29 January 2015

Review: Song of The Sea (2014)


Salah satu hal paling menghebohkan dari acara pengumuman nominasi Oscar dua minggu yang lalu adalah tidak masuknya The Lego Movie didalam calon film animasi terbaik, film yang notabene sejak jauh hari sebelumnya seperti one to beat di kategori animasi. Song of the Sea adalah kejutan lain dibalik menghilangnya The Lego Movie tadi, yang bersama The Boxtrolls seolah menjadi kandidat “tersisa” dibalik tiga nominasi lain yang seperti sudah pasti mendapatkan tempat. But believe it or not animasi asal Irlandia ini tidak layak menyandang status “tersisa” tadi, ini manis, ini cantik, dan saya tidak akan terkejut jika di acara puncak nanti ia akan memberikan kejutan seperti yang dilakukan oleh Wallace & Gromit sembilan tahun lalu. This is magic.

Ketika ibunya sedang mengandung calon adiknya Ben (David Rawle) selalu di ingatkan oleh sang ibu untuk menjadi abang yang bertanggung jawab kepada adiknya. Hal tersebut tetap di laksanakan oleh Ben enam tahun kemudian ketika ayah mereka, Conor (Brendan Gleeson), masih dilanda rasa sedih karena kehilangan istrinya, kondisi yang juga memberikan efek rasa frustasi pada Ben terlebih dengan fakta dimana adik perempuannya Saoirse (Lucy O'Connell) masih belum dapat mengucapkan sepatah katapun. Namun suatu ketika Saoirse menemukan benda yang ternyata membawanya masuk kedalam rahasia masa lalu ibu mereka. 



Saya tidak mengatakan nominasi lain disekitar Song of the Sea merupakan sebuah animasi yang tidak lebih baik darinya, dalam vote PnM Awards kemarin bahkan saya juga memilih The Lego Movie sebagai pilihan utama saya, namun jika yang dapat memenangkan Oscar tahun ini adalah animasi yang “sesungguhnya”, maka jagoan saya adalah Song of the Sea, berada diatas Kaguya. Ini seperti melihat animasi dari Studio Ghibli yang di bangun di daratan eropa, palet warna yang tidak pernah berhenti membuat penontonnya terpukau dan terpesona, karakter-karakter yang menarik, cerita yang sederhana namun juga menyimpan makna yang kuat, ia akan sangat mudah di cintai oleh penonton muda tanpa harus menyiksa penonton yang lebih dewasa. Song of the Sea seperti sebuah sihir yang sejak awal terus menghipnotis penontonnya, memiliki presentasi visual yang imajinatif dengan kedalaman seni yang memukau, tapi disisi lain seperti terus mengikat atensi kita dengan narasi yang seolah seperti sedang membacakan sebuah buku dongeng.



Ya, saya sangat suka dengan apa yang dilakukan oleh Tomm Moore (The Secret of Kells) dalam cara ia mengembangkan cerita, sabar serta cermat dan cerdas. Tidak gegabah bahkan cenderung berhati-hati menurut saya, tapi ada tempo yang mengasyikkan di Song of the Sea, cara ia mengungkapkan cerita satu per satu itu akan membuat kamu seperti seorang  anak kecil yang dijanjikan lima buah kue cokelat namun harus menghabiskan satu buah terlebih dahulu untuk mendapatkan kue berikutnya. Ceritanya sangat sederhana mengenai ikatan saudara dengan tema keluarga yang mencoba untuk lepas dari rasa kehilangan, tapi sinopsis yang sangat sempit tadi pintar dimainkan oleh Tomm Moore, ia pintar menggoda penontonnya dengan cara yang menyenangkan, setiap kali kamu diajaknya untuk maju satu langkah kedepan kamu akan menemukan kejutan yang akan membuatmu terpukau, baik itu dari visual maupun cerita.



Nah, itu yang menarik dari Song of the Sea yang juga mendasari opini saya bahwa ini layak menjadi kandidat di posisi terdepan di kategori animasi tahun ini, karena ia tidak hanya soal visual tapi ia juga punya cerita yang juga berkontribusi sama besarnya. Faktor utama yang menjadikan cerita terasa kuat adalah karena Tomm Moore tidak pernah melepas kita untuk mencerna sendiri makna dari apa yang ia tampilkan di layar, kita di tuntun secara bertahap dan menariknya pesan yang ia miliki dapat ditangkap tanpa menimbulkan kesan menggurui sama sekali buat penonton dewasa. Ada misteri dengan lapisan yang sangat mudah dicerna untuk penonton muda, ada cerita di balik cerita yang terungkap tanpa meninggalkan kerumitan yang mengganggu. Fokus yang kuat juga menjadi kunci kesuksesan lainnya, ada potensi untuk memasukkan hal-hal baru namun tidak di eksplorasi lebih jauh sehingga tidak menimbulkan kerusakan pada cerita utama yang sederhana itu.



Andai saja film ini tidak hanya disaksikan oleh salah satu diantara kami saya yakin Song of the Sea akan menjadi kuda hitam yang sangat berbahaya dalam PnM Awards yang lalu. Yap, sekali lagi, ini seperti magic, pengisi suara yang oke, cerita tentang ikatan keluarga dan kehilangan yang sederhana tapi tetap tajam, visual yang tidak pernah berhenti mempermainkan imajinasi, musik yang tidak kalah menarik, alur cerita dengan urutan yang penuh kejutan, semuanya membentuk kombinasi yang pas sehingga bukan hanya menjadikan Song of the Sea sebagai sebuah animasi yang memberikan penontonnya petualangan yang menyenangkan, namun juga animasi imajinatif yang memberikan pengalaman sinematik yang sulit untuk dilupakan.







2 comments :