Di
awal debutnya lewat film ‘Lock, Stock and
Two Smoking Barrels’ sutradara Guy
Ritchie mencuri perhatian dengan “style”
yang ia tampilkan, menaruh crime sebagai genre utama lalu membekali
karakter-karakter menarik dengan dialog cepat dan black humor. Sejak 2009 yang lalu ia sedikit “bergeser” dengan
menyutradarai film-film seperti Sherlock
Holmes, The Man from U.N.C.L.E., hingga yang terbaru Aladdin. Kini Guy Ritchie kembali, menghadirkan crime comedy yang mengingatkan penonton
pada film-filmnya dahulu. ‘The Gentlemen’
: when Guy Ritchie did Guy Ritchie.
Pria
bernama Mickey Pearson (Matthew
McConaughey), pemilik bisnis ganja terbesar di London, suatu ketika
memutuskan untuk berhenti melakukan apa yang selama ini memberinya banyak uang
itu. Mickey ingin kesehariannya diisi dengan santai serta menghabiskan waktu
bersama istrinya, Rosalind Pearson
(Michelle Dockery). Untuk mencapai niatnya tersebut Mickey memutuskan untuk
menjual bisnisnya kepada Matthew Berger
(Jeremy Strong), miliarder asal Amerika Serikat, dengan harga US$400 juta.
Ketika
proses sedang berjalan ternyata muncul sosok lain yang berniat membeli bisnis
ganja Mickey. Dia adalah Dry Eye (Henry
Golding), pria asal China yang merupakan boss gangster Lord George, pria yang celakanya tidak begitu disukai
oleh Mickey. Alhasil tawaran dari Dry Eye ditolak oleh Mickey, sebuah keputusan
yang ternyata membuat Mickey tidak dapat langsung mewujudkan mimpinya tadi,
penolakan yang membawa masuk berbagai konflik “gila” yang melibatkan banyak
pihak lainnya.
Setelah
satu dekade membuat berbagai film komersial melalui film ini sutradara Guy Ritchie seolah ingin mengobati rasa
rindunya terhadap hal-hal yang selama ini identik dengan gaya
penyutradaraannya, secara “lepas”. Berkisah tentang “underworld” yang dipenuhi penjahat dan aksi kekerasan serta
premanisme, ‘The Gentlemen’ membawa
penonton masuk ke dalam aksi kriminal dengan style yang berpedoman pada playbook
milik Guy Ritchie. Masih dipenuhi aksi kekerasan baik fisik maupun verbal, kisah yang didominasi para
gentlemen ini juga berisikan humor-humor
dengan konten rasisme yang tidak sedikit, sukses menjadi arena bermain bagi
seorang Guy Ritchie untuk bersenang-senang.
Lantas
apakah ini film yang menyenangkan untuk disaksikan? Segmented. Guy Ritchie kembali mengandalkan eksposisi cerita yang
seolah menjadi tantangan sekaligus rintangan ketika diikuti. Narasinya
berisikan rangkaian kilas balik, sedangkan di pusat cerita ada misteri dengan
kesan licik yang menarik. Ini adalah sebuah sajian yang terasa tricky dan itu sukses ditangani oleh Guy
Ritchie. Karakter-karakter seolah diberi kesempatan untuk “berbicara” di dalam
cerita, presentasi yang sekilas mungkin akan tampak semrawut dan kerap
membingungkan itu juga berhasil mempertahankan daya tarik yang ia punya, semua
dikendalikan dan ditata dengan baik oleh Guy Ritchie.
Tidak
heran jika pada akhirnya salah satu tujuan utama yang film ini emban sedari
awal dapat tercapai, yaitu menjadi sebuah action
comedy yang terasa eksentrik. Guy Ritchie berhasil menghadirkan “nyawa” di
dalam cerita, melempar berbagai sentuhan komedi di dalam sebuah rencana kriminal
yang kemudian ia rangkai bersama berbagai pertengkaran hingga aksi kejar dengan
ritme yang oke. Berbagai konflik memang membuat cerita terasa hectic namun tidak terasa mengganggu
berkat dialog-dialog cepat dan tajam yang hadir dari karakter, sementara
karakter-karakternya sendiri sedari awal sudah memiliki kualitas yang sama
seperti konsep yang diusung Guy Ritchie, mereka punya pesona yang menarik.
Terutama
pada kualitas pesona dari kejutan yang ia hadirkan. Berbagai kejutan yang diselipkan
oleh Guy Ritchie terasa oke, berbagai karakter kehadirannya sukses menambah
riuh cerita namun pada dasarnya mereka tidak menjadi fokus utama bagi Guy
Ritchie, ia bahkan seperti enggan “mengundang” penonton untuk bertemu dengan
hal-hal yang lebih detail. Fokus Ritchie di sini adalah menciptakan berbagai
misteri, secara sabar memutar-mutar mereka tanpa membuat penonton merasa
“tersiksa” lalu kemudian menghadirkan berbagai twist yang tidak terduga dan mengejutkan. Semua dikemas secara compact.
Ya,
‘The Gentlemen’ memang dirancang
untuk membuat penontonnya terkejut dan itu berhasil tercapai. Menariknya ketika
bagian akhir muncul seperti ada perasaan “lunas” dari aksi balas dendam yang
dipenuhi para kriminal dan gangster itu. Meskipun dijejali dengan berbagai
misteri penonton mampu dibawa oleh Guy Ritchie seolah ikut berada di dalam
“permainan” itu, feel dari underworld yang terasa keji namun lucu
tercipta dalam kualitas yang mumpuni. Elemen teknis juga ikut berperan penting
pada pencapaian tersebut, contohnya seperti costume
design yang sukses membantu Guy Ritchie untuk mempertahankan kesan atau feel eksentrik yang dimiliki cerita
maupun karakter.
Berbicara
tentang karakter Guy Ritchie juga berhasil membentuk sebuah tim yang terasa
kompak di ensemble cast. Matthew McConaughey menyuntikkan
karisma sinis yang menarik bagi
karakternya, kemudian ada Charlie Hunnam
yang tampil oke. Mengingat
karakternya tidak dimanfaatkan Michelle
Dockery mampu membuat Rosalind Pearson berdiri dengan baik di tengah
kepungan pemeran pria, sedangkan Henry
Golding, Jeremy Strong dan Edie
Marsan memanfaatkan dengan baik berbagai momen comic yang dimiliki karakter mereka. Bintang di sektor akting
adalah Hugh Grant yang berhasil
memadukan unsur dramatis serta aksi flirting
yang oke serta Colin Farrell yang
menampilkan aksi komedi dengan timing yang
memikat.
Overall, ‘The Gentlemen’
adalah film yang memuaskan. Guy Ritchie
mengambil sedikit “resiko” di film ini dan keputusan tersebut terasa tepat.
Sebuah crime comedy fim yang berputar di dalam sekumpulan para kriminal ‘The
Gentlemen’ harus diakui bukan merupakan sajian yang akan sukses membuat semua
orang jatuh hati padanya. Namun disokong perpaduan antara script yang oke, black humor
yang cukup menyenangkan, dan kinerja akting dari para aktor yang memikat, serta
tentu saja menaruh rasa sabar ketika mengikuti Mickey dan kawan-kawannya
beraksi, ‘The Gentlemen’ berhasil menhadirkan sebuah sajian yang oke untuk
dinikmati. Segmented.
0 komentar :
Post a Comment