15 January 2015

Movie Review: Unbroken (2014)


"If you can take it, you can make it."

Pernyataan terkait keinginannya untuk pensiun dari dunia film sebagai aktris tentu saja menjadikan kita semakin yakin bahwa Angelina Jolie sudah jatuh cinta untuk berkarya di balik layar sebagai sutradara, profesi yang sudah ia mulai tiga tahun yang lalu. Ada sebuah pertumbuhan yang menarik dari seorang Angelina Jolie di film keduanya sebagai sutradara ini namun sayangnya ibarat seorang pematung ia merupakan sosok yang mampu mengolah sebongkah kayu menjadi berbagai bentuk yang menarik tapi celakanya ia belum mampu memolesnya untuk tampak menarik dan memikat dalam jangka waktu yang lama. Unbroken, a stiff biography which can't toying his audience.

Di masa kecilnya Louis Zamperini (Jack O'Connell) merupakan anak laki-laki yang terbilang nakal, sering membuat kekacauan, mencuri dan merokok, hingga mengintip rok anak perempuan. Tapi kelakuannya yang terakhir tadi justru menjadikan bakat dari pria dengan nama panggilan Louie ini menangkap atensi keluarganya. Dengan dorongan dari abangnya Louie  memutuskan untuk menjadi seorang pelari dan hebatnya bakat yang berhasil membawanya menuju Olimpiade dan meraih julukan sebagai “The Torrance Tornado”, meskipun pecahnya Perang Dunia II menjadi penghalang yang memaksanya untuk bergabung dengan Angkatan Udara. 

Di profesi barunya itu Louie dengan cepat memperoleh teman baru, Russell "Phil" Phillips (Domhnall Gleeson), Francis "Mac" McNamara (Finn Wittrock), dan Charlton Hugh Cupernell (Jai Courtney). Namun celakanya mereka pula yang membawa Louie kedalam masalah baru ketika pesawat yang mereka katakana layak terbang untuk digunakan dalam operasi search and rescue mengalami kerusakan pada mesin dan menyebabkan mereka terombang-ambing di Samudra Pasifik. Tapi sudah jatuh masih pula tertimpa tangga, setelah mengalami kecelakaan Louie dan teman-temannya kini berada didalam kekuasaan tentara Jepang yang meskipun memberikan pertolongan namun dibawah komando Mutsuhiro Watanabe (Miyavi) tetap menaruh curiga pada mereka.


Setiap tahunnya pasti akan selalu ada film dengan tipikal seperti ini, film yang memiliki komposisi awal sangat menjanjikan baik itu dari segi sutradara, penulis, cerita, hingga para pemeran serta sosok-sosok lain di divisi teknis, akhirnya menjadikan banyak orang mulai mengantisipasinya dan tenggelam dalam hype, namun ketika ia benar-benar muncul boom hiburan yang ia berikan terasa tidak istimewa. Oscar bait, begitu panggilan yang akrab digunakan oleh para moviegoers, film yang disokong dengan hype tinggi dengan incaran utama tentu saja menjadi bagian besar dari ajang-ajang penghargaan di akhir tahun. Tidak ada yang salah dengan hal tersebut dan jika menilik komposisi dasar film ini juga sangat layak untuk mencoba melakukan hal tadi namun yang menjadi masalah adalah ia tidak berakhir di posisi teratas. Tengah? Urgh, mungkin hampir.

Dengan durasi dua jam lebih yang ia miliki Unbroken kurang berhasil memberikan hiburan yang sesuai dengan materi yang ia miliki. Ada Angelina Jolie di posisi terdepan sebagai senjata utama, kemudian ia juga punya Richard LaGravenese dan William Nicholson, dua penulis dengan nominasi Oscar di kantong mereka, dan semua semakin menjanjikan ketika Joel Coen dan Ethan Coen masuk kedalam  tim untuk memberikan sentuhan di naskah setelah Jolie bergabung. Hanya itu? Tidak, di score ia punya Alexandre Desplat, dan itu semakin lengkap karena tatanan visual berada di tangan Roger Deakins, serta editing berada di bawah kendali dua sosok yang pernah ambil bagian di Argo, Zero Dark Thirty, Life of Pi, hingga Transformers. Terus apa gunanya membahas hal-hal teknis tadi? Karena apa yang mereka berikan secara individual pada dasarnya tidak mengecewakan, namun cara Angelina Jolie mengendalikan mereka yang terasa mengecewakan.


