06 October 2014

Review: The Babadook (2014)


'I promise to protect you if you promise to protect me.'

Selalu sulit ya untuk menemukan film terbaru yang memang benar-benar memberikan sesuatu yang baru kepada penontonnya, baik dari segi cerita sampai penggunaan formula yang ia pakai ketika bercerita. Jangan heran kalau kelak kita akan semakin sering menemukan film-film remake serta film adaptasi ketimbang film dengan naskah orisinil. Tapi tidak salah bukan, asalkan mereka berhasil memberikan kita para penonton hiburan yang menyenangkan. Itu yang saya rasakan dari The Babadook, tidak ada yang baru, tampil dengan cara yang klasik, tapi sejak awal hingga akhir tidak pernah berhenti memberikan sensasi yang menarik. 

Amelia (Essie Davis) adalah seorang wanita yang kini harus mengurus anaknya seorang diri karena kehilangan sang suami akibat sebuah kecelakaan tujuh tahun lalu. Tekanan hidup sangat jelas terlihat diwajahnya, karena sehari-hari disamping menjalankan pekerjaannya ia juga harus dengan sabar menunjukkan rasa cinta kepada anaknya, Samuel (Noah Wieseman), anaknya yang selalu merasa paranoid dengan lemari dan area bawah tempat tidur mereka, selalu bertingkah aneh dan sudah dianggap sebagai sosok berbahaya oleh orang disekitar mereka. Samuel tidak gila, karena apa yang ia bicarakan ternyata terbukti lewat sebuah buku berjudul "Mister Babadook".

Film yang merupakan versi panjang dari film pendek berjudul Monster yang juga merupakan karya sang sutradara Jennifer Kent ini punya apa yang selalu kita inginkan dari sebuah film horor, sensasi ditakut-takuti yang intens tapi juga punya cerita yang tidak murahan. Sejak awal atmosfir cerita telah terbentuk, ia mengandalkan keheningan yang dengan mudahnya menjadikan penonton mulai merasa waspada, tapi disisi lain cerita yang sebenarnya sangat sederhana itu juga perlahan mulai diurai dengan sangat baik. Permasalahan psikilogis, itu yang menjadi incaran utama film ini, karakter yang merasa lelah dengan mental, dari rasa takut dan mimpi buruk yang menariknya berhasil pula menghampiri penonton lewat tahapan yang rapi. 


Iya, ada tahapan yang secara struktur terasa kokoh, seperti balon yang terus ditiup dan akhirnya meledak dibagian akhir. Dari ibu yang merasa sedih dengan kehidupannya, kemudian mulai goyah dengan tekanan yang menghampirinya, hingga akhirnya kehilangan kontrol, ada kedalaman emosi yang mempesona disini, dan itu juga berkat penampilan yang sangat baik dari Essie Davis dan Noah Wieseman, berhasil membawa penonton seperti melayang-layang bersama cerita, emosi, dan atmosfir, sesekali memberikan tawa kecil, namun fokus pada cerita dan karakter tetap dijaga padat sehingga ia tidak pernah gagal ketika mulai memanfaatkan hal-hal klasik seperti bunyi-bunyi aneh yang dikombinasi dengan kegelapan itu. 

Nah, itu dia yang menjadikan The Babadook terasa menarik, ia seperti campur aduk dari banyak elemen yang masing-masing dari mereka punya power mumpuni, tapi disusun oleh Jennifer Kent dalam narasi yang lembut tapi tetap tajam. Ia sangat efektif dalam membentuk objek bernama Mister Babadook yang ia sembunyikan itu terasa menarik bagi penontonnya, bukan hanya sekedar titik pusat untuk memutar-mutar cerita, tapi juga membantu mempermainkan imajinasi penontonnya. Kita seperti dibuat ikut terjebak dalam permasalahan Amelia, merasa seolah ikut berada disampingnya, jadi selalu ada suasana creepy karena ketika bermain tarik dan ulur bersama cerita Jennifer Kent telah menempatkan Babadook untuk konsisten mengintai disekitar kita. 

Di debutnya sebagai sutradara film, Jennifer Kent berhasil memberikan apa yang sering kali hilang dari sineas-sineas perfilman ketika menciptakan sebuah film horor, cerita dan emosi yang intens dalam memberikan sensasi, tanpa perlu menjadikan hal-hal klasik tampak annoying dan murahan. So far ini adalah film horor terbaik tahun ini, kisah psikologis dan supranatural yang tidak hanya menakut-nakuti penonton dengan derit pintu, dan siluet karakter dalam kegelapan dikelilingi suasana menakutkan, tapi juga mempermainkan imajinasi penontonnya menggunakan skenario cantik bersama emosi dan kelelahan psikologis. Manis.  






2 comments :

  1. ini ada hantunya y? please dijawab.pengen nonton ini tapi saya paling tidak bisa nonton yg ada hantunya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ada. Kalau tidak ingin "bertemu" hantu jangan nonton film horror mas. :)

      Delete