28 December 2015

Review: Sisters (2015)


"Dear diary, today I tried a tampon. No thanks Tom Hanks."

Ketika telah diciptakan Tina Fey dulu mungkin Tuhan merasa bahwa ada sesuatu yang kurang, maka satu tahun kemudian Ia ciptakan Amy Poehler. Dua wanita yang pasti tidak asing lagi bagi penikmat program TV dari USA seperti 30 Rock, Parks and Recreation, dan tentu saja Saturday Night Live ini menjadi idola banyak penonton berkat chemistry yang unik di antara mereka, punya banter yang tajam dan on point. Hal tersebut mereka tampilkan di film ini, Sisters, meskipun kamu juga pasti tahu bahwa kesuksesan sebuah film juga bergantung pada banyak elemen penunjang lain yang ia miliki. Teen movie for adult.

Kate Elllis (Tina Fey) bersama adiknya, Maura (Amy Poehler), mendapati bahwa orang tua mereka Bucky Ellis (James Brolin) dan Deana Ellis (Dianne Wiest) akan menjual rumah keluarga mereka, tempat di mana Kate dan Maura memiliki banyak kenangan indah. Ketika diminta untuk membersihkan kamar mereka, Kate dan Maura mulai dihampiri oleh memori masa lalu mereka, dan dari sana dua wanita yang masing-masing sedang memiliki masalah pribadi ini memutuskan untuk mengadakan satu pesta terakhir bagi rumah yang mereka cintai itu.



Disutradarai oleh Jason Moore yang pernah menyutradarai Pitch Perfect, ceritanya ditulis oleh Paula Pell yang telah menjadi penulis sketch di Saturday Night Live sejak 1995, dan memiliki dua bintang utama yang menyandang duet maut di industri komedi Hollywood, tidak heran ekspektasi terhadap Sisters tergolong cukup besar. Sayangnya hasil yang diberikan oleh film ini tidak pernah berada di jalur yang mencoba membawa kamu untuk menemukan komedi yang istimewa, sejak awal hingga akhir. Sisters justru lebih terasa seperti upaya yang standar dalam membuat "komedi Judd Apatow" tanpa melibatkan Judd Apatow di dalamnya, memakai formula mencampur lelucon lucu dengan ketidaknyamanan karakter dan cerita.



Apakah hasilnya buruk? Terlalu kejam mengatakan ini komedi yang sangat buruk terutama jika kamu sudah paham tipikal humor atau joke yang menjadi andalan Tina Fey dan Amy Poehler, Sisters masih memiliki beberapa lelucon dengan hit yang tidak buruk untuk membuat kamu tersenyum. Tina dan Amy berhasil menampilkan Kate dan Maura sebagai saudara yang sedang bersenang-senang, tapi sayangnya hal lain yang ada di luar chemistry dan keintiman memikat dari dua karakter utamanya adalah sebuah petualangan sempit yang canggung dan, well, monoton. Masalah terbesar dari Sisters adalah ia tidak memanfaatkan dengan baik Tina dan Amy untuk menciptakan sebuah komedi yang segar, justru melakukan formula serupa yang banyak dilakukan oleh komedi yang standar.



Karakter Kate dan Maura sedang memiliki masalah terkait kehidupan, dan dari situ dapat ditangkap niat Sisters untuk membawa isu tentang keluar sejenak lalu bertumbuh. Tidak mengharapkan sajian yang melankolis namun ternyata isu tersebut seperti menjadi gimmick murahan untuk menghadirkan kekacauan yang dilakukan dua wanita usia fourty-something. Pesta pora, bahasa kotor, dari kotoran, payudara, hingga private area, itu digunakan oleh Kate dan Maura untuk memperoleh malam terbaik yang pernah mereka alami. Masalah pada masa kecil dan masalah pada proses penuaan yang dialami karakter justru seperti jadi beban bagi komedi ini untuk tampil lepas, tidak peduli seberapa keras ia mencoba lucu menggunakan kekacauan pesta.



Tidak heran ketika Sisters berakhir ada perasaan missing yang ia tinggalkan. Potensi yang ia miliki besar, tapi chemistry serta absurditas yang kuat dan memikat antara Tina Fey dan Amy Poehler tidak mampu untuk membantu Sisters mencapai posisi yang lebih tinggi dari level dimana eksekusi cerita yang malas itu berada. Sisters mencoba menggabungkan komedi dan drama tapi sayangnya koneksi di antara dua bagian itu tidak kuat, mengajak penonton mengamati realitas dari penuaan dengan komedi yang terlalu bertumpu pada materi R-rated dengan hit dan miss yang sama besar. Punya momen lucu namun Sisters bukan komedi yang memorable. Segmented.






0 komentar :

Post a Comment