17 October 2014

Movie Review: Venus Talk (The Law of Pleasures) (2014)


“They say marriage is a way of life, not a way of love.”

Apa itu pernikahan? Apakah ia merupakan sebuah ikatan yang harus anda raih sebagai bukti bahwa anda mencintai seseorang? Atau justru hanyalah salah satu kewajiban administratif dalam kehidupan ini yang tidak sepenuhnya menjadi perwujudan dari cinta yang anda miliki kepada seseorang? Cinta dan kehidupan coba dikombinasi film ini dengan mengendapankan permasalahan pada seksualitas. Venus Talk (The Law of Pleasures), undynamic life and sex story.

Jung Shin-Hye (Uhm Jung-Hwa), Jo Mi-Yeon (Moon So-Ri), dan Lee Hae-Young (Jo Min-Soo) merupakan sahabat yang selalu menyempatkan diri kumpul untuk saling mendukung dan menguatkan, atau untuk hanya sekedar makan roti bersama. Dan seperti wanita pada umumnya kegiatan mereka tidak pernah jauh dari perbincangan yang “menarik.” Isu yang selalu mereka bahas ada masalah pada seksualitas mereka, yang masing-masing berada dalam kondisi yang berbeda, hal yang bukan hanya menjadi beban namun juga perlahan mulai membuat frustasi tiga wanita modern ini. 

Shin-Hye merupakan seorang produser sebuah acara TV, merasa sulit menemukan pria yang tepat untuknya, tapi suatu ketika dibuat ragu oleh seorang pria bernama Hwang Hyun-Seung (Lee Jae-Yoon) yang mengatakan ingin serius berhubungan dengannya. Hae-Young merupakan ibu tunggal, terus memaksa anak perempuannya, Kim Soo-Jung (Jeon Hye-Jin), untuk segera menikah karena ia juga sedang dekat dengan seorang pria. Sedangkan Mi-Yeon merupakan seorang ibu rumah tangga, tidak pernah “ditolak” oleh suaminya, Lee Jae-Ho (Lee Sung-Min), tapi mulai merasa ada yang salah dengan performa suaminya.


Sangat mudah untuk mengatakan Venus Talk sebagai salah satu film Korea paling menjanjikan tahun ini. Lihat saja line-up yang ia punya di divisi akting, tiga pemeran utama wanita yang masing-masing telah dikenal memiliki aura yang kuat. Kemudian premis yang tawarkan juga tidak kalah menarik, seperti mencoba menciptakan versi kecil dari Sex and the City dimana perempuan-perempuan paruh baya harus berhadapan dengan masalah yang indentik di usia mereka. Dan yang terakhir tentu saja komedi sebagai genre utama yang mereka usung, seperti melengkapi kesan menjanjikan yang Venus Talk miliki. Tapi sayangnya semua ekspetasi tadi tidak tercapai, bukan berarti buruk memang tapi dengan segala elemen menjanjikan tadi apa yang diberikan Venus Talk selama 108 menit durasinya itu terasa mengecewakan.

Venus Talk adalah kemasan yang seolah mengemban sebuah isu yang kuat dan tajam, tapi melakukan kesalahan ketika menerapkan langkah-langkah agar isu dapat tersampaikan dengan baik, sehingga masalah seksual yang menjadi fokus utamanya terkesan setengah matang, sejak awal hingga akhir tidak pernah mengalami perkembangan yang mumpuni. Naskah yang ditulis oleh Lee Soo-A juga tampak kebingungan ketika mengurai cerita, keputusan memisahkan karakter untuk menyajikan tiga masalah agar berjalan beriringan tidak berjalan dengan baik, mereka tidak punya kombinasi yang menarik, ketika berdiri sendiri mereka juga tidak konsisten mampu mencuri atensi, dan celakanya ketika mereka disatukan kesan yang mucul justru kesan canggung, drama, komedi, dan tragedi itu tidak berhasil melebur dengan baik.


Sutradara Kwon Chil-In kurang mampu mengontrol tiga konflik miliknya yang sesungguhnya tidak semuanya terasa standard. Isu hubungan di hari tua yang malu-malu itu memang kurang mempesona, tapi wanita tua yang jatuh hati dengan anak muda, kemudian masalah yang terkait viagra, keduanya menarik, dan jika mereka dapat dibentuk dengan padat itu akan sangat menolong. Yang terjadi justru sebaliknya, ketimbang sibuk mengembangkan tiga masalah yang bertumpu pada rasa frustasi terkait cinta dan makna kehidupan itu, Venus Talk lebih sering terasa sibuk membagi proporsi tiga masalah tadi untuk dapat terus hidup, yang sayangnya semakin lama mereka berputar di lintasan yang sama semakin lemah pula cengkeraman mereka pada penonton.

Ini yang terasa menjengkelkan, ketika anda tahu masalah yang ia bawa sederhana, kemudian setelah bagian pembuka tidak ada perkembangan yang mumpuni, setelah itu mendapati bahwa mereka hanya berputar-putar sehingga menghasilkan kesan bertele-tele, rasa frustasi karakter perlahan berpindah kepada penonton. Cerita menjadi masalah utama, plot tidak berhasil di tata dengan rapi, sehingga berbagai cobaan yang dihadapi tiga karakter utama seperti saling sikut untuk meraih posisi terdepan, bukannya saling bantu untuk menciptakan narasi yang kuat. Dari persahabatan, hingga petualangan seksual, kuantitas dan kualitas emosi yang terlibat didalamnya terasa miskin, dan itu terasa cukup menganggu karena cerita menjadi datar meskipun ia punya humor menarik disampingnya.


Ya, humor, mereka sering kali menjadi penyelamat dinamika cerita yang dimiliki film ini untuk tidak jatuh lebih jauh. Standard memang, tapi banyak yang terasa lucu dibalik tingkah konyol serta beberapa dialog tajam yang efektif itu, dan itu juga terbantu oleh karakterisasi yang harus diakui sangat kuat disini, bukan hanya dibagian awal, tapi hingga mencapai titik akhir. Uhm Jung-Hwa, Moon So-Ri, dan Jo Min-Soo berhasil menjadikan karakter mereka tampak menarik, dan itu tidak luntur meskipun mereka saling bertabrakan satu sama lain. Yang kurang adalah chemistry diantara mereka, sangat lemah, sehingga ketika mereka berkumpul dalam satu frame sering kali terasa canggung.


Overall, Venus Talk adalah film yang kurang memuaskan. Isu sederhana terkait cinta dan kehidupan itu seharusnya bisa tampil lebih menarik, terlebih dengan keputusannya untuk menggambarkan hal tersebut lewat permasalahan terkait seksualitas karakter yang sudah berada di usia tua. Tapi dengan narasi yang lemah, tidak mampu menjaga pesona dari cerita dan karakter miliknya untuk stabil menarik hingga akhir, Venus Talk justru jatuh menjadi petualangan tiga wanita bingung yang tampak bingung bagaimana menyampaikan pesan sederhana yang mereka bawa tadi, sehingga apa yang ia tampilkan meskipun cukup lucu tapi tetap terasa kurang tajam, kurang dalam, kurang dinamis. 







0 komentar :

Post a Comment