24 November 2014

Review: The Imitation Game (2014)


"Sometimes it is the people no one imagines anything of who do the things that no one can imagine."

Film yang berada di baris terdepan pada pacuan untuk menjadi film terbaik di tahun 2014 ini sukses besar memberikan saya sebuah pukulan besar ketika ia sudah berakhir, karena sepanjang 114 menit durasinya saya seolah kekurangan kesempatan untuk memalingkan atensi darinya, biografi dari pria bernama Alan Turing yang menjadi pahlawan pada perang dunia kedua yang justru kental dengan elemen spy serta thrill yang terus dijaga dengan ketat, terus membuat apa yang The Imitation Game tampilkan terasa menarik dengan cara yang cerdas, nakal, tapi juga terasa intim, menjadi salah satu thriller termanis yang hadir setelah Argo.

Telah terbiasa bekerja sendiri tapi takdir justru berkata lain pada Alan Turing (Benedict Cumberbatch), ahli matematika berusia 27 tahun yang bergabung bersama John Cairncross (Alan Leech) dan Hugh Alexander (Matius Goode) sebagai tim elit yang bertugas untuk memecahkan kode Enigma Nazi pada perang dunia kedua, upaya untuk mempersingkat durasi peperangan yang otomatis akan menyelamatkan jutaan nyawa. Tapi ternyata kode yang mereka hadapi berubah setiap 24 jam, menciptakan situasi yang memaksa Turing mengambil langkah cepat, mengajukan permohonan untuk membangun sebuah mesin untuk mengalahkan Enigma Nazi, usaha yang semakin mudah ketika Joan Clarke (Keira Knightley) ikut bergabung. 



Saya menemukan ada dua fakta yang mengejutkan ketika mencoba mencari tahu informasi tentang Alan Turing, yang pertama adalah ia ibarat silent hero pada perang dunia kedua, ia punya andil besar yang mampu memperpendek durasi perang tapi sayangnya upayanya itu seperti kurang dihargai, penyebabnya adalah fakta kedua, ia seorang homoseksual. Dua hal ini yang sepertinya terus menerus digunakan Morten Tyldum, permainan mata-mata yang mungkin akan terasa berbelit-belit tapi gerak cepatnya terus terjaga dengan baik, dan gesekan dari isu kedua tadi tidak pernah menghilang dari pikiran penonton. Kombinasi dua hal itu juga bisa dibilang menghasilkan kejutan besar lainnya, kejutan bahwa kisah tentang seorang ahli matematika ternyata tidak terjebak terlalu dalam dengan hal-hal terkait matematika, hal-hal detail sedikit ia kesampingkan dan membuat kita mengamati isu yang lebih umum.



Hal tersebut saya rasa akan memberikan rasa kecewa bagi penonton yang punya ekspektasi pada elemen matematika tadi, tapi bagi yang tidak begitu mempermasalahkan hal tersebut maka bersiaplah untuk memperoleh sebuah lovely thriller, film yang bercerita dengan cepat dan intens tapi disisi lain mampu menciptakan hal-hal intim yang membuat kamu semakin jatuh hati pada cerita dan tentu saja karakternya. Yang paling saya suka adalah keputusan Morten Tyldum untuk membuat ini terus bergerak kencang, terasa dinamis tapi tetap terkendali, jadi kehadiran semua elemen pembentuknya seperti sebuah peperangan internal, mereka saling bentrok untuk mencuri atensi kamu, kamu ingat akan isu A, setelah itu isu B juga kembali hadir di ingatan, saling campur antara perjuangan dan sisi tragis dengan dialog-dialog yang tajam dalam dramatisasi yang terasa elegan.



Elegant, The Imitation Game punya pesona yang luar biasa kuat untuk terus mencengkeram penontonnya, kombinasi drama dan thriller yang terasa istimewa, tampil padat, cepat, dan di eksekusi dengan tepat. Iya, tepat, memang tidak semua bagian dapat terjamah oleh Morten Tyldum untuk ia eksplorasi lebih jauh, pendekatannya pada sosok Alan Turing bahkan bisa dibilang cukup sempit, tapi apa yang ia pilih berhasil ia gunakan dengan sangat baik, tidak ada bagian yang terasa dipaksakan, konflik juga ia putar-putar dengan tidak berlebihan, ketegangan terus tumbuh hingga akhir.


Para aktor yang berhasil tampil memukau, para pemeran pendukung berhasil dimanfaatkan dengan baik, terutama pada seorang Keira Knightley yang terus mencuri perhatian. Benedict Cumberbatch? Jika dari sinopsis dan penjelasan diatas tadi kamu dapat menangkap kerumitan masalah pada cerita yang dimiliki oleh film ini, kamu pasti tidak akan mempertanyakan penampilan Benedict, karena konflik dengan tipikal seperti ini sudah seperti santapan yang sangat lezat bagi Sherlock Holmes, ekspresi cerdas yang meyakinkan, menjadikan Alan Turing yang diawal terasa dingin terus terbakar secara perlahan hingga akhir. Memukau. Oscar?



Pasti ada yang merasa kurang puas, saya juga pada awalnya sempat keget dengan kejutan yang diberikan oleh Morten Tyldum, tapi dengan irama yang mudah di ikuti, cengkeraman sangat kuat yang ia miliki, hal-hal teknis seperti production dan costume design, editing, hingga score yang bekerja dengan baik, dan juga penampilan para aktor yang mumpuni, The Imitation Game bukan hanya berhasil menggambarkan perjuangan dari seorang pria yang mengubah salah satu bagian kecil dari dunia, tapi juga menjadi studi karakter yang intim tapi tetap terasa intens, nakal dan kencang tapi tetap terkendali, punya isu menarik dan "mengganggu" tapi tetap disampaikan dengan cara yang mengasyikkan. Cantik. Segmented.










Screened at Jakarta International Film Festival 2014

2 comments :

  1. film yg menginspirasi
    kalo bisa ada lebel buat yg 9/10,

    ReplyDelete
  2. film dr jisung saya tonton semua.. dan semua bagus.. suka bgt..
    kill me heal me, secret, entertainer, protect the boss, defendant
    KMHM adalah yg terbaik krena bagi saya lalu secret dan entertainer jg ga kalah bagus..kemampuan aktingnya di film terbarunya "defendant" di tahun ini jg keren.. jisung yg hilang ingatan dan dipenjara krena tuduhan pembunuhan istrinya bner2 aktingnya yg trs teriak2 krena hilang ingatannya. pokoknya wajib tonton

    ReplyDelete