05 October 2014

Review: This Is Where I Leave You (2014)


"It's hard to see people from your past when your present is so cataclysmically screwed up."

This is where we bond. This is where we love. This is where we share. This is where we connect. This is where we gossip. This is where we vent. This is where we accept. This is where we remember. This is where we grow up. This is where we trust. So, This Is Where I Leave You.

Setelah terpisah selama bertahun-tahun The Altman family kembali kerumah di bagian pedesaan New York, tempat dimana mereka pernah tinggal bersama. Alasannya adalah kematian ayah tercinta mereka, yang meminta mereka untuk melakukan ritual sitting shiva. Tapi kehadiran kembali Paul (Corey Stoll), Judd (Jason Bateman), Phillip (Adam Driver), dan Wendy (Tina Fey) untuk menemani ibu mereka Hillary (Jane Fonda) tidak hanya berakhir sebagai bentuk penghormatan belaka kepada ayah mereka, karena muncul masalah dari interaksi keluarga disfungsional ini.

Cerita yang ditulis langsung oleh pemilik novel yang menjadi landasan utama, Jonathan Tropper, berhasil digunakan dengan efisien oleh sang sutradara, Shawn Levy. Hal-hal minus dari sebuah film reuni yang menyatukan banyak karakter yang mulai saling bergesekan dengan masalah baik itu present ataupun past hadir disini, tapi hal positif dengan semakin besarnya ruang untuk narasi merayap masuk kedalam karakter yang seperti menjadi objek observasi penonton itu juga mampu dimanfaatkan dengan baik. Bercampur dengan baik, tidak seperti August: Osage County yang hadir dengan cerita yang benar-benar gelap, ini terasa ringan dan mungkin saja akan lebih mudah dinikmati, ada masalah-masalah serius tapi juga mempunyai komedi yang tidak hanya sebatas pelengkap belaka. 


Tapi kombinasi antara drama dan komedi yang coba diseimbangkan itu yang juga menjadikan This Is Where I Leave You seperti kemasan setengah matang. Iya, mereka mencoba menghindar dari pemakaian dramatisasi yang terlalu berlebihan, dan itu memang baik, humor yang ia gunakan juga jarang banget bergerak terlalu jauh, tapi dua hal itu yang membuat cerita seperti tidak punya cengkeraman yang kuat, tidak punya hook yang menarik, tidak tajam. Mereka menjaga perasaan keluarga, mereka memberikan slapstick, keduanya di hadirkan dengan lembut meskipun sering banget terasa off, semakin jauh kita berjalan bersama karakter semakin besar pula perasaan kita seperti melayang-layang dalam ketenangan yang terasa monoton. 



Benar, monoton, bukan berarti buruk sih tapi dengan formula komedi yang seperti telah menjadi makanan sehari-hari bagi para aktor, apa yang mereka hadirkan juga terasa familiar bagi penonton, dan tidak adanya variasi membuat itu mulai terasa jenuh. Kemampuan aktor dalam memainkan karakter mereka terbilang bagus, karakterisasi malah terasa kuat terutama Adam Driver yang punya kedalaman memikat, tapi begitu jarangnya permasalahan yang mereka hadapi ditarik lebih jauh oleh Shawn Levy membuat penonton juga semakin sulit untuk merasa simpati, cerita seperti hanya digunakan untuk membuka kesempatan bagi komedi beraksi, yang celakanya juga dibangun dengan sangat hati-hati. Tidak heran ketika unsur romantis dengan melibatkan Rose Byrne itu hadir, kesan canggung yang langsung muncul didalam pikiran penontonnya. 


Nada yang ia tetapkan diawal memang kuat ya, tapi bagaimana Shawn Levy merangkai komedi dan drama setelah bagian tersebut yang seperti kurang bertenaga. Terlalu berhati-hati mungkin lebih tepatnya, menghindari dramatisasi yang terlalu mellow, tapi juga tidak ingin agar komedi bergerak terlalu jauh dengan menghasilkan tawa besar. Cerita memang terus mengalir, tapi tidak ada sensitifitas yang menarik dari masalah, begitupula dengan karakter yang sebenarnya telah dibekali dengan karakterisasi yang mumpuni. Cukup lucu dan mudah untuk dinikmati, tapi kurang berkesan, bahkan forgettable.







0 komentar :

Post a Comment