13 September 2015

Review: We Are Your Friends (2015)


"The world is yours."

Cobaan atau masalah, kemudian tantangan, mereka sudah jadi bagian penting bahkan wajib kehadirannya didalam kehidupan setiap manusia, karena fungsi mereka tidak selalu buruk. Dengan menghadapi cobaan kamu bisa jadi sosok yang lebih kuat bahkan lebih dewasa dalam menghadapi kehidupan, dan untuk mewujudkan itu ada satu kunci yang sangat penting: jangan menyerah. Klise memang dan itu ditampilkan dengan cara yang juga klise oleh film ini, We Are Your Friends, yang disini ia campur bersama kisah tentang musik dari salah satu genre yang sedang populer beberapa tahun belakangan ini: EDM, baby!

Cole Carter (Zac Efron) merupakan pria 23 tahun yang punya mimpi besar untuk dapat menjadi produser musik, begitupula dengan tiga sahabatnya dengan mimpi mereka masing-masing, Squirrel (Alex Shaffer) dan Mason (Jonny Weston), termasuk Ollie (Shiloh Fernandez), seorang pengedar narkoba yang ingin menjadi aktor. Usaha yang mereka lakukan di klub malam selalu belum mampu membuka jalan bagi Cole dan teman-temannya untuk meraih mimpi mereka, hingga suatu ketika Cole bertemu dengan Dj terkenal bernama James (Wes Bentley) yang siap menjadi mentornya. Tapi James bukan satu-satunya sosok baru didalam kehidupan Cole, ada Sophie (Emily Ratajkowski), wanita yang kemudian menghadirkan situasi sulit bagi Cole. 



We Are Your Friends adalah film komersial debut dari sang sutradara setelah menghasilkan beberapa film documenter, dan menariknya ia seperti punya ambisi yang cukup besar. Sinopsisnya sederhana sebenarnya, pria yang menghadapi kesulitan suatu ketika memperoleh sebuah titik terang tapi sayangnya didalamnya juga turut serta masalah baru yang memaksa pria tersebut membuat keputusan dari pilihan yang ia punya. Sejak awal kamu akan dengan mudah menilai kalau music adalah jualan utama film ini tapi begitu mudah pula merasakan upaya romance didalam cerita, sesuatu yang wajar dan tidak salah tapi sayangnya jadi sumber mengapa We Are Your Friends terasa seperti nasi yang kurang matang, bisa di konsumsi tapi tidak memberikan kenikmatan yang istimewa.



Oke, at least unsur music di film ini termasuk di kategori baik, tentang EDM termasuk di dalamnya BPM, penggemar musik jenis tersebut mungkin dapat merasakan koneksi yang lebih kuat dengan karakter dan juga cerita. Tapi bagaimana dengan mereka yang bukan penggemar EDM kesal hardcore? Perhatian kamu akan diganggu dengan drama yang secara mengejutkan ternyata bukan sekedar pendukung belaka, bahkan saya merasakan usaha membuat kisah yang mellow dari Max Joseph disini. We Are Your Friends ternyata bukan sekedar tentang musik, seperti yang saya singgung tadi ada niat yang lebih besar dibalik cerita. Ide utama Max Joseph disini adalah menggunakan karakter sebagai subjek yang mengemban pesan pantang menyerah kepada penontonnya, sekilas tampak menarik tapi ketika di adu dengan bagian music mereka tidak saling mendukung.



Seperti perumpamaan nasi tadi, ini tidak buruk tapi dari sisi drama ia terasa lesu, dari sisi romance ia terasa canggung, dari sisi musik ia terasa loyo. Jatuh cinta, dunia yang tidak adil, cobaan dan tantangan, sisi melodrama itu di push terlalu jauh oleh Max Joseph, semacam ingin menyampaikan pesan moral tapi punya isi yang mentah. Tidak hanya itu karena niat lainnya seperti ingin agar penonton menyaksikan perjuangan karakter celakanya disini karakter juga terasa kurang kuat. Chemistry diantara cast tidak menarik, dan menyaksikan Zac Efron serta Emily Ratajkowski bergerak mondar-mandir bukan seperti menyaksikan dua manusia yang berjuang untuk menyelesaikan masalah tapi seperti dua model amatir di peragaan busana, fisik mereka oke tapi fokus mereka hanya lurus kedepan, tidak ada emosi.



We Are Your Friends sebenarnya bisa saja jadi sebuah pesta terlebih dengan penggunaan EDM sebagai dasar cerita, tapi ternyata niat dibalik cerita lebih besar dari sekedar menjadi sebuah pesta. Sebuah drama inspirasional dengan menggunakan musik sebagai jalan, seperti itu kira-kira misi yang di emban film ini, tapi kesan setengah matang yang ia tampilkan dari sisi drama, musik, hingga romance membuat We Are Your Friends akhirnya hanya akan dikenang sebagai sebuah “festival” yang serakah dan ceroboh. Hal yang tabu jika penonton menilai sebuah film tentang musik terasa lesu dan loyo, dan We Are Your Friends melakukan itu karena fokus dari unsur drama yang cukup besar menarik atensi. Musik? Soundtrack oke. 








0 komentar :

Post a Comment