimana Tom dan Joan mencoba melewati satu lagi rintangan besar dalam kisah cinta mereka.

Cerita sendiri berisikan beberapa proses atau tahapan pengobatan namun fokus diletakkan pada cara Tom dan Joan untuk menangani tantangan yang diberikan kepada mereka itu. Ada gejolak emosi yang memang sepantasnya muncul pada momen seperti itu, rasa sakit dan juga rasa cinta yang tampil secara jelas maupun secara implisit kedua dikemas dengan baik. Ketidakpastian pada hasil akhir pengobatan yang dilakukan menghantui Tom dan Joan, tahapan pengobatan membuat mereka harus menunggu dan kembali menunggu, perlahan mereka semakin tersiksa dan di sana hadir keinginan untuk meringankan beban satu sama lain, sesuatu yang manis dan ditampilkan dengan manis pula oleh Lisa Barros D’Sa dan Glenn Leyburn.
Itu adalah bagian terbaik di film ini, bagaimana simpati dan juga empati bermain bukan terhadap masalah utama yang harus Tom dan Joan hadapi, melainkan pada perjuangan mereka untuk saling menguatkan. Tom dan Joan sendiri merupakan pasangan yang unik, ada rasa cinta yang besar di antara mereka namun banter yang terjadi kerap menghasilkan gesekan-gesekan yang menarik. Itu digunakan sebagai penyeimbang yang manis bagi tahapan proses pengobatan yang perlahan membuka pintu masuk bagi rasa sedih dan juga rasa sakit. Gejolak emosi yang perlahan berkembang menjadi sesuatu yang lebih rumit juga berhasil dibentuk dengan baik oleh Lisa Barros D’Sa dan Glenn Leyburn, terasa tajam dalam tampilan yang subtle.

Hal yang paling memorable dari film ini adalah bagaimana karakter tetap tenang, tabah, dan teguh dengan cara yang subtle ketika harus menghadapi sebuah masalah besar. Script mengakomodasi hal tersebut, arahan dari Sutradara juga demikian, namun kunci terbesar dari pencapaian tersebut terletak pada kinerja akting dari dua pemeran utama yang jauh lebih besar dari kesan “ordinary”. Lesley Manville berhasil menampilkan rasa takut yang perlahan menghantui Joan namun dengan disertai sikap optimis yang terasa memikat. Sementara Liam Neeson membuat Tom sebagai sebuah bentuk kepanikan yang akan dialami oleh setiap orang, berusaha melawan gejolak rasa takut dan sedih sembari menyembunyikan hal tersebut dalam diam yang menyakitkan.
Overall, ‘Ordinary Love’ adalah film yang memuaskan. Di bawah arahan Lisa Barros D’Sa dan Glenn Leyburn film ini tidak menampilkan dramatisasi dengan rasa putus asa yang berlebihan, ia juga tidak pernah mencoba untuk membawa penonton menuju titik puncak yang penuh ledakan. Namun dengan cara tampil subtle sedari awal hingga akhir ‘Ordinary Love’ justru sukses mengingatkan kembali penonton pada makna dari sebuah pernikahan, menjadi sebuah penggambaran dari kekuatan luar biasa yang dimiliki oleh cinta dan tentu saja bagaimana peran luar biasa dari cinta itu sendiri di dalam sebuah pernikahan. Segmented. 










1 comment :