15 January 2015

Top 12 Films of 2014


Saya memulai movie experience di tahun 2014 lalu dengan sebuah film asal Inggris berjudul The Selfish Giant, dan dua suku kata dari judul film tersebut dapat menjadi clue dari penilaian saya pada apa yang blog ini raih tahun 2014 yang lalu. Giant, raksasa, mungkin sekarang blog ini belum berada di level tersebut tapi syukurlah masih berada di lintasan yang tepat. Kemudian selfish, mementingkan diri sendiri, namun yang saya alami justru sebaliknya, semakin “terbuka” pada banyak "rasa" baru meskipun jumlah film yang saya saksikan tidak mengalami loncatan yang besar, dan akhirnya berani untuk menerima sosok baru untuk bergabung. Hasilnya, sebuah kerumitan yang menyenangkan. So, please welcome, Top 12 Films of 2014.

Film-film yang berada di daftar berikut ini tidak hanya merupakan film-film yang menjadi favorit kami berdasarkan penilaian subjektif namun secara objektif juga merupakan 12 film yang berhasil memberikan movie experience yang sangat menyenangkan di tahun 2014 lalu. Mereka adalah film yang berhasil memanjakan mata kami dengan visual menyenangkan, mereka adalah film yang cerdas, cerdik, dan cermat dalam membodohi kami penontonnya, mereka adalah film yang membuat kami jatuh hati dan terpesona pada cerita dan juga karakternya, mereka adalah film yang berhasil meninggalkan pesan dan kesan yang mendalam ketika telah selesai menjalankan tugas mereka. Tidak hanya itu karena mereka juga merupakan film yang mampu menjadikan kami terombang-ambing dalam sebuah petualangan bersama narasi yang bukan hanya konsisten dalam menjaga agar cerita terus mengalir dengan baik namun juga sukses menjaga daya tariknya untuk terus terasa menarik dan menyenangkan. Itu semua merupakan tinjauan utama yang kami gunakan dalam penilaian ini. 

And here troubles. Dengan memiliki kontributor ternyata blog ini bukan hanya menjadi lebih berwarna namun ternyata disamping itu juga menimbulkan beberapa problema (not much). Ya, sudah diantisipasi memang dan oleh karena itu sejak pertarungan pada babak akhir seperti ini sudah di persiapkan. It’s like a game for us, awalnya kami menerapkan sistem “special card” dimana kami menuliskan dua film favorit dari 35 buah film di daftar yang masing-masing telah kami susun secara terpisah sebelumnya, dua buah film “we can’t miss it” yang secara otomatis akan masuk kedalam daftar final, dan disini faktor subjektifitas berperan besar saat menentukan pilihan. Mungkin terasa aneh karena dengan begitu masing-masing harus rela jika pilihan rekannya tidak sesuai dengan selera mereka, tapi yang dikarenakan sejak awal tidak ada perbedaan yang ekstrim pada selera diantara kami maka hal tersebut tidak menjadi masalah yang berarti. Hasilnya? Empat film yang berbeda. Ini adalah babak yang paling tricky karena masing-masing dari kami sudah dapat menebak jagoan masing-masing sehingga dapat mengambil pilihan di luar jagoannya yang mungkin saja juga di pilih sisi lainnya.

Langkah berikutnya adalah masing-masing memilih empat film yang menurut kami “we shouldn’t miss it”, yang sama masuk, yang berbeda out, dan menariknya diperoleh tiga film yang sama. So, dengan lima dari 12 slot yang tersedia bersama dengan film yang tersisa kami maju ke langkah ketiga dengan kembali menerapkan metode irisan yang kita pelajari di matematika dasar tadi, upaya untuk mencari kesamaan dari dua himpunan yang berbeda. Nah, yang mungkin menimbulkan pertanyaan adalah bagaimana caranya dapat diperoleh kesamaan jika daftar film favorit saja banyak perbedaan? Tidak, list tersebut tidak menjadi patokan tunggal karena dengan “kehadiran” film-film yang haus awards di awal tahun ini menjadikan daftar film yang saya bawa juga mengalami banyak perubahan, meskipun memang banyak di untungkan dengan kondisi dimana kontributor sudah menyaksikan film-film tersebut di tahun 2014 sehingga “eligible” atau dapat ikut dalam penilaian. Hasilnya diperoleh 18 buah film yang sama. Darisana kami masuk ke langkah final, sistem point, menyusun peringkat dengan nomor peringkat digunakan sebagai point, darisana kemudian di pilih lima film dengan point terkecil.


Namun ada dilemma yang tertinggal dari proses yang tampak rumit namun sesungguhnya hanya berlangsung selama 30 menit itu. Masalah ini mungkin akan dialami oleh penikmat film yang juga menyusun daftar film terbaik mereka bahwa film-film rilisan tahun sebelumnya akan menjadi semakin mudah terlupakan. Langkah ke empat tadi memakan dua korban dari list saya, dua film yang faktanya merupakan film yang memikat, Nebraska dan Inside Llewyn Davis, situasi yang juga dialami oleh banyak film rilisan tahun ini. Memang hadir sedikit perasaan kecewa terutama pada Inside Llewyn Davis namun sangat sulit pula untuk menampik bahwa ada film dari daftar “eligible” yang berhasil memberikan pengalaman menonton sedikit lebih menyenangkan ketimbang Inside Llewyn Davis. Pengalaman yang baru ini juga menjadikan saya semakin ragu untuk menambah kontributor karena dengan memiliki selera yang sama saja anda akan menemukan banyak perbedaan kecil yang dapat menghasilkan dampak yang signifikan.

Sangat panjang lebar namun setidaknya menurut kami itu tadi bukan sebuah nonsense melainkan upaya penjabaran sistem agar daftar film terbaik ini tidak dinilai sebagai sebuah sentuhan “magic” ataupun sistem dictatorial. Aturan yang diterapkan masih sama dimana film yang dapat masuk kedalam top 12 merupakan film yang saya maupun kontributor tonton dari tanggal 1 Januari hingga 31 Desember, serta merupakan film dengan batas tahun rilis -3 dari tahun ini (untuk tahun ini berarti 2012). Last but not least sepuluh dari 12 film terbaik tadi sudah dipastikan menjadi kompetitor utama di PnM Awards 2015. So without further ado, this is it, Top 12 Films of 2014.






(Note: Ketika post ini di rilis rorypnm mungkin sudah mencapai 1 juta pageviews. Thank you for your love. Terima kasih. :) )


0 komentar :

Post a Comment