18 December 2016

Movie Review: La La Land [2016]


"Yes, all we're looking for is love from someone else."

Seorang wanita keluar dari mobilnya lalu kemudian bernyanyi. Tidak lama kemudian beberapa orang ikut bergabung dengannya, setelah itu yang terjadi adalah mereka menari bersama. Momen tersebut ditampilkan lewat visual di mana kamera berputar-putar seolah tanpa putus. Hey, bukankah itu spoiler? Mungkin iya, tapi menariknya sama sekali tidak akan merusak kenikmatan yang diberikan oleh film ini. From the director of ‘Whiplash’ please welcome ‘La La Land’, a lovely combination between  romance, musical, comedy, and drama. Surely one of the best films this year, it's 'Singin' in the Rain' for the 21st century. 

Mia (Emma Stone) seorang barista sedang mempersiapkan diri untuk menjalani audisi bertemu dengan seorang jazz pianist bernama Sebastian (Ryan Gosling). Awal dari hubungan mereka tidak berjalan mulus sama seperti situasi kehidupan yang mereka masing-masing punya. Mia masih kesulitan untuk mewujudkan mimpinya menjadi seorang aktris ternama sedangkan Sebastian memiliki problem dalam membayar bills. Tapi hal tersebut tidak menghalangi cinta untuk mekar di antara mereka, slowly a jazz pianist falls for an aspiring actress in Los Angeles. 


Apa yang Damien Chazelle tampilkan di sini memang terinspirasi dari musical klasik dari Hollywood tapi dengan mengunakan formula klasik itu dia berhasil menemukan celah untuk menyuntikkan hal yang sebenarnya juga klasik tapi terasa menarik. ‘La La Land’ adalah sebuah simple story tentang cinta dan mimpi yang ditampilkan oleh Damien Chazelle ke dalam beberapa "bagian" dengan menggunakan seasons, sama seperti seasons itu sendiri terdapat berbagai macam rasa dan warna di dalam kisah cinta antara Sebastian dan Mia. Sebagai musical tentu saja banyak tari dan lagu di dalam cerita tapi fokus kamu tertuju pada Mia dan Sebastian yang terasa seperti couple dengan “soul” yang memikat. Terkadang yang mereka lakukan terasa tidak serius tapi itu yang justru membuat ‘La La Land’ terasa menawan, dari menari dan melayang kamu dibawa untuk tenggelam di dalam imajinasi tentang cinta dan mimpi. 


Yang menarik adalah ‘La La Land’ akan terasa simple dan ringan tapi Damien Chazelle ternyata memiliki cukup banyak materi untuk mengisi cerita agar terasa padat, seperti misalnya menggunakan perspektif. Kamu tidak hanya dibawa swinging bersama karakter tapi juga menyaksikan mereka berdebat dikelilingi dengan love and jazz yang hadir dengan gairah memikat. Di beberapa bagian Damien Chazelle mencoba menyelipkan hal tentang life tapi walaupun berhasil terasa thoughtful namun mereka dihadirkan dengan tone yang tetap membuat penonton merasakan happiness yang datang dari cerita dan karakter. Seberapa jauh kamu akan berkorban untuk mimpimu? Seberapa berani kamu melepas cinta demi mengejar mimpimu? Bukankah pertanyaan-pertanyaan semacam itu terasa klise? Bertumpu pada proses Mia dan Sebastian mengejar mimpi sembari jatuh cinta Damien Chazelle hadirkan hal-hal klasik tadi dengan cara yang modern


Seperti yang saya sebutkan di awal tadi bahwa Damien Chazelle tahu, mengenal, dan paham “the classics” tapi dia tidak terjebak terlalu kaku di dalam formula, di sini dia tidak sepenuhnya mencoba melakukan copy and paste. It’s all about decision here di mana karakter ditempatkan pada posisi untuk memilih mana yang lebih penting bagi kehidupan mereka. Sebenarnya cinta dan mimpi tentu saja dapat berjalan bersama, tapi di Hollywood, can they? Aksi bernyanyi dan menari yang Mia dan Sebastian lakukan seperti menunjukkan jiwa mereka yang free tapi di lain sisi di dalam pikiran mereka terdapat emosi yang deep enough untuk membuat penonton merasakan gejolak yang sedang mereka rasakan. Dengan koreografi rasa broadway ‘La La Land’  Damien Chazelle gunakan untuk menggabungkan euphoria dan melancholia, dengan tempo dan pitch yang beragam serta dipenuhi berbagai “kejutan” yang menyenangkan. 


The songs is good, visual juga terasa oke, screenplay terasa understated, bagian teknis seperti cinematography, score, serta editing juga terasa memikat, Damien Chazelle juga berhasil mengarahkan dua bintang utamanya untuk membawa penonton tenggelam di dalam dunia musical milik Mia dan Sebastian. Karakter yang Emma Stone dan Ryan Gosling perankan di sini memang memiliki konflik yang dapat dikatakan terasa cukup “dark” tapi mereka bermain seperti terus menebar wink kepada penontonnya. Emma dan Gosling sangat mampu meraih, menarik, dan mengikat perhatian penonton terhadap Mia dan Sebastian, dari cara mereka bernyanyi dan juga menari chemistry yang ditampilkan oleh Emma dan Gosling ketika mereka tampil bersama terasa sangat kuat sebagai pasangan yang sedang di mabuk oleh asmara. 


‘La La Land’ merupakan sebuah love story yang disandingkan bersama cerita tentang growing up, mempertanyakan arti dari kehidupan, kesuksesan, serta cinta itu sendiri yang ditampilkan oleh Damien Chazelle lewat eksekusi yang terasa groovy dan catchy. Dalam kalimat yang sangat sederhana ‘La La Land’ merupakan sebuah classic Hollywood musical dalam kemasan modern, sebuah kombinasi antara romance, musical, comedy, dan juga drama yang terasa lovely. Surely one of the best films this year. And Damien Chazelle surely a musical genius. Segmented.












13 comments :

  1. Kok berubah??? Terakhir baca reviewnya 9.25.... Kenapa?T.T

    ReplyDelete
  2. 9?... jarang liat angka 9 disini.

    ReplyDelete
  3. ada informasi terbaru gak kak kpn tayang di Indo? :((

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kabar terbaru La La Land akan tayang minggu ini. Tapi feeling saya paling cepat minggu depan atau bareng Malaysia di minggu pertama tahun 2017. Semoga saya salah. Semoga. :)

      Delete
    2. Ini nih kekurangan bioskop Indonesia ya kak gak berani pasang target jdwl tayang yg jelas, terus di php deh penontonnya. :))

      Delete
    3. It’s all about business kok, tidak cuma di Indonesia saja yang seperti itu. US contohnya, meskipun pasang estimasi tanggal rilis tapi masih besar kemungkinan diundur tanggal penayangannya. Lagipula lebih baik La La Land tayang lawan The Great Wall di awal tahun depan ketimbang rilis minggu ini, lawan Passenger + Assassin Creed + Rogue One, lalu perlahan menghilang di minggu selanjutnya. :)

      Delete
    4. The Great Wall tayangnya awal thn depan ya kak? Emangnya jdwl rilis film di Indo sama dgn di Malaysia ya kak?

      Delete
    5. Tidak juga kok, contohnya A Monster Calls (MY) dan Allied (SG) setahu saya baru akan tayang tanggal 5 Januari. Tapi karena berada di region yang sama peluang jadwal rilis yang juga serupa tentu lebih besar. Contohnya The Great Wall, di Indonesia sudah dikonfirmasi tayang tanggal 4 Januari sedangkan di Malaysia dan Singapore tayang 29 Desember. La La Land di Malaysia 5 Januari jadi peluangnya di Indonesia bisa sama, lebih awal satu atau dua minggu, dan tentu saja tayang lewat dari 5/1. :)

      Delete
    6. Oooohhh....jd intinya kakak berpatokan pd jdwl rilis di Malaysia dan Singapore yah utk lht jdwl tayang film di Indonesia?

      Delete
    7. Mungkin lebih tepatnya mengacu ya, sebagai pemanis saja untuk menaruh ekspektasi jadwal tayang film di wonderful (??????) Indonesia ini. :)

      Delete
  4. Oscar kali ini kayaknya bakal agak kurang kompetitif. La la land memimpin terlalu jauh 😂.

    Foreign movienya mana kak?

    ReplyDelete