24 November 2014

Review: Dumb and Dumber To (2014)


Dua puluh tahun atau dua dekade tentu bukan waktu yang singkat, bayi yang dahulunya masih belajar merangkak mungkin saja kini sedang melangkah keluar dari ruang resepsi pernikahannya, pasangan yang dahulunya penuh kemesraan ketika high school kini mungkin sedang pusing mempersiapkan anak mereka yang akan masuk middle school. Perubahan akan terjadi pada mayoritas hal yang ada didunia, yang sayangnya seperti dikalikan nol saja oleh Farrelly brothers di film ini, Dumb and Dumber To, upaya menghidupkan kembali duo penuh kegilaan yang telah menghilang selama dua dekade tanpa sebuah penyegaran yang mumpuni.

Setelah berakting gila selama 20 tahun, Lloyd Christmas (Jim Carrey) akhirnya bertemu kembali dengan sahabatnya lamanya, Harry Dunne (Jeff Daniels), tapi ternyata sesuatu yang serius muncul di reuni mereka. Lloyd mengatakan ia punya masalah pada ginjalnya, dan dia tidak bisa hidup lebih lama tanpa transplatasi ginjal, namun ternyata masalah tidak berhenti sampai disitu, dari fakta dibalik hubungannya dahulu bersama Fraida Felcher (Kathleen Turner), seorang wanita bernama Penny Pinchelow (Rachel Melvin), hingga Dr. Pinchlow (Steve Tom), seorang ilmuwan terkenal. 



Saya suka dengan sinopsis yang diberikan Bobby Farrelly dan Peter Farrelly, meskipun hal tersebut banyak dipengaruhi oleh ekspektasi pada ceritanya sendiri yang sejak awal memang tidak terlalu tinggi mengingat bagaimana film pertamanya memberikan hiburan. Standard, bahkan terkesan aman dengan memakai formula menciptakan banyak masalah yang tentu saja akan menghasilkan banyak arena bermain bagi dua pria aneh dan gila untuk menampilkan kekonyolan mereka, dan itu semakin menarik saat diawal kita seperti dibawa oleh Farrelly brothers untuk mengenang sejenak “cara” film pertamanya menghibur. Sampai dibagian ini semua tampak menjanjikan, seperti merasa dua orang gila ini akan kembali menghibur dengan aksi-aksi gila mereka yang klasik tapi tetap menyenangkan. Sayangnya itu tidak terjadi.



Lelucon klasik memang hadir, tapi anehnya ia tidak lagi terasa menyenangkan. Mungkin film ini dapat dikatakan lupa mengaktifkan fitur update yang ia miliki sehingga yang kita dapatkan tidak lebih dari apa yang ia diberikan film pertamanya, yang bahkan kali ini terasa sedikit berada dibawah pendahulunya itu. Bukan saya mengatakan lelucon yang mereka gunakan harus benar-benar baru yang bisa saja justru merusak ciri khas Lloyd dan Harry, tapi bukankah cara-cara lama itu bisa di daur ulang untuk tetap terasa segar? Itu yang tidak saya dapatkan dari film ini, interaksi bodoh mereka terasa dipaksakan, lelucon juga tidak konsisten tampil lucu, Farrelly brothers tampak terlalu berusaha keras memaksakan apa yang pernah membuat mereka berhasil dua dekade dahulu untuk kembali bekerja dengan baik di film ini, tanpa disertai pembaharuan yang berarti.



Ada pengecualian memang bagi beberapa penonton, terutama pada mereka yang masih sangat cinta dengan pendekatan yang diberikan film ini yang seolah menjadi sebuah nostalgia, karena Dumb and Dumber To adalah kemasan lama yang di berikan sampul baru, yang celakanya justru membuat banyak hal yang mereka berikan tidak bekerja dengan baik. Chemistry Jim dan Jeff memang masih solid tapi disini mereka seolah murni menjadi senjata utama, seperti mengharapkan semua yang ia berikan akan lucu karena kita telah familiar dengan tingkah mereka, tidak dengan mempersenjatai bersama materi yang punya terobosan baru, sesuatu yang dapat mewarnai plot sederhana dengan lebih baik, sesuatu yang bukan hanya dapat menjaga momentum dan energi yang sering hilang tapi juga sanggup memberikan kita berbagai kejutan yang menyenangkan, bukan hafalan yang basi.  



0 komentar :

Post a Comment