31 January 2016

Review: Kung Fu Panda 3 (2016)


"If you only do what you can do, you'll never be better than what you are."

Rentang waktu lima tahun memang tidak singkat, namun tidak seperti Sherk yang perlahan mulai kehilangan pesona di sekuel yang silih berganti hadir film ketiga dari Kung Fu Panda ini justru berhasil melakukan hal sebaliknya. Kung Fu Panda 3 merupakan kelanjutan penuh “respect” kepada Po dan keluarga panda serta teman-teman binatangnya itu, masih dengan karakter yang memiliki pesona serta humor yang penuh energy berhasil menjadi sebuah animasi yang tidak hanya memperdaya penonton lewat visual namun juga cerita yang mengandalkan isu sikap positif. We missed you, Po. Welcome back.

Po (Jack Black), yang bertemu dengan ayahnya yang telah lama menghilang, Li (Bryan Cranston) sedang bersiap menerima kepercayaan dari Master Shifu (Dustin Hoffman) untuk menjadi pemimpin Dragon Warrior. Bersama anggota Furious Five, Master Tigress (Angelina Jolie), Master Crane (David Cross), Master Mantis (Seth Rogen), Master Viper (Lucy Liu), dan Master Monkey (Jackie Chan), Po mulai belajar untuk melatih kung fu. Semua itu Po dan timnya lakukan untuk bersiap menghadapi ancaman dari Kai (J.K. Simmons), spirit warrior yang memiliki kemampuan untuk mencuri chi prajurit lain. 



Filmnya yang kedua, Kung Fu Panda 2, merupakan sebuah downgrade dari pencapaian yang dihasilkan film pertamanya. Dari segi cerita ia mencoba untuk sedikit lebih gelap, dari segi narasi malah lebih sering terlihat bingung, meskipun dari segi visual tetap menghibur dan karakter tetap kembali dengan pesona mereka yang membuat kita jatuh cinta di film pertama. Dua hal terakhir tadi kembali hadir di film ketiga ini, namun yang menjadikan Kung Fu Panda 3 berhasil lebih baik dari film keduanya adalah ia berhasil mengembalikan dua hal yang hilang di film kedua tadi, sebuah skenario yang mencoba untuk kembali mengajak kamu menelusuri kisah persahabatan sembari terus mendorong maju karakter Po pada proses penemuan jati diri dengan cara yang lepas.



Sejak sinopsis awal Kung Fu Panda 3 seperti tidak membawa beban yang menganggu bagi dirinya sendiri, itu kunci kesuksesan film ini. Dari niat utamanya saja sederhana, alur cerita tidak pernah mencoba untuk terlalu gelap walaupun jangan kaget ketika kamu bertemu dengan beberapa momen yang punya kualitas emosi yang terasa manis. Kehadiran Li memang di sengaja namun sukses menciptakan arena baru untuk proses di mana Po mulai berjuang kembali menaikkan level yang ia punya. Po kembali belajar, dan itu hal yang mengasyikkan terlebih karena isu tentang “belajar” itu ditampilkan dengan sangat pas oleh Jennifer Yuh Nelson dan Alessandro Carloni, terasa sangat seimbang, lucu tapi tetap meninggalkan impresi yang kuat baik bagi penonton muda maupun penonton dewasa.



Tapi yang menarik adalah meskipun fokus ditaruh pada proses pematangan karakter Po didampingi dengan isu tentang keluarga, mereka tidak terasa kaku. Kung Fu Panda 3 punya momen sentimental tapi mereka lebih ditempatkan sebagai moment stealer ketimbang sebagai pusat cerita, dan kombinasi antara emosi dan humor juga secara mengejutkan terasa sangat klik. Dan selebihnya kamu kembali diajak menyaksikan berbagai “keajaiban” yang penuh tawa dan tentu saja, rasa aneh. Konsep cerita di film pertama diputar kembali di sini dengan cara yang pas, dan saya sangat suka bagaimana Jennifer Yuh Nelson dan Alessandro Carloni mendorong berbagai pesan positif yang dimiliki skenario untuk begitu mudah di tangkap tanpa menciptakan korban seperti alur dan nada cerita misalnya.



Namun bukan hanya segi cerita dari Kung Fu Panda 3 dengan berbagai pesan tentang sikap positif seperti jangan menilai seseorang hanya dari tampilan luar hingga selalu ada hal menarik untuk terus belajar yang terasa manis, visual juga sama manisnya. Ini adalah animasi yang cantik dari segi visual, warna-warni yang eye candy begitu memanjakan mata, desain yang cantik dan karakter yang ekspresif semakin menambah nilai positif terlebih pada karakter Kai, favorit terbaru saya. Pengisi suara juga memberikan kinerja yang sama baiknya, beberapa orang baru seperti Bryan Cranston dan J.K. Simmons langsung membuat karakter mereka mencuri perhatian, namun karakter lama tetap berhasil mempertahankan status mereka sebagai pemain utama.



Melihat apa yang diberikan film keduanya harapan saya pada awalnya tidak begitu tinggi sehingga ketika ia menampilkan animasi penuh komedi dan visual yang manis serta beberapa percikan emosi yang menjadi kejutan tersendiri tidak heran Kung Fu Panda 3 meninggalkan penontonnya dengan rasa terkejut. Kung Fu Panda 3 merupakan sebuah kelanjutan yang menawan, menggunakan konsep lama dan melakukan daur ulang dengan pembaharuan kecil yang terasa pas, berhasil menjadi sebuah animasi eye candy dengan pesona, emosi, dan komedi yang penuh energi.














Thanks to: rory pinem

0 komentar :

Post a Comment