04 February 2020

Movie Review: Shazam! (2019)


“Say my name!”

Belakangan ini semakin mudah menemukan berbagai film superhero menghadirkan kisah yang kompleks, jika itu franchise maka akan semakin rumit cerita yang ia punya. Sebenarnya ada sisi lain yang selama ini jarang digali oleh film-film superhero, bukan tentang menyelamatkan bumi namun tentang membawa penonton “merasakan” sensasi menjadi superhero itu sendiri. This movie take that chance. Shazam! : a goofy and funny yet powerful fantasy.  

Terpisah dari orangtuanya ketika masih kecil, remaja berusia 14 tahun bernama Billy Batson (Asher Angel) kini tinggal di dalam sebuah rumah yang dikelola oleh Victor (Cooper Andrews) dan Rosa (Marta Milans) bersama lima anak yatim piatu lainnya Mary Bromfield (Grace Fulton), Pedro Peña (Jovan Armand), Eugene Choi (Ian Chen), Darla Dudley (Faithe Herman) dan superhero enthusiast Freddy Freeman (Jack Dylan Grazer). Telah tumbuh menjadi seorang troublemaker, Billy ternyata masih menyimpan keinginan besar untuk menemukan orangtua kandungnya.

Suatu ketika hal aneh menimpa Billy, aksi melarikan diri dari kejaran beberapa bullies di sekolah, Billy justru masuk ke dunia baru yang mempertemukannya dengan Shazam (Djimon Hounsou), penyihir tua yang sedang mencari penerusnya sebagai pelindung Rock of Eternity. Billy dipilih, ia mendapatkan semua kekuatan yang dimiliki oleh Shazam termasuk kemampuan untuk berubah wujud menjadi Shazam (Zachary Levi). Memberitahu hal tersebut kepada Freddy, semuanya tampak menyenangkan bagi Billy sampai akhirnya ia bertemu dengan Dr. Thaddeus Sivana (Mark Strong).


Sutradara David F. Sandberg melakukan debut layar lebarnya melalui film horror berjudul 'Lights Out', dan satu hal yang paling memorable dari film tersebut adalah bagaimana David F. Sandberg sukses mengubah premis sederhana dengan bermain konsep lampu menyala – lampu padam tersebut menjadi sebuah sajian terror yang menyenangkan. David F. Sandberg kembali sukses menggunakan kemampuannya bermain dengan sentakan dan punch itu di film keduanya, yaitu Annabelle: Creation. Hal tersebut yang terasa paling kentara di film ini, sebuah film superhero yang dipenuhi dengan berbagai sentakan atau jolt yang terasa menyenangkan.

Shazam sendiri merupakan karakter baru di dalam DC Extended Universe sehingga ini akan menjadi media perkenalan bagi para penonton yang belum mengenalnya. David F. Sandberg memberikan porsi yang cukup besar pada proses perkenalan tersebut, berangkat dari sinopsis tentang Billy kita kemudian menyaksikan bagaimana Shazam secara bertahap menemukan kekuatannya. Elemen berisikan parodi seperti internet videos diselipkan, aksi mencoba kemampuan yang dilakukan Shazam dan Freddy dikemas ringan dan adorable sekalipun di awal kita sudah ditunjukkan sisi gelap yang terdapat di dalam cerita.


Tapi kesuksesan utama dari film ini sesungguhnya adalah keberhasilan David F. Sandberg dan screenwriter Henry Gayden menyajikan kisah superhero yang tidak terjebak di dalam salah satu klise dari kisah superhero itu sendiri, yaitu menjadi kisah yang kompleks. Yes, that boomerang. Shazam tampil layaknya karakter yang easy to be friends, kita tahu origin story dari dirinya tapi setelah itu kita dibawa ke dalam petualangan fantasi yang simple. Mitologi di dalam cerita tidak kompleks namun tepat sehingga terdapat ruang yang cukup besar bagi karakter Shazam untuk bermain, menghantarkan berbagai aspirasi sederhana yang simple yet powerful, seperti be your best self misal.

Harus diakui pace dari cerita terasa longgar di beberapa bagian tapi daya tarik kisah yang juga mencoba mengulik isu tentang pentingnya keluarga serta apa arti sebenarnya menjadi superhero ini terus terasa stabil. Cerita silih berganti diisi dengan berbagai sentakan dan punch yang manis, kehadiran mereka terasa dibentuk dengan baik oleh David F. Sandberg terlebih karena sedari awal ia tidak sibuk menentukan tone, just let’s be funny and goofy. Tapi siapa sangka ada emosi yang mumpuni juga di dalam cerita, penonton dibuat peduli dengan eksistensi karakter yang juga berkat andil para pemeran, seperti Jack Dylan Grazer dan Zachary Levi yang punya koneksi oke, punya semangat dan keunikan yang oke.


Overall, Shazam! adalah film yang memuaskan. David F. Sandberg berhasil membuat setup yang sangat baik di bagian awal, dari tone yang jelas hingga paham pada daya pikat utama karakter, dan dari sana ia bawa penonton ke dalam petualangan fantasi dengan inti yang kuat namun dikelilingi dengan berbagai hal silly yang memikat. Terkadang terasa bodoh dan absurd memang, namun Shazam! punya spirit dan pesona yang terasa memikat, dikemas secara padat dan menghadirkan thrill yang simple, thrill yang sudah jarang kita temukan dari film-film superhero, yaitu sensasi dari fantasi menjadi seorang superhero. Such a fresh and promising start.










1 comment :