Membosankan? Mungkin. Monoton? Ya. Ini seperti menyaksikan dongeng tentang putri salju tanpa didampingi tujuh kurcaci, menarik tapi tidak mampu menjadikan objek yang ia gambarkan terus menerus mencuri perhatian. Kita punya alur maju dan mundur disini yang pada dasarnya dapat dimanfaatkan untuk menampilkan dramatisasi yang lebih baik lagi, tapi celakanya disini ia hanya berfungsi sebagai sebuah media yang menyampaikan hubungan sebab akibat. Babak awal terhitung oke tapi setelah itu sulit untuk merasakan urgensi dalam cerita, Jolie terasa kurang tangkas dan cekatan dalam mempermainkan materi-materi lezat yang ia miliki. Terlalu kaku dan kemudian salah fokus, mungkin itu dua masalah utamanya, Jolie seperti ingin bercerita banyak termasuk dengan highlights untuk menangkap perjuangan yang dilakukan oleh Zamperini, itu berhasil tapi celakanya tidak meninggalkan kita sesuatu yang benar-benar menakjubkan.

Bukan berarti saya tidak menghargai rasa percaya diri dari seorang Angelina Jolie untuk kembali mencoba mengendalikan sebuah film, bahkan di percobaan keduanya ini ia menunjukkan sebuah pergerakan ke arah positif, tapi sayangnya ia memilih proyek yang salah. Unbroken punya materi yang masih terlalu berat untuk di tangani oleh seorang Angelina Jolie, dan hasilnya ia gagal menjadi sebuah biografi yang meskipun tidak mampu menginspirasi tapi at least harus mampu meninggalkan semangat perjuangan yang menarik. Cerita yang bergerak maju dan mundur tidak begitu buruk, bahkan dari segi visual ia juga sangat mudah untuk di nikmati dan di kagumi, namun setelah pembukaan yang menarik itu Unbroken tidak berkembang dengan baik, karakter dan cerita terasa stuck, banyak momen yang terasa monoton bahkan hambar, ada grafik menurun yang konsisten hingga mencapai titik akhir yang juga tidak berhasil meninggalkan dampak yang besar.


Mungkin hal menarik lainnya dari film ini di luar nilai positif dari beberapa elemen teknis adalah penampilan Jack O'Connell. Dari segi karakterisasi mungkin tidak ada sebuah gebrakan baru yang Jack tampilkan disini karena dari This Is England, Skins, hingga yang terbaru Starred Up sudah cukup hafal bahwa peran keras dan pemberontak merupakan makanan lezat baginya. Yang menarik perhatian adalah kemampuannya untuk terus menjaga perhatian penonton pada karakter Louie dibalik “kekacauan” yang terjadi di sekitarnya. Beberapa peristiwa tentang kehidupan seorang Louie berhasil ditampilkan dengan baik oleh Jack O'Connell meskipun memang kesan penting dari apa yang ia alami itu tidak terbakar dengan baik karena tidak mampunya Angelina Jolie mengatur dinamika cerita, terkesan terburu-buru di satu bagian yang memerlukan kedalaman tapi justru memilih berlama-lama di bagian yang tidak membutuhkan kedalaman yang berlebihan.


Overall, Unbroken adalah film yang kurang memuaskan. Visi menjadi masalah utama dimana walaupun telah menunjukkan pertumbuhan yang positif sebagai sutradara namun disini Angelina Jolie masih kaku dan bingung pada seperti apa kisah ini ingin ia sampaikan sehingga menyebabkan petualangan yang seharusnya meninggalkan kesan mendalam terkait kehidupan ini seperti menyia-nyiakan materi empuk yang ia miliki sejak awal. Tidak ada kesalahan fatal dari segi teknis bahkan berhasil menyelamatkan film ini dari jurang kehancuran total, tapi eksekusi yang tampak bermain aman dan terasa kurang bertaji dari seorang Angelina Jolie menjadikan Unbroken berakhir sebagai biografi yang terasa biasa saja, lemah di visi dan miskin imajinasi dan sensasi.









2 comments :

  1. tapi kok ane menikmati banget ya gan?, malah dapet motivasi tingkat tinggi wktu nnton film ini. Apa gara2 ane skip2 ya nntonnya??

    ReplyDelete
    Replies
    1. Itu pertanyaan yang aneh, karena "cara" setiap orang menikmati film berbeda-beda, jadi hasil akhir yang mereka peroleh juga akan berbeda. :)

      Delete