21 June 2015

Review: Minions [2015]


"Banana! Banana!"

Sesuatu yang salah tentu saja mengharapkan rasa spaghetti di saat kamu sedang menyantap mie yang baru saja kamu rebus satu menit yang lalu tanpa tambahan bahan lainnya. Seperti itu pula yang diharapkan oleh Minions kepada penontonnya, berharap semoga mereka mengerti apa yang akan mereka dapatkan dari tiga (dan ratusan) pisang dipenuhi interaksi dengan kesan omong kosong ini, karena kamu tidak akan memperoleh nada gelap dari Gru serta materi hangat dari tiga gadis muda dan lucu itu.

Sejak kemunculan mereka dari zaman purba yang lalu para Minions hanya memiliki satu tujuan dalam hidup mereka, melayani penjahat terbaik di bumi. Hal tersebut yang membuat Kevin (Pierre Coffin) merasa kesal ketika para Minions memutuskan untuk diam dan menunggu kedatangan boss baru mereka setelah dinosaurus hingga Napoleon. Kevin, ditemani oleh Stuart dan Bob memutuskan untuk keluar dan menemukan penjahat terbaik bagi kaumnya dimana mereka akhirnya bertemu dengan Scarlet Overkill (Sandra Bullock), wanita yang ternyata memiliki rencana jahat yang “berbeda”. 



Sebenarnya rencana Pierre Coffin untuk memperluas arena “bermain” bagi Illumination Entertainment dengan memberikan kesempatan bagi para makhluk unik berbentuk pisang yang menggemaskan sebuah film standalone memiliki plus dan minus yang berimbang. Nilai plus, tentu saja ledakan-ledakan yang akan lebih bebas terhadap karakter-karakter yang secara mengejutkan sejak tampil pertama kali lima tahun yang lalu itu sukses mencuri perhatian penonton, bahkan dapat dikatakan bertarung untuk menjadi cinta utama dari film Despicable Me. Tapi dibalik itu resikonya juga tidak kecil, dan pertanyaan pertama yang terlintas adalah apa yang akan mereka lakukan dibalik segala keterbatasan yang mereka miliki?



Percakapan menggunakan bahasa aneh penuh kesan omong kosong? Checked. Slapstick sederhana? Checked. Menjengkelkan? Tidak. Menyenangkan? Lumayan. Nah, secara mengejutkan Pierre Coffin berhasil memutar sikap pesimis saya diawal tadi menjadi optimis ketika film dimulai dengan gerak cepat di bagian awal, menyenangkan terlebih dengan bantuan narasi oleh Geoffrey Rush kita tidak di lepas begitu saja untuk bingung dengan apa yang Minions sedang dan akan lakukan. Dan kegembiraan yang Minions berikan tidak berhenti disana, karena setelah itu kamu akan memperoleh cerita yang tetap teguh pada konsep utama yaitu proses menemukan boss bagi Minions tapi juga di lengkapi dengan energi dan semangat yang terhitung stabil.



Ya, saya suka dengan konsep yang diusung oleh Minions, mereka sadar mereka memiliki banyak keterbatasan sehingga mereka tidak mencoba untuk memberikan sajian yang terlalu ambisius, hal yang akan mengecewakan para penonton yang terlalu ambisius pada sajian yang akan mereka peroleh. Cerita tidak pernah menjadi rumit, yang memang cukup disayangkan karena pada akhirnya membuat kehangatan yang dimiliki oleh Despicable Me tidak pernah hadir disini, hal yang juga dialami oleh unsur komedi dengan intensitas yang sedikit kendor jika dibandingkan dengan dua film terdahulunya. Tapi hal tersebut berhasil mereka tutup dengan rangkaian aksi bersenang-senang menggunakan formula paling dasar dari sebuah animasi, memanfaatkan pesona karakter untuk membuat penonton terpaku dengan rasa senang hingga akhir.



Minions pada akhirnya tidak mampu membuktikan bahwa mereka dapat berdiri sendiri tanpa bantuan Gru dan tiga gadis muda yang lucu itu, tapi ia tetap berhasil menjalankan misi utamanya, mengajak penonton bersenang-senang dengan cara yang sederhana. Ya, sederhana, termasuk konyol di dalamnya, dan itu tidak menjadi masalah yang mengganggu disaat kamu tersenyum ketika melangkah keluar studio karena terhibur dengan hiburan penuh energi yang diberikan makhluk-makhluk menggemaskan itu.







1 comment :