13 March 2020

Movie Review: The Gentlemen (2020)


‘There’s only one rule in this jungle!’

Di awal debutnya lewat film ‘Lock, Stock and Two Smoking Barrels’ sutradara Guy Ritchie mencuri perhatian dengan “style” yang ia tampilkan, menaruh crime sebagai genre utama lalu membekali karakter-karakter menarik dengan dialog cepat dan black humor. Sejak 2009 yang lalu ia sedikit “bergeser” dengan menyutradarai film-film seperti Sherlock Holmes, The Man from U.N.C.L.E., hingga yang terbaru Aladdin. Kini Guy Ritchie kembali, menghadirkan crime comedy yang mengingatkan penonton pada film-filmnya dahulu. ‘The Gentlemen’ : when Guy Ritchie did Guy Ritchie.

Pria bernama Mickey Pearson (Matthew McConaughey), pemilik bisnis ganja terbesar di London, suatu ketika memutuskan untuk berhenti melakukan apa yang selama ini memberinya banyak uang itu. Mickey ingin kesehariannya diisi dengan santai serta menghabiskan waktu bersama istrinya, Rosalind Pearson (Michelle Dockery). Untuk mencapai niatnya tersebut Mickey memutuskan untuk menjual bisnisnya kepada Matthew Berger (Jeremy Strong), miliarder asal Amerika Serikat, dengan harga US$400 juta.

Ketika proses sedang berjalan ternyata muncul sosok lain yang berniat membeli bisnis ganja Mickey. Dia adalah Dry Eye (Henry Golding), pria asal China yang merupakan boss gangster Lord George, pria yang celakanya tidak begitu disukai oleh Mickey. Alhasil tawaran dari Dry Eye ditolak oleh Mickey, sebuah keputusan yang ternyata membuat Mickey tidak dapat langsung mewujudkan mimpinya tadi, penolakan yang membawa masuk berbagai konflik “gila” yang melibatkan banyak pihak lainnya.
Setelah satu dekade membuat berbagai film komersial melalui film ini sutradara Guy Ritchie seolah ingin mengobati rasa rindunya terhadap hal-hal yang selama ini identik dengan gaya penyutradaraannya, secara “lepas”. Berkisah tentang “underworld” yang dipenuhi penjahat dan aksi kekerasan serta premanisme, ‘The Gentlemen’ membawa penonton masuk ke dalam aksi kriminal dengan style yang berpedoman pada playbook milik Guy Ritchie. Masih dipenuhi aksi kekerasan baik fisik maupun verbal, kisah yang didominasi para gentlemen ini juga berisikan humor-humor dengan konten rasisme yang tidak sedikit, sukses menjadi arena bermain bagi seorang Guy Ritchie untuk bersenang-senang.

Lantas apakah ini film yang menyenangkan untuk disaksikan? Segmented. Guy Ritchie kembali mengandalkan eksposisi cerita yang seolah menjadi tantangan sekaligus rintangan ketika diikuti. Narasinya berisikan rangkaian kilas balik, sedangkan di pusat cerita ada misteri dengan kesan licik yang menarik. Ini adalah sebuah sajian yang terasa tricky dan itu sukses ditangani oleh Guy Ritchie. Karakter-karakter seolah diberi kesempatan untuk “berbicara” di dalam cerita, presentasi yang sekilas mungkin akan tampak semrawut dan kerap membingungkan itu juga berhasil mempertahankan daya tarik yang ia punya, semua dikendalikan dan ditata dengan baik oleh Guy Ritchie.
Tidak heran jika pada akhirnya salah satu tujuan utama yang film ini emban sedari awal dapat tercapai, yaitu menjadi sebuah action comedy yang terasa eksentrik. Guy Ritchie berhasil menghadirkan “nyawa” di dalam cerita, melempar berbagai sentuhan komedi di dalam sebuah rencana kriminal yang kemudian ia rangkai bersama berbagai pertengkaran hingga aksi kejar dengan ritme yang oke. Berbagai konflik memang membuat cerita terasa hectic namun tidak terasa mengganggu berkat dialog-dialog cepat dan tajam yang hadir dari karakter, sementara karakter-karakternya sendiri sedari awal sudah memiliki kualitas yang sama seperti konsep yang diusung Guy Ritchie, mereka punya pesona yang menarik.

Terutama pada kualitas pesona dari kejutan yang ia hadirkan. Berbagai kejutan yang diselipkan oleh Guy Ritchie terasa oke, berbagai karakter kehadirannya sukses menambah riuh cerita namun pada dasarnya mereka tidak menjadi fokus utama bagi Guy Ritchie, ia bahkan seperti enggan “mengundang” penonton untuk bertemu dengan hal-hal yang lebih detail. Fokus Ritchie di sini adalah menciptakan berbagai misteri, secara sabar memutar-mutar mereka tanpa membuat penonton merasa “tersiksa” lalu kemudian menghadirkan berbagai twist yang tidak terduga dan mengejutkan. Semua dikemas secara compact.
Ya, ‘The Gentlemen’ memang dirancang untuk membuat penontonnya terkejut dan itu berhasil tercapai. Menariknya ketika bagian akhir muncul seperti ada perasaan “lunas” dari aksi balas dendam yang dipenuhi para kriminal dan gangster itu. Meskipun dijejali dengan berbagai misteri penonton mampu dibawa oleh Guy Ritchie seolah ikut berada di dalam “permainan” itu, feel dari underworld yang terasa keji namun lucu tercipta dalam kualitas yang mumpuni. Elemen teknis juga ikut berperan penting pada pencapaian tersebut, contohnya seperti costume design yang sukses membantu Guy Ritchie untuk mempertahankan kesan atau feel eksentrik yang dimiliki cerita maupun karakter.

Berbicara tentang karakter Guy Ritchie juga berhasil membentuk sebuah tim yang terasa kompak di ensemble cast. Matthew McConaughey menyuntikkan karisma  sinis yang menarik bagi karakternya, kemudian ada Charlie Hunnam yang tampil oke. Mengingat karakternya tidak dimanfaatkan Michelle Dockery mampu membuat Rosalind Pearson berdiri dengan baik di tengah kepungan pemeran pria, sedangkan Henry Golding, Jeremy Strong dan Edie Marsan memanfaatkan dengan baik berbagai momen comic yang dimiliki karakter mereka. Bintang di sektor akting adalah Hugh Grant yang berhasil memadukan unsur dramatis serta aksi flirting yang oke serta Colin Farrell yang menampilkan aksi komedi dengan timing yang memikat.
Overall, ‘The Gentlemen’ adalah film yang memuaskan. Guy Ritchie mengambil sedikit “resiko” di film ini dan keputusan tersebut terasa tepat. Sebuah crime comedy fim yang berputar di dalam sekumpulan para kriminal ‘The Gentlemen’ harus diakui bukan merupakan sajian yang akan sukses membuat semua orang jatuh hati padanya. Namun disokong perpaduan antara script yang oke, black humor yang cukup menyenangkan, dan kinerja akting dari para aktor yang memikat, serta tentu saja menaruh rasa sabar ketika mengikuti Mickey dan kawan-kawannya beraksi, ‘The Gentlemen’ berhasil menhadirkan sebuah sajian yang oke untuk dinikmati. Segmented.













0 komentar :

Post a Comment