31 May 2016

Review: The Nice Guys [2016]


"So you're telling me you made a porno where the plot is the point?"

Cukup dua alasan mengapa The Nice Guys tampak sangat menjanjikan. Pertama, kombinasi Ryan Gosling dan Russell Crowe? Yeah, sold. Kedua, sebuah buddy film dengan rasa neo-noir yang dibentuk oleh penulis Lethal Weapon? Yeah, sold. Dikenal dengan kemampuannya dalam membentuk komedi yang tajam dan cerdas, Shane Black kembali ke bangku sutradara dengan kombinasi andalannya: neo-noir, black comedy, dan detektif. From the director of Kiss Kiss Bang Bang and Iron Man 3, here comes The Nice Guys, a nice comedy.

Los Angeles, tahun 1977, bintang porno bernama Misty Mountains (Murielle Telio) dibunuh dan penyebab kematiannya yang menggemparkan seluruh kota masih menjadi misteri. Karena percaya memiliki keterkaitan dengan Amelia Kutner (Margaret Qualley) yang sedang ia cari detektif swasta Holland March (Ryan Gosling) menerima permintaan tante Misty yang masih percaya bahwa keponakannya itu masih hidup. Di sisi lain Amelia tidak ingin ditemukan lalu menyewa bantuan dari Jackson Healy (Russell Crowe). Celakanya setelah diserang oleh dua preman bernama Blue Face (Beau Knapp) dan Older Guy (Keith David) Healy putus kontak dengan Amelia yang memaksanya untuk bergabung dengan Holland, plus putri Holland, Holly (Angourie Beras). 



Dalam konteks cerita sebenarnya tidak ada yang istimewa dari The Nice Guys, bukan hanya sekedar kurang nendang atau perumpamaan sejenisnya tapi cerita yang ditulis oleh Shane Black bersama dengan Anthony Bagarozzi itu dalam Bahasa sederhananya terasa cukup berantakan. Untuk ukuran sebuah komedi buddy film The Nice Guys punya momen canggung yang hampir mendekati batas normal, saya juga kurang klik dengan usaha Shane Black ketika ia mencoba membuat kita para penontonnya menaruh simpati pada karakter dan cerita. Tapi yang menarik adalah ketika minus tersebut bisa kamu temukan dan rasakan dengan sangat mudah uniknya mereka tidak bersifat merusak kenikmatan film ini secara keseluruhan. Mengapa? Karena konsep awal The Nice Guys sendiri seperti ingin tampil dengan rasa "parodi" yang kental, dan itu dieksekusi dengan oke oleh Shane Black.



The Nice Guys ini seperti keju yang sering kita temukan di berbagai film kartun, banyak lubang namun tetap terasa enak. Kuncinya ada di bagian awal karena tipe eksekusi di bagian awal tersebut terus berlanjut hingga akhir. Ini petualangan yang cacat tapi menyenangkan untuk diikuti hingga akhir, membawa rasa 1970-an dengan cara yang kadang terasa ceroboh tapi di sisi lain selalu mampu memberi kejutan yang menyenangkan. Black terampil dalam membentuk kejutan, ia berhasil menjaga agar kesan lucu selalu hadir di dalam dua pria dengan karakteristik unik yang dibawa menghadapi berbagai situasi penuh kekerasan. Misteri memang ada, teka-teki terkait konflik utama juga tidak dilupakan, namun kemampuan komedi untuk terus menusuk masuk kedalam berbagai situasi menjadi alasan mengapa The Nice Guys in the end berhasil menjadi sajian komedi yang nice.



Jika elemen komedi film ini tidak berfungsi dengan sangat baik maka The Nice Guys hanya akan berakhir menjadi sebuah komedi kelas medioker, hal yang sebenarnya terjadi di sektor cerita. Dari sinopsis sebenarnya oke tapi eksposisi film ini sering terasa melelahkan, dan cerita secara keseluruhan terlalu sering terasa lembab, tidak pernah terasa panas, tidak pernah pula terasa dingin. Struktur cerita tidak buruk tapi Shane Black sering berusaha mendorong terlalu keras materi, ia ingin agar itu terasa cerdas tapi justru berakhir canggung, ambil contoh ketika ia ingin agar moralitas di dalam cerita tetap terjaga ketika kamu mundur dan melihat bagaimana karakteristik dua tokoh utama usaha tersebut terasa sia-sia. Hal tersebut sebenarnya terasa unik karena di awal The Nice Guys seperti tidak ingin mengambil semuanya terlalu serius tapi perlahan mulai muncul beberapa usaha “menyeimbangkan” yang tidak sepenuhnya bekerja.




Walaupun demikian seperti yang disinggung di awal tadi bahwa minus di cerita tidak berdampak merusak. Kelemahan editing juga mampu ditutup oleh berbagai lelucon yang sangat menyenangkan meskipun harus diakui terasa di kelas yang segmented. Alasan lain mengapa dengan script yang jelek The Nice Guys tetap berakhir sebagai komedi yang menghibur adalah dinamika dari cast. Sulit untuk percaya dengan naskah yang sangat biasa tadi tik-tok komedi yang dihasilkan film ini terasa cerdas. Ryan Gosling dan Russell Crowe memberikan kombinasi pertunjukkan yang kontras, mereka saling mengisi satu sama lain, Crowe sebagai sisi tenang dan Gosling tampil manic. Memang tidak top-notch tapi kinerja mereka baik secara individu maupun sebagai tim berada di level atas. Saya juga suka dengan peran Angourie Beras di sini, ia menjadi jangkar moral yang terkadan mampu mencuri atensi dari dominasi dua pemeran utama.



Tidak ada hal yang berakhir di level istimewa di dalam The Nice Guys, namun seperti hadir sebuah magic yang membuat penontonnya merasa puas ketika ia telah berakhir. Dari segi cerita ini standar buddy film di mana dua pria dipaksa bekerja sama untuk memecahkan suatu kasus, tapi dari segi komedi eksekusi yang dihadirkan oleh Shane Black sangat mumpuni terlebih dengan kemampuannya menjaga kesan lucu agar konsisten hadir hingga akhir dan juga keterampilannya dalam memberikan berbagai kejutan. The Nice Guys bukan sajian komedi yang istimewa, namun berkat dinamika dan tik-tok yang ditampilkan oleh cast film ini mampu menutupi minus di sektor cerita, dan berakhir sebagai komedi yang menyenangkan dan menghibur. Yeah, the comedy is the point. Sebuah neo-noir comedy yang nice. Segmented. 






















Thanks to rory pinem

0 komentar :

Post a Comment