11 March 2020

Movie Review: Toy Story 4 (2019)


“To infinity...and beyond.”

Salah satu rasa cemas terbesar dari ide kemunculan ‘Toy Story 4’ yang mencoba kembali menyapa para penonton adalah: apakah perlu? Tiga film sebelumnya telah berhasil menjadi sebuah rangkaian yang sangat baik bagi kisah para mainan tersebut, dari kisah tumbuh menjadi dewasa hingga rasa sakit dari sebuah perpisahan. Namun ternyata dengan cerdik ‘Toy Story 4’ berhasil diramu menjadi sebuah proses lanjutan dari “kehidupan” Woody dan kawan-kawannya. ‘Toy Story 4’ : another "beautiful" goodbye.

Sembilan tahun lalu, di Toy Story 2, pada sebuah malam Woody (Tom Hanks) bersama dengan Bo Peep (Annie Potts) mencoba untuk menyelematkan mobil remote control milik Andy, namun celakanya upaya tersebut memisahkan mereka. Bo didonasikan ke pemilik baru, sedangkan Woody memilih untuk tinggal bersama Woody. Kini bersama dengan Buzz Lightyear (Tim Allen), Jessie (Joan Cusack) dan para mainan ex-Andy lainnya Woody telah memulai kehidupan baru mereka bersama pemilik baru, Bonnie (Madeleine McGraw), anak perempuan yang ternyata tidak memilih Woody sebagai mainan favoritnya.

Suatu ketika Woody mencoba untuk menarik perhatian Bonnie dengan cara masuk ke dalam tas Bonnie dan menemaninya di masa orientasi taman kanak-kanak. Di sana ia membantu Bonnie: membuat mainan baru. Mainan dari garpu plastik yang dinamai Forky (Tony Hale) tersebut ternyata sukses membuat Bonnie jatuh cinta padanya, hal yang membuat Woody masuk ke dalam sebuah dilema, ia cemburu namun juga senang melihat Bonnie bahagia. Masalah Woody semakin besar setelah itu, berawal dari Forky yang ternyata “hidup”, Forky yang “hilang”, hingga kemunculan Gabby Gabby (Christina Hendricks).  
Kembali hadir sembilan tahun setelah seri ketiganya, ‘Toy Story 4’ dengan sangat cepat dan mudah berhasil membuat rasa ragu di awal tadi hilang begitu saja. Penonton bertemu dengan isu yang menarik di awal, bagaimana posisi Woody yang di tiga film sebelumnya selalu menjadi “kesayangan” dari Andy kini terpaksa harus turun kasta. Semua berasal dari keputusan Bonnie, ia seolah menekan tombol “reset” yang kemudian membuat semua mainan punya peluang untuk menjadi favorit baru dari pemilik mereka tersebut. Namun yang kemudian hadir setelah itu adalah bukti dari kecerdikan penulis cerita Andrew Stanton (Finding Nemo, WALL-E, Finding Dory) dan Stephany Folsom, tidak ada konflik internal yang rumit namun justru dilema dengan pusat yang kembali diletakkan pada karakter utama kita sedari awal, yaitu Woody.

Ya, karakter lain termasuk Rex (Wallace Shawn) serta Mr. Potato Head dan Mrs. Potato Head tetap hadir di dalam petualangan baru ini, namun spotlight tertuju pada Woody. Woody dihadapkan pada transisi yang menarik, tampak sederhana namun berhasil dibentuk oleh Josh Cooley (Inside Out) dengan baik dan padat. Setelah posisinya “jatuh” Woody kini ditempatkan sebagai pelindung dan mentor bagi Forky, ada emosi yang melekat kuat di sana tentang bagaimana hal terpenting pada peran sebuah mainan adalah membuat pemiliknya merasa bahagia. Berangkat dari sana kita bertemua dengan upaya Woody untuk juga membangun kembali koneksi yang telah hilang sembilan tahun yang lalu tadi.
Secara implisit Josh Cooley, Andrew Stanton dan Stephany Folsom mensiasati absennya karakter Andy di sini dengan cara membawa karakter mainan masuk ke jalan baru di dalam petualangan mereka. Tidak hanya konflik namun emosi telah eksis di ‘Toy Story 3’ berhasil dilanjutkan di sini, tidak berangkat dari titik nol mereka terus berkembang menjadi besar seiring dengan berbagai situasi pelik dan genting yang dihadapi oleh Woody dan karakter lain. ‘Toy Story 4’ dibentuk untuk tidak sekedar menjadi kisah tentang para mainan yang “tersesat” lalu berusaha kembali pulang, ini juga merupakan arena di mana karakter kembali dibawa untuk bertumbuh naik ke fase yang lebih tinggi dalam kehidupan mereka setelah berpisah dengan Andy, untuk masuk ke dalam sebuah “siklus” baru.

Dan itu adalah ide yang sangat berani, terlebih jika mengingat kembali bagaimana pada film sebelumnya Woody dan mainan lain dititipkan oleh Andy kepada Bonnie. Terasa mengejutkan ketika menyadari bahwa ‘Toy Story 4’ sedari awal ternyata dibentuk sebagai another goodbye, karakter Bonnie dan mungkin Forky digunakan sebagai jembatan untuk membawa Woody ke dalam proses penemuan jati diri. Banyak rintangan yang dihadapi, dari bertemu karakter-karakter baru seperti Ducky (Keegan-Michael Key), Bunny (Jordan Peele) serta Duke Caboom (Keanu Reeves) hingga problem yang lebih serius melalui Gabby Gabby, mereka semua karakter dan konflik yang terasa menarik serta sukses menemani Woody menuju puncak yang penuh emosi itu.
Semakin terasa mengesankan adalah karena berbagai hal yang tampak kompleks tersebut tadi dikemas oleh Josh Cooley dalam bentuk presentasi yang ringan dan menyenangkan. Memang beberapa momen dengan emosi yang sedikit lebih dalam terselip di dalam cerita, menjalankan tugas dengan baik serta meninggalkan punch yang kuat dan tepat, namun tetap “nyawa” dari Toy Story menjadi roda utama di film ini. Petualangan yang menyenangkan ‘Toy Story 4’ dipenuhi dengan berbagai lelucon dan gags yang lucu, perjalanan Woody bermain layaknya roller coaster dengan ritme yang tertata sangat rapi. Dari segi visual ini juga merupakan sebuah sajian yang mengagumkan, dari detail karakter mainan, manusia, hingga environment ditangani oleh proses animasi komputer yang menawan.

Divisi teknis ‘Toy Story 4’ memang menawan, dari production design, editing, hingga score gubahan Randy Newman, namun hasil kerja tim yang menciptakan animated character berhasil mencuri perhatian lebih. Karakter lama kembali dengan pesona mereka tapi para karakter baru dengan cepat sukses mencuri perhatian lalu "menggeser" posisi dari beberapa karakter lama. Ambil contoh Bunny dan Ducky, dibantu dengan voice performance yang oke dengan cepat menebar charm mereka, kemudian Forky yang sederhana namun seolah menjadi sosok lemah yang tepat untuk menemani dilema Woody. Duke Caboom sukses menggunakan setiap kesempatan yang ia punya, ia lucu, sedangkan Gabby Gabby berhasil menjadi antagonis yang creepy dalam kapasitas yang pas serta juga sukses meraih empati penonton.
Overall, ‘Toy Story 4’ adalah film yang memuaskan. Sejak mengenal Woody, Buzz, dan para mainan lainnya di ‘Toy Story’ lalu kemudian tumbuh bersama mereka layaknya menjadi seorang Andy, hingga pada akhirnya bertemu bittersweet goodbye di ‘Toy Story 3’, penonton telah menyaksikan sebuah proses kehidupan Woody dan kawan-kawannya. ‘Toy Story 4’ hadir untuk menjadi batu loncatan selanjutnya bagi mereka, sebuah petualangan dengan sajian visual yang menawan sukses mengeksekusi ide menarik yang ia bawa secara cerdas dan tajam, membuat penonton tertawa untuk kemudian bertemu dengan berbagai emosi yang tidak kalah cantik jika dibandingkan dengan pendahulunya. Yeah, it’s another "beautiful" goodbye.










0 komentar :

Post a Comment