08 April 2016

Review: The Huntsman: Winter's War [2016]


Are you ready huntsman?

Di jaman yang sudah serba canggih sekarang ini penggunaan visual efek dalam sebuah film sudah menjadi sesuatu yang “normal”, namun dengan begitu mudahnya menemukan film yang menggunakan CGI begitu mudah juga menemukan mereka yang berlindung di balik CGI agar dapat selamat dari berbagai minus besar di bagian inti sebuah film, dari pengarahan, akting, hingga alur cerita yang tidak menarik. Begitulah The Huntsman: Winter's War, bersembunyi di balik tampilan visual karena ketidakmampuannya dalam bercerita dengan baik dan menarik, sebuah perang dingin yang sayangnya tidak disajikan dengan kehangatan yang menarik. A messy "Frozen (?)".

Ratu Jahat Ravenna (Charlize Theron) yang memegang tahta tertinggi pada awalnya memiliki hubungan yang baik dengan adiknya, Freya (Emily Blunt), namun sebuah peristiwa mengubah semuanya. Perasaan duka yang mendalam menyebabkan Freya yang tidak tahu bahwa ia memiliki kekuatan sihir memilih pergi menuju puncak gunung terpencil dengan membawa beberapa anak dari kerajaan. Dibantu oleh Eric (Chris Hemsworth) yang telah ia latih Freya berniat mengubah anak-anak tadi menjadi prajurit. Tujuannya hanya satu: mengalahkan Ravenna. 



Snow White and the Huntsman merupakan debut bagi Rupert Sanders sebagai sutradara, dan The Huntsman: Winter's War menjadi debut bagi Cedric Nicholas-Troyan sebagai sutradara setelah sebelumnya pernah menjadi second unit director di Maleficent dan memperoleh nominasi Oscars lewat Snow White and the Huntsman. Ya, sama-sama directorial debut film tapi sayangnya hasil yang mereka berikan tidak sama. Saya suka dengan Snow White and the Huntsman, di balik presentasi gelap ia masih mampu menampilkan rasa dongeng yang enak. Nah, hal tersebut celakanya jadi masalah utama film ini. The Huntsman: Winter's War itu seperti Frozen di mana Elsa dan Anna saling bertarung yang coba ditampilkan dengan presentasi fantasi sinematik layaknya The Lord Of The Rings. Berhasil, di sektor visual itu berhasil, tapi tidak di cerita.



Dari segi visual film ini memang oke, beberapa rangkaian visual seperti pertempuran misalnya terasa cukup baik, tapi hal yang sama tidak terjadi di sektor cerita. Dongeng klasik itu dibentuk oleh Craig Mazin dan Evan Spiliotopoulos untuk menyampaikan berbagai ide yang sebenarnya menarik tapi sayangnya skenario yang dihasilkan tidak bercampur dengan baik. Di sinopsis The Huntsman: Winter's War masih aman, masih mudah untuk mengerti apa yang ingin ia sampaikan, tapi setelah itu skenario yang muncul ternyata canggung dan  seperti bingung ingin menjadi kemasan yang seperti apa. Rasa bingung itu ternyata bukan cuma dialami cerita tapi juga dimiliki oleh Cedric Nicholas-Troyan, The Huntsman: Winter's War terkadang terasa seperti mencoba menjadi drama yang gelap namun terlalu sering terasa kikuk karena usaha menghadirkan komedi yang juga tidak menghasilkan hit yang oke.



Fokus yang lemah menyebabkan The Huntsman: Winter's War lebih sering melayang-layang berusaha keras membentuk pesonanya ketimbang membawa penonton masuk lebih jauh ke dalam konflik antara Freya dan Ravenna. The Huntsman: Winter's War sebenarnya bisa terasa lebih menarik jika Cedric Nicholas-Troyan tidak serakah membuat drama, komedi, dan action tampil dengan kuantitas yang sama sehingga pergeseran nada dapat dikurangi dan kinerja dari masing-masing bagian bisa menghasilkan hit yang lebih baik. Ambil contoh aksi olok-olok antar kurcaci yang mungkin di maksudkan untuk sedikit meringankan cerita namun pada akhirnya tidak bisa klik ke dalam alur cerita utama. Alur yang mengalir sulit untuk dirasakan dari cerita film ini, setiap elemen tidak saling membantu namun saling menjepit dan menghalangi satu sama lain.



Alhasil perang dingin ini menjadi terlalu dingin, sebuah konsep yang potensial untuk menjadi sajian petualangan fantasi penuh aksi kejar yang menghibur justru berakhir menjadi sebuah dongeng yang kusut dengan identitas yang tidak meyakinkan. Kelemahan The Huntsman: Winter's War tidak berhenti di sana karena motivasi karakter juga sama lemahnya dan tidak tertolong kinerja cast yang sebenarnya tidak buruk. Charlize Theron menampilkan tekad jahat dari Ravenna tapi sayangnya terlalu sering terasa satu dimensi. Karakter yang diperankan oleh Jessica Chastain, Sara, juga terasa tipis sehingga potensi untuk tampil kick ass sirna. Meskipun menjadi satu-satunya pria di pemeran utama Chris Hemsworth tidak pernah mampu duduk kuat sebagai pusat (He is Thor, right?). Emily Blunt memberikan kinerja terbaik di antara empat karakter utama, Freya tampil dingin dengan cara yang elegan.



The Huntsman: Winter's War berusaha menjadi sebuah sajian fantasi yang kompleks tapi sayangnya tidak ada fluiditas yang oke di antara elemen penunjangnya. Sering terjadi pergeseran nada yang canggung akibat ketidakmampuan The Huntsman: Winter's War dalam menciptakan "feel" dongeng serta memutuskan elemen mana yang ingin ia gunakan sebagai senjata utama: drama, action, atau komedi? Hasilnya ini seperti kombinasi berbagai ide yang menggunakan presentasi visual untuk bersembunyi dari fakta bahwa pada dasarnya ia merupakan sebuah “perang” yang tidak hanya dingin namun juga hambar. Dan yang paling menjengkelkan adalah kita punya tiga wanita hebat bernama Jessica Chastain, Charlize Theron, dan Emily Blunt di dalamnya. Ugh. Segmented.















Thanks to: rory pinem

1 comment :

  1. Makasih Kak review-nya.
    Ijin share yaa, semalam adik saya abis nonton ini, jadi kepo juga. Hehhee..

    ReplyDelete