31 March 2015

Review: Kumiko, the Treasure Hunter (2014)


Joel Coen dan Ethan Coen memulai Fargo hampir dua dekade yang lalu dengan sebuah pemberitahuan bahwa film yang akan penonton saksikan didasarkan pada sebuah kisah nyata meskipun nama-nama telah di ubah sebagai upaya melindungi mereka yang tidak bersalah. Sebuah tindakan yang licik memang karena kemudian terungkap bahwa “based on true story” yang Coen Brothers pakai itu tidak benar. Lantas apakah dengan begitu semua penonton akan menilai Fargo sebagai film dengan kisah fiktif? Tidak, dan Kumiko, the Treasure Hunter akan mencoba membawa kamu menyaksikan obsesi dari seorang wanita yang mencoba mencari uang tebusan yang terkubur di salju pada bagian akhir FargoHaunting and hilarious lost in Minnesota. 

Kumiko (Rinko Kikuchi) merupakan wanita yang kesepian dibalik tekanan dalam hidup yang ia hadapi. Kumiko merasa terisolasi di tempat kerja, dari keluarga sendiri ia bahkan harus berhadapan dengan amarah ibunya yang ingin agar anak perempuannya itu segera menikah. Tapi suatu ketika Kumiko menemukan sebuah film berjudul Fargo dan tertarik dengan kalimat berdasarkan kisah nyata di bagian awal. Efek hal tersebut adalah timbulnya obsesi Kumiko yang lantas percaya bahwa uang yang disembunyikan oleh Carl Showalter itu benar-benar ada, kemudian memutuskan meninggalkan Tokyo dan menuju Minnesota untuk menemukan “harta karun” tersebut.


Satu hal yang pasti dan mungkin mayoritas penonton akan setuju bahwa Kumiko, the Treasure Hunter merupakan film yang segmented. Ini merupakan film yang berbicara tentang bahaya obsesi yang akan membuat kamu menilai ia sangat malas memberikan eksposisi pada cerita, dan semakin lengkap ketika cara ia bercerita juga terbilang lamban. Dibakar dengan sangat perlahan, itu yang David Zellner lakukan disini pada cerita yang ia tulis bersama Nathan Zellner, tapi dengan cara tersebut bukan berarti tidak ada yang menarik dari Kumiko, bahkan jika kamu merupakan penonton yang menjadi sasaran yang incar oleh film maka kamu akan mendapatkan sebuah petualangan kelam dan mungkin pula terasa depresif yang menyenangkan.



Isu utamanya sederhana, bahaya dari obsesi yang berlebihan serta bencana jika kamu tidak mampu terus berada di zona “bersih” ketika tekanan yang depresif belum mau pergi dari kehidupan kamu, tapi impresi akhir yang ia berikan tidak sama sederhana. Ini berbicara tentang mental dan rasa sakit, tapi ketimbang membuat kamu menyaksikan karakter utama naik dan kemudian jatuh Zellner juga mempersenjatai Kumiko dengan imajinasi dan misteri yang akan membuat penonton melayang-layang bersamanya, dan itu terasa menakutkan mengingat sinopsis dan cerita sendiri berdasarkan sebuah kisah nyata yang terjadi tahun 2001 yang lalu. Kombinasi itu yang terasa menyenangkan dari Kumiko, ia bergerak lamban tapi presisi dalam membuat kamu terus tertarik, ia tidak pernah berhenti menggoda penonton pada apa yang akan terjadi selanjutnya pada Kumiko.



Tapi ada satu hal yang lantas menjadikan Kumiko terasa semakin aneh dan unik, ia punya misteri yang mempermainkan imajinasi tapi disisi lain ia tidak membuat kamu jatuh terlalu dalam bersama rasa meditasi depresi karakter. Ada lelucon dengan jumlah hit yang cukup mengejutkan, kerap memberikan refresh yang halus pada fantasi kita terhadap cerita. Kemudian ketika mengeksplorasi karakter Kumiko sembari mencoba menebak kita juga ditemani dengan atmosfir sinematik yang mengasyikkan bagi mata hingga imajinasi itu sendiri. Rasa kesepian dan kehilangan seperti tenggelam begitu dalam bersama tampilan dingin yang Zellner gunakan disini, membuat kamu terus tertarik untuk mengantisipasi tapi juga semakin larut didalam rasa empati dan juga emosi pada Kumiko. Kumiko sendiri ditampilkan dengan baik oleh Rinko Kikuchi, memberikan siksaan yang konstan dan menjauhkan kesan monoton dibalik gerak lambat berkat ekspresi yang penuh emosi dan energi.



Kumiko, the Treasure Hunter adalah sebuah film minimalis yang efektif, dengan berani mengandalkan misteri serta menggunakan imajinasi sebagai senjata utama untuk membuat kamu tenggelam dalam fantasi dan pesona. Memang bukan merupakan film yang dapat membuat semua tipe penonton terpikat, tapi jika kamu merupakan tipe penonton yang film ini incar maka kamu akan pulang dengan sebuah senyuman lebar, dengan penampilan memikat dari Rinko Kikuchi, imajinasi yang dipermainkan lewat visual dan juga misteri, mereka di eksekusi dengan terampil, serta dampak atau impact dari bahaya pada obsesi dan kesepian yang dapat membawa bencana yang disampaikan oleh film ini juga akan tertanam lama di dalam pikiran.






2 comments